Istilah mikromobilitas menjadi cukup dikenal akhir-akhir ini. Bukan hanya itu, laman Techcrunch menyebut bahwa, mikromobilitas di masa kini dinilai menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan di kota-kota besar. Utamanya dalam upaya mengurai kemacetan dan mengurangi emisi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Dianggap menjadi bagian dari tren mikromobilitas, diperkirakan pada 2023 orang-orang akan membeli ebike. Bahkan angka penggunaan kendaraan ini bakal meningkat sampai 46%, khususnya di Amerika Utara.
Sementara itu, tren permintaan kendaraan listrik kecil di pasaran juga sepertinya akan mengalami lonjakan pada 2023, sebagai bentuk kebutuhan mikromobilitas. Mengikutinya, bila pada 2020 pasar ini bernilai $44,12 miliar, maka pada 2030 bisa mencapai $214,57 miliar.
Praduga ini bisa saja dikatakan sudah ada hitungannya tersendiri. Karena menilik tahun ini saja, 2022, banyak dari perusahaan ebike, skuter listrik, dan beberapa macam kendaraan kecil lain berusaha meningkatkan penjualan mereka. Setidaknya kondisi demikianlah yang menjadi bahan dalam riset Allied Market Research.
Agar berkembang, bisnis-bisnis penyedia jasa mikromobilitas ini harus mempunyai saham yang berlisensi IPO atau dimiliki secara publik. Adanya saham publik dapat mempermudah pendanaan dan improvisasi bisnis dari penyedia fasilitas tersebut.
Bisa ambil contoh Sondor, satu perusahaan penyedia fasilitas mikromobilitas di Amerika Serikat. Pada Oktober 2022 mereka sedang mengajukan lisensi IPO, hal itu menjadikan Sandor sebagai perusahaan penyedia fasilitas umum pertama yang sahamnya dimiliki oleh publik.
Komentar seorang pendiri Micromobility Industries, James Gross, sebetulnya saham IPO bukan mengenai terbesar dan terhebat. Menggunakan model kepemilikan lisensi saham tersebut menjadikan sesuatu sederhana dan dapat menghasilkan keuntungan.
"Dengan adanya saham publik, maka perusahaan secara terbuka dapat menunjukkan arus keuangan mereka," ujarnya, kepada Techcrunch, dilansir pada Jumat (30/1/2022).
Gross melanjutkan, jika lebih banyak dari perusahaan mikromobilitas mempunyai lisensi IPO, jelas akan membantu mendorong sebuah narasi penjualan ebike yang akan lebih banyak daripada mobil listrik.
Karena sebetulnya ada kebutuhan fasilitas mikromobilitas cukup tinggi, di kota-kota besar dan padat penduduk dunia, khususnya negara-negara berkembang. Sebut saja misalnya China, India, Jepang, seperti yang dijabarkan lewat laporan Global News Wire. Negara-negara tersebut telah mengakui bahwa adanya mikromobilitas akan menjadi solusi untuk mengurangi masalah kemacetan lalu lintas, polusi udara, hingga emisi gas rumah kaca.
Konteks lain yang perlu kita pelajari tentang mikromobilitas adalah bagi kebanyakan orang, pilihan transportasi tergantung pada harga.
Untuk menguji keinginan orang untuk membelanjakan pada opsi terintegrasi, BCG dan University of St. Gallen membuat dua skenario. Masing-masing dengan paket penawaran angkutan umum-mikromobilitas berbeda, yang akan lebih murah daripada membeli layanan secara terpisah. Soal uji ini, kami rangkum dari yang dijabarkan oleh World Economic Forum.
Hasilnya? untuk satu tiket angkutan umum yang mencakup penggunaan kendaraan mikromobilitas selama 10 menit, responden memperkirakan bahwa sebagian besar orang bersedia membayar 25% lebih tinggi, daripada biaya naik angkutan umum saat ini.
Sedangkan untuk tiket angkutan umum bulanan yang mencakup penggunaan kendaraan mikromobilitas yang berbeda, responden merasa sebagian besar pengguna bersedia membayar 22% lebih banyak.
Hampir sepertiga dari responden forum sudah menggabungkan penggunaan sepeda dengan transportasi umum, beberapa kali dalam sepekan.
China menonjol dalam hal ini, sebanyak 73% responden yang berbasis di negara itu menggunakan mikromobilitas dengan transportasi umum. Persentase tertinggi berikutnya adalah Perancis, dengan persentase 42%.