Hasil suvei internal yang dilakukan oleh PT Honda Prospect Motor (HPM), menemukan bahwa, alasan utama masyarakat Indonesia beralih ke mobil listrik bukanlah karena peduli lingkungan, melainkan karena mengikuti tren.
Hal itu dikemukakan oleh Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy.
"Saya pernah ngomong di IIMS, survei kami di internal, mereka FOMO (fear of missing out). Kedua, kami lihat [karena alasan] ganjil genap. Ketiga, driving experience berbeda dan biayanya," ungkapnya, seperti dikutip pada Sabtu (2/3/2024) dari laman Okezone.
Sementara itu, diketahui saat ini industri otomotif Indonesia mulai dibanjiri mobil listrik yang didominasi pabrikan asal China. Pengguna kendaraan ramah lingkungan itu, khususnya di Jakarta, semakin besar.
Meskipun demikian, Honda masih melakukan riset dan sosialisasi terhadap kendaraan listrik sebelum memutuskan menjualnya. Bahkan Honda memberikan sejumlah unit Honda e: dan N-Van e: kepada beberapa instansi untuk kepentingan pengujian.
Baca Juga: Bose Rilis Ultra Open Earbud, Menawarkan Masa Pakai hingga 7,5 Jam
Survei juga dilakukan ke masyarakat, dengan tujuan mengetahui apa yang diinginkan calon konsumen terhadap kendaraan listrik.
Menurut Billy, masalah utama pengembangan kendaraan listrik yang ditemui adalah infrastruktur yang belum memadai dan keraguan terhadap teknologi kendaraan listrik.
"Mereka yang enggak mau beli keluhannya di infrastruktur, charger-nya susah, dan masih menunggu teknologi baru. Nilai jual kembalinya takut jatuh," ujar Billy.
Selain itu, masih dari hasil survei, masyarakat Indonesia belum semuanya sadar dengan teknologi. Oleh sebab itu, Honda melakukan berbagai aktivitas yang menyasar anak muda untuk memperkenalkan teknologi mobil listrik.
Billy menyebut, di Thailand dan Malaysia, ada sebanyak 300.000-400.000 warga atau sekitar 30% populasi yang memiliki mobil. Angka itu menggambarkan mereka sudah mapan dan melek teknologi.
"Kalau kita kan masih bertumbuh. Nah segmen mana yang terus berkembang, kita pelajari, apakah first time buyer, kedua, ketiga," tuturnya.
Baca Juga: Presiden RI Meminta Kasus Perundungan jangan Ditutupi
Saat ini, pihaknya hanya memasarkan mobil hybrid Honda, yakni CR-V HEV dan Accord HEV sebagai lini model elektrifikasinya. Honda belum membocorkan jenis mobil listrik apa yang akan dijual, mengingat Honda e: saat ini sudah berhenti produksi.
Disinggung perihal konsumen luar Jakarta, Billy menyatakan mereka tidak tertarik dengan mobil listrik, masih takut mobil listrik akan mengalami kerusakan, dan baterainya terbakar.
"Karena di luar Jakarta masih perlu kita edukasi, kalau hybrid memang paling praktis sekarang. Di sana (daerah) teknologi belum terlalu tersosialisasi, apa sih baterai, masih ada takutnya. Makanya kalau battery electric vehicle (BEV) itu Jakarta fokusnya, di luar Jakarta sedikit sekali," sebutnya.
Sepanjang 2023, Billy mengungkap, dalam kategori penjualan mobil Honda secara nasional, kendaraan berteknologi hybrid cukup mendominasi. Itu membuktikan masyarakat Indonesia lebih tertarik dengan kendaraan yang masih mengusung mesin pembakaran.
Billy mengatakan untuk mengedukasi konsumen daerah terkait kendaraan elektrifikasi Honda, pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah sosialisasi yang dilakukan melalui media sosial.
"Share keunggulan hybrid gimana. Perlu edukasi lebih dalam sih di luar daerah. Kasih test drive, suruh rasakan, jalannya kan menunjang sekali," sambung Billy.
Baca Juga: Seed Finance Kembangkan Aplikasi dan Tingkatkan Edukasi Keuangan
Baca Juga: Nubia Meluncurkan 3 Gawai Baru, Flip 5G Jadi Ponsel Lipat Pertama ZTE
Menurut Billy, kepemilikan kendaraan konsumen di daerah tidak seperti di Jakarta. Berdasarkan hasil survei Honda, masyarakat daerah sebagian besar cukup memiliki satu mobil pada satu rumah.
Meski demikian, Billy belum mau banyak berbicara, perihal rencana Honda untuk membawa mobil hybrid baru ke Indonesia. Meski ia mengakui bahwa HR-V menjadi mobil yang paling disukai oleh calon konsumen.
Billy menegaskan, untuk memasarkan suatu produk di sebuah negara harus melewati rangkaian panjang. Hal ini dilakukan untuk memastikan produk tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Terlebih saat ini seluruh model mobil hybrid Honda masih diimpor langsung dari luar negeri (CBU). Maka, kalaupun mobil hybrid Honda akan diproduksi di Indonesia, diperlukan perhitungan matang untuk volume produksi dan angka investasinya.