Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan uji coba aplikasi purwarupa generasi I Baterai Al-Udara ITS pada sepeda motor.
Penelitian purwarupa ini dilakukan oleh di Gedung Research Center ITS, Selasa (5/3). Pertamina bersama Kedaireka Matching Fund ITS turut serta mendorong penelitian ini, guna mendukung percepatan penggunaan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB).
Ketua tim penelitian Prof.Heru Setyawan, menjelaskan bahwa baterai logam udara pada penelitiannya ini merupakan mesin bahan bakar logam yang menggunakan aluminium.
Baca Juga: Samsung Beri Tanda Bintang untuk Konten yang Dibuat dengan Galaxy AI
"Baterai ini dirancang untuk percepatan penggunaaan KLBB, guna mendorong Indonesia yang mandiri energi dan teknologi," ujarnya, dilansir dari sebuah pernyataan resmi, Rabu (6/3/2024).
Heru menyatakan, terobosan baru dari baterai ini dapat mencegah dendrit atau kristalisasi logam lithium yang dimulai pada anoda dan dapat menyebar ke seluruh baterai.
"Dendrit dapat menjadi masalah genting pada baterai," ungkapnya.
Dalam tim tersebut, Heru juga menggandeng mahasiswa S1, S2, dan S3 Departemen Teknik Kimia ITS dalam menyelesaikan penelitian ini.
Lebih lanjut, profesor Departemen Teknik Kimia ITS ini menerangkan, timnya menggunakan elektrodeposisi campuran logam Zn dan Mn untuk mengatasi peristiwa dendrit. Baterai udara ini didesain secara khusus, sehingga memiliki permukaan kurus dan tiga dimensi agar ion aluminium dapat secara homogen mengambil aluminium.
"Hasilnya, baterai menjadi bertahan lebih lama hingga 140 jam," ungkap dosen dari Laboratorium Elektrokimia ITS ini.
Baca Juga: Tetap Atur Asupan Kalori Saat Berpuasa
Baterai logam tersebut juga aman untuk lingkungan, karena menggunakan elektrolit air dengan tambahan garam Natrium Klorida (NaCl). Larutan garam biasa digunakan sehari-sehari sehingga aman dan tidak terjadi apa-apa pada tubuh manusia. Terlebih, masalah krusial seperti kebocoran juga tidak akan jadi masalah.
"Baterai udara ini tidak menyebabkan kenaikan suhu yang signifikan, sehingga tidak terjadi thermal runaway atau panas berlebihan," imbuh dia.
Heru mengatakan, penggunaan baterai ini bisa diujicobakan pada KLBB karena Indonesia memiliki kekayaan sumber daya aluminium yang melimpah. Meski kebutuhan arus listrik untuk motor cukup besar, namun kekayaan sumber daya Indonesia inilah yang mendorong keberanian tim penelitian dari ITS untuk mengadopsi baterai pada motor. Terlebih, harga baterai aluminium lebih murah daripada baterai lithium ion.
Baterai udara ini sebenarnya telah dikembangkan oleh ITS sejak 2013. Namun, sempat berhenti dan baru saja dilakukan 'kejar tayang' penelitian selama kurun waktu setahun ini.
Baca Juga: Realme 12 Pro Plus 5G Catatkan 200% Penjualan Lebih Tinggi Saat Penjualan Perdana di Lokapasar
Baca Juga: ASUS Mengumumkan ExpertBook B3 Flip yang Diperbarui, Pakai Chip Intel Core 7
Baterai udara ini masih perlu pengembangan berkelanjutan agar dapat diadopsi lebih baik pada KLBB. Saat ini, baterai masih berupa primer sehingga jika baterai habis hanya bisa langsung dibuang.
Ke depannya, Heru ingin mengembangkan baterai sekunder, yakni baterai yang dapat dilakukan pengisian ulang. “
"Kami juga ingin memperkecil ukuran baterai supaya bisa lebih mudah dimasukkan ke dalam kendaraan," tutur Heru.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi, Kerja sama, dan Kealumnian ITS, Bambang Pramujati, menyambut hangat peluncuran baterai ini, dan menyampaikan terima kasihnya kepada Pertamina dan Kedaireka yang turut mendukung pendanaan agar ITS dapat memanfaatkan penelitian dengan baik.
Ke depannya, pihkanya berharap agar tim peneliti dapat lebih kompak dalam mengembangkan KLBB dan dapat menggandeng mitra industri.
"Semoga Baterai AI-Udara ITS ini dapat bermanfaat bagi kemandirian energi negeri ini," kata dia.