Motor listrik dan sepeda listrik mulai dilirik sebagai solusi, bagi pengguna kendaraan bermotor di masa sekarang. Selain harga bahan bakar minyak yang melambung, tren membangun masa depan yang minim polusi gas buang menjadi cita-cita banyak orang.
Baca Juga: Bisa Tidur Nyenyak, Ini Cara Kerja Lampu APILL Sampai Bisa Berganti Warna Sendiri
Hal itu akhirnya turut mendorong lembaga pendidikan ikut berpartisipasi mengembangkan kendaraan listrik. Misalnya seperti dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Nglipar (SMK N 1 Nglipar), mereka mengembangkan sepeda listrik dan sepeda motor listrik. Dari serangkaian ujii coba, diklaim, kendaraan rakitan para siswa itu dapat menempuh jarak hingga 40 Km.
Upaya pengembangan kendaraan listrik tersebut dilakukan tim pengajar Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) bersama para siswa.
Kepala Jurusan TKR SMKN 1 Nglipar, Budi Setiawan mengatakan, ide mengembangkan sepeda dan motor listrik berasal dari para guru, yang kemudian mulai dicoba lakukan sejak 2020. Di masa itu, sekolah mencoba untuk membuat model hybrid, listrik dan bahan bakar minyak.
Baca Juga: Penggunaan Etilen Glikol Dan Dietilen Glikol Sudah Dilarang Sejak 1938, Jadi Pencetus Batu Ginjal
"Tapi gagal, karena saat itu kami masih sangat minim informasi," ungkapnya, dikutip Senin (24/10/2022)
Kemudian, guru dan siswa kembali mempelajari lebih dalam kendaraan listrik. Lalu mencoba kembali. Berikutnya, sekolah mencoba merakit sepeda listrik dengan sepeda kayuh jenis lipat dan berhasil.
Percobaan kembali dilakukan dengan sepeda kayuh jenis lipat, dan ternyata berhasil. Budi menyatakan, percobaan dilakukan berkali-kali oleh para guru dan siswa hingga didapatkan formula yang tepat untuk membuat sepeda listrik.
"Sampai 2022 ini sudah tercipta 6 unit sepeda listrik. Dua unit hasil rakitan dari awal, masing-masing hybrid dan listrik penuh, kemudian empat lainnya hasil konversi sepeda kayuh biasa," ujarnya.
Ia menyebut, konversi sepeda kayuh listrik yang dilakukan pihak sekolah membutuhkan biaya sekitar Rp5 juta, sedangkan konversi sepeda motor menjadi sepeda motor listrik memakan biaya Rp10 juta selama prosesnya.
"Tingginya biaya konversi tak lepas dari masih mahalnya komponen baterai listrik yang digunakan. Proporsinya sekitar 50 sampai 60 persen dari keseluruhan biaya. Ada harga ada rupa," tuturnya.
Baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik rakitan sekolah ini, membutuhkan waktu 6 jam hingga 7 jam untuk dicatu daya. Proses pengisian menggunakan adaptor khusus dan penerapannya seperti mengisi daya ponsel.
"Ketika dioperasikan, bisa menggunakan kayuh atau gas tangan untuk sepeda biasa, dan pilihan kecepatan untuk motor. Pengaturan kecepatan bisa menggunakan aplikasi di ponsel," tuturnya.
SMK N 1 Nglipar juga membuka jasa memodifikasi kendaraan untuk masyarakat, yang berminat mengonversi sepeda maupun sepeda motor mereka menjadi sepeda listrik dan motor listrik.
"Pengerjaan cukup dua sampai tiga jam untuk sepeda biasa, kalau motor maksimal lima jam," jelasnya.
Sekolah juga membuka peluang untuk memasarkan sepeda listrik, termasuk terus melakukan pengembangan, salah satunya tenaga listrik untuk kendaraan roda empat kecil seperti gokart.
Salah satu pelajar kelas XI yang ikut dilibatkan dalam pengembangan sepeda listrik, Desta Adiansyah mengaku senang dapat ikut terlibat dalam perakitan sepeda listrik dan motor listrik bersama sekolah. Terlebih mengetahui bahwa percobaan yang dilakukan bersama enam temannya berhasil. Berbekal pengalaman itu, Desta mulai berpikir bahwa perakitan sepeda listrik bisa jadi modal usaha setelah lulus. Terutama menawarkan jasanya pada warga sekitar.
"Apalagi sepeda listrik lebih irit BBM," ucapnya.