Branding atau citra tak hanya diperlukan pada sebuah merek produk atau pribadi, tetapi juga dibutuhkan untuk sebuah daerah.
Sebuah kajian ilmu yang dilakukan oleh akademisi Universitas Jember menyatakan, konsep city branding sangat diperlukan suatu kota. Untuk membentuk sebuah identitas, keunggulan daerah yang berkesan positif. Baik itu di hadapan wisatawan maupun menarik investor.
Sejumlah daerah sudah memiliki city branding masing-masing, salah satu yang terus berproses adalah city branding Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Provinsi Lampung. City branding 'Menuju Tubaba' dimotori oleh Pemerintah Kabupaten Tubaba berkolaborasi bersama NUSAÉ dan sejumlah pekerja kreatif lainnya.
Dari konteks desain, inisiatif city branding 'Menuju Tubaba' membawa NUSAÉ, -studio desain asal Bandung-, diapresiasi lewat penghargaan dari G-Mark/Good Design Award (GDA) 2022, Jepang.
G-Mark/GDA merupakan ajang penghargaan desain tingkat internasional tahunan, yang diselenggarakan oleh Japan Institute of Design Promotion (JDP), sejak 1957.
Tahun ini, Good Design Award diikuti oleh 5.715 peserta dari 21 negara, termasuk AS, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok. Penilaian dilakukan oleh dewan juri, diketuai Takashi Ashitomi (desainer produk). Juri lainnya merupakan praktisi desain asal Jepang dengan 20 unit spesialisasi, sembilan anggota juri luar Jepang.
'Menuju Tubaba': Bukan Sekadar Wajah, Tapi Juga Berdampak
Menuju Tubaba menjadi proyek usaha mengomunikasikan visi Tubaba dalam mengembangkan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Resmi berdiri pada 2008, Tubaba adalah sebuah area pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang di Provinsi Lampung, ujung selatan Pulau Sumatra.
Hypebeast mengungkap, dalam proyek ini NUSAÉ bukan hanya berkolaborasi dengan pemerintah daerah, melainkan juga biro arsitektur Andra Matin. Studio NUSAÉ fokus untuk memberikan visi misi kreatif mereka dalam komunikasi visual, desain grafis, branding, dan desain signage (environmental design).
Good Design Award 2022 menilai keberhasilan NUSAÉ terlihat dari rancangan desain citra kota kontemporer. NUSAÉ dianggap sukses meningkatkan visi budaya baru yang berakar dari budaya lokal dan sejarah.
Mereka juga mengapresiasi dialog yang berlangsung berbagai arah antara NUSAÉ, pemerintah lokal, kolaborator, dan warga setempat dalam proses pengembangan desain identitas kota. Dengan demikian, proyek ini bukan sekadar menjadi 'wajah kota', tetapi mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungannya.
Majalah online Gatra yang dikutip pada Kamis (22/12/2022) mempublikasikan, dalam inisiatif ini, implementasi desain komunikasi visual diterapkan dalam berbagai materi komunikasi Tubaba. Terdiri dari kartu nama, hingga desain signage kota untuk satu kawasan yang dirancang oleh studiodasar.
Bupati Tubaba 2014-2022, Umar Ahmad mengapresiasi penghargaan dari Good Design Award. Karena lewat ajang ini, pihaknya mendapat kesempatan bertemu dan berjejaring dengan individu dan kolektif dari berbagai negara, yang memiliki kapasitas untuk berkontribusi pada Tubaba.
Partisipasi Menuju Tubaba di Good Design Award diawali dengan terpilihnya proyek ini sebagai salah satu pemenang Good Design Indonesia (GDI), sebuah kolaborasi antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag) dengan Japan Institute of Design Promotion.
Melalui kerja sama ini, pemenang GDI of the Year dan GDI Best secara otomatis berhak mengikuti penjurian tahap kedua Good Design Award di Tokyo.
'Menuju Tubaba' Fokus Pada Ekologi Dan Akar Budaya
Sebagai salah satu wujud dari pembangunan daerah berlandaskan ekologi dan budaya, Tubaba menggaet arsitek, desainer, seniman, dan budayawan. Beberapa kolaborator yang terlibat adalah andramatin architects dan studiodasar, kolektif seni Studio Hanafi, dan perancang mode Auguste Soesastro.
Sementara NUSAÉ, dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Tubaba untuk memberikan arahan desain komunikasi dan merancang identitas visual, yang dapat merepresentasikan visi Tubaba secara holistik.
Principal Designer & Director NUSAÉ, Andi Rahmat mengatakan, dalam mewujudkan proyek ini, NUSAÉ berkolaborasi dengan Tokotype dalam merancang huruf; Capital Six dalam merancang website; Jordan Marzuki dalam pembuatan film dokumenter, dan Nation Insights untuk strategi branding.
"Warna merah dan kuning yang dipakai dalam desain, terinspirasi dari warna yang familiar di elemen adat lokal. Namun disesuaikan dengan semangat kontemporer yang sejalan dengan hurut tipe Sans Serif yang digunakan," terangnya.
Kaki huruf ‘T’ dan ‘A’ dalam Tubaba diperpanjang untuk menyimbolkan kedalaman akar sejarah dan budaya lokal.
Huruf ‘A’ juga dimodifikasi untuk menyerupai penunjuk arah ke depan dan harapan yang maju, mencerminkan visi kemajuan Tubaba.
"Bentuk ini lahir terinspirasi dari karakter aksara lokal dan karakter bagian dari Masjid Agung Baitus Shobur, yang merupakan ikon Tubaba. NUSAÉ juga menerapkan inspirasi dari aksara lokal dalam elemen grafis sebagai pendukung dari identitas desain utama," urai Andi lebih lanjut, masih kepada penulis Gatra.
Siapa NUSAÉ? Studio Yang Harmonisasikan Desain Grafis Dan Lingkungan
NUSAÉ, studio desain dari Bandung, Provinsi Jawa Barat ini menyebut bahwa kerja mereka didasari atas pendalaman adanya harmonisasi desain grafis lingkungan.
Penjelasan mengenai hal itu, mereka sematkan pula pada laman NUSAÉ. Yakni, bahwa lingkungan yang mengelilingi kita terdiri dari banyak elemen yang memiliki pengaruh tertentu satu sama lain.
Sebagai upaya menciptakan keharmonisan dalam lingkungan, NUSAÉ merumuskan pendekatan desain mereka, untuk melayani fungsi penyetelan elemen-elemen tersebut agar serempak.
Hanya melalui hubungan timbal balik dari semua elemen tersebut, keharmonisan dalam lingkungan desain grafis dapat tercapai.
"Pemahaman tentang Harmonisasi Desain Grafis Lingkungan tercermin melalui proses ide, penelitian, dan desain multifaset kami yang bergerak menuju hasil yang diinginkan," tulis mereka.
Secara syahdu dan melankolis, mereka menyatakan bahwa mereka melayani untuk menjadi konsonan antara desain dan lingkungan, karena struktur dan tatanan ada di sekitar kita, baik dalam bentuk nyata maupun abstrak.
"Cara kita mengamati dan memahami banyak detail di sekitar kita, sangat terkait dengan cara kita bekerja. NUSAÉ percaya pada nilai kontekstual integrasi desain terhadap lingkungannya. Kepekaan khusus itu penting, untuk membentuk pemahaman terhadap struktur dan tatanan di sekitar kita dan bagaimana kita menanggapinya melalui desain kita," demikian kalimat yang terpajang di kolom identitas perusahaan mereka.