Ketika musim kemarau yang kering seperti sekarang ini, suasana pada pagi dan siang hari terasa panas menyengat, meski demikian pada malam harinya terasa dingin menyayat. Orang Indonesia biasanya akan makan atau minum sesuatu yang menghangatkan tubuh, sekaligus menjaga tetap sehat untuk beraktivitas keesokan harinya.
Dan ternyata, minuman khas Indonesia yang biasanya dikonsumsi untuk menghangatkan tubuh itu berbeda antara wilayah satu dan lainnya. Berikut ini kami himpun beberapa di antaranya.
Jawa Tengah
- Wedang tahu
Orang Jawa Tengah khususnya Semarang dan sekitarnya sudah akrab dengan wedang tahu. Wedang tahu diperkirakan sudah ada sejak abad ke-19 dan menjadi wujud akulturasi dengan masyarakat Tionghoa di masa lampau.
Laman Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah menuliskan, wedang tahu merupakan hidangan kombinasi antara kembang tahu yang terbuat dari kedelai yang diolah bersama agar-agar atau tepung tapioka dan air jahe bercampur macam-macam rempah.
Wedang memberikan rasa hangat di perut dan kerongkongan.
- Wedang ronde
Masih dari Jawa Tengah, ada wedang ronde yang juga berasal dari olahan air jahe. Namun, diberikan tambahan ronde (adonan berbentuk bulat, terbuat dari tepung ketan yang diisi dengan gula merah di dalamnya).
Banyak penjual wedang ronde di masa kini menambahkan kacang tanah sangrai, air gula merah, kolang-kaling dan potongan kecil roti tawar sebagai toppingnya.
Asal-muasal wedang ronde sebetulnya dari China, dan kerap dikonsumsi oleh pedagang yang datang ke Indonesia. Oleh para pedagang China, wedang ronde ini mereka sebut dongzhi atau tangyuan.
- Sekoteng
Jawa Tengah juga dikenal dnegan sekotengnya. Air jahe yang dikonsumsi bersama kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, dan potongan roti tawar.
Perbedaan wedang ronde dan sekoteng, ada pada pacar cina, kacang hijau, dan ronde.
Jawa Barat
- Bandrek
Bandrek termasuk minuman khas Sunda. Minuman ini diketahui sudah ada sejak abad ke-10. Disajikan hangat, dan berbahan jahe serta gula merah.
Laman merdeka.com menulis, di daerah tertentu di tanah pasundan, masyarakat menambahkan rempah-rempah seperti serai, merica, dan ada pula yang menambahkan pandan, telur ayam kampung, dan lainnya.
- Bajigur
Ada jahe dan kayu manis pada bahan alami pembuat bajigur. Dari laman orami disebutkan, dua bahan tersebut mengandung antioksidan yang cukup tinggi.
Antioksidan adalah senyawa yang bermanfaat untuk membantu melawan serangan radikal bebas.
Baca Juga: Google Tambahkan Opsi Baca Lantang untuk Reading Mode Pada Chrome
Jawa Timur
Jawa Timur punya wedang angsle.
Kuah wedang angsle dibuat dari campuran daun pandan, vanili, santan. Untuk isian terdiri dari putu mayang, kacang hijau, ketan putih, mutiara, potongan roti, dan irisan buah kolang-kaling.
Pada awalnya wedang angsle tidak memiliki tambahan air jahe, serai, gula Jawa di dalamnya. Namun seiring waktu, beberapa penjual menambahkan air jahe.
Daerah Istimewa Yogyakarta
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kabupaten Bantul, ada sebuah daerah bernama Imogiri. Wilayah tersebut terkenal sebagai asalnya wedang uwuh.
Wedang uwuh sarat dengan bahan rempah, seperti jahe, kayu secang, daun dan batang kayu manis, daun cengkeh, daun pala.
Laman Kemdikbud RI menuliskan, wedang uwuh kali pertama dihidangkan dari zaman Sultan Agung yang waktu itu merupakan Raja Mataram.
Konon, saat beristirahat di Bukit Merak Imogiri usai mencari lokasi pemakaman keluarga raja, Sultan Agung meminta kepada pengawalnya untuk membuatkan minuman hangat, yaitu wedang secang (Caesalpinia sappan). Wedang tersebut diletakkan di dekat Sang Raja.
Namun kemudian, angin malam menjatuhkan ranting dan daun pohon ke atas wadah wedang secang milik Sultan Agung. Tak diduga, Sultan Agung menyukai rasa minuman itu.
Baca Juga: Kisah Kepahlawanan Jenderal Sudirman Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul, Museum Ini Saksinya
Baca Juga: Biar Gak Keduluan Sama NCT Dojaejung, Ayo ke Labuan Bajo dan Cicipi 5 Makanan Khas Ini
Sulawesi Selatan
Sarabba menjadi minuman khas Bugis Makassar dan dikenal berkhasiat menjadi obat di saat masuk angin atau ketika tenggorokan tidak nyaman.
Masyarakat juga mengonsumsi sarabba untuk mengembalikan stamina yang kurang fit atau lelah sehabis pulang kerja. Sarabba diyakini pula dapat membantu meredakan flu dan menghangatkan badan.
Bahan-bahan pembuat Sarabba terdiri dari jahe, kayu manis, serai, gula merah, merica, santan, air. Temukan Sarabba di banyak tempat ketika kamu berkunjung ke Makassar, Manado atau daerah lainnya di Sulawesi.
Sumatera Barat
Teh talua atau teh telur adalah minuman manis asal Sumatera Barat dan dapat dijumpai di lapau, warung tradisional Minangkabau hingga Restoran Padang.
Minuman ini berupa teh ditambah gula dan telur yang sudah dikocok serta sedikit perasan jeruk nipis. Telur yang digunakan umumnya adalah telur ayam kampung.
Sejarah teh talua konon dimulai di masa penjajahan Belanda di ranah Minang.
Seorang penulis buku Teh Talua, Eddi Novra, menjelaskan pada masa tanam paksa Belanda terhadap masyarakat/pekerja Sumatera Barat, ada larangan dari Belanda kepada masyarakat mengkonsumsi kopi seperti yang Belanda minum, akibatnya para pekerja membuat cara lain.
Dituliskan dalam laman Pasbana, para pekerja kemudian membuat teh dari daun kopi atau teh dari ampas sisa pabrik, dan mencampurnya dengan telur ukuran kecil yang tak laku di pasaran.
Cerita lainnya, kata dosen Fakultas Pariwisata UM Sumbar itu, dahulu ketika membangun Jam Gadang, menaranya terbuat dari kapur, pasir putih dan putih telur.
Agar tak terbuang sia-sia, kuning telurnya diolah pekerja dengan mencampurkannya ke dalam teh yang mereka buat.
Minuman teh talua sempat hanya bisa diminum oleh kalangan elit atau tertentu saja di Sumbar. Teh talua menjadi minuman bergengsi yang ada di pertemuan pejabat, saudagar kaya, pengusaha dan perantau kaya yang sedang berada di kampung halamannya.
Apakah kamu menemukan minuman khas lainnya dari berbagai daerah di Indonesia? Berbagi kisahmu lewat mengirimkan tulisan ke Techverse.Asia, kami tunggu :)