Pameran keris sebagai bagian Musyawarah Agung Senapati Nusantara mulai dibuka untuk publik, Jumat (16/9/2022) hingga Sabtu (17/9/2022), di Ros In Hotel, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketua Panitia Musyawarah Agung Senapati Nusantara (MAS), Nurjianto atau Gus Poleng mengatakan, ada dua keris yang bernilai tinggi, berasal dari era Majapahit pada abad X yakni Keris Naga Sasra bergelar Shang Hyang Antaboga dan Keris Kyai Sekar Anggrek. Keris Naga Sasra ini sempat hilang ratusan tahun. Namun lewat pameran kali ini, keris tersebut bisa kembali dilihat oleh masyarakat umum.
"Sebelumnya, menurut sebagian masyarakat pecinta tosan aji, keris Nagasasra Majapahit telah sirna hilang ditelan bumi," kata dia.
Menurut Gus Poleng, banyak pihak yang mengklaim memiliki keris Nagasasra Majapahit yang asli. Namun sampai saat ini masih diragukan keasliannya. Bahkan di berbagai museum keris di belahan dunia, tidak ditemukan yang namanya keris Nagasasra tangguh Majapahit dengan ciri yang disepakati para ahli keris.
Baca Juga: Berkenalan Dengan Selokan Mataram Yogyakarta, Dari Taktik Jadi Sumber Anti Paceklik
"Namun di pameran ini kami perlihatkan. Keaslian keris tersebut sudah dibuktikan melalui kuratoral serta kajian para pakar keris Nusantara. Sebab Naga Sasra merupakan keris dengan ciri khusus," kata dia.
Terlihat dari bentuk kepala naga pada gandik keris dan badnya menjulur sampe atas dengan hiyasan kinatah. Serta sisik emas pada bagian badanya dan bilahnya berpamor hurap atau wesi purosani.
Munculnya keris Naga Sasra Majapahit ini merupakan pertanda bagus. Sebab keris naga melambangkan kekuasaan, kekuatan, kewibawaan, kemakmuran dan kepemimpinan. Hal ini didasarkan sejarah pada era Majapahit ketika muncul sosok Empu Supo Mandrani yang bergelar Pangeran Sedayu. Salah satu Mahakaryanya adalah keris dengan dapur Naga Sasra.
“Itu cerita legendaris soal keris bahwa Keris Naga Sasra dibikin oleh Empu Supo ketika ada gejolak dan pandemi untuk mengatasi kegaduhan yang muncul di seantero kerajaan,” jelasnya.
Ketua Organizing Committee (OC) Musyawarah Agung, Fendi Prayitna mengatakan, selain Keris Naga Sasra, nantinya juga akan dipamerkan keris-keris yang dimiliki oleh para raja-raja Nusantara lainnya seperti Keris Singo Barong, Junjung Drajad, dan Rondoro.
Ia menambahkan, sebagai sebuah kegiatan yang juga bermaksud membangkitkan geliat ekonomi, bursa keris dan tosan aji MAS 2022 menargetkan perdagangan sebesar Rp5 miliar selama bursa.
Kolektor keris dari Bali bernama Tris Heryanto turut memamerkan beberapa keris langka mulai dari Keris Toraja, Keris Bali, dan Parang dari Sumba dengan ketiganya memiliki warangka dan gagang terbuat dari emas dan bertatah batu mulia.
“Umur kerisnya diperkirakan 500-an tahun dengan harga Rp2 miliar hingga Rp3 miliar," kata dia.
Bukan hanya membawa keris, ia juga membawa Topeng Emas langka dari Lombok yang dijual dengan harga Rp1,5 miluar.
Sementara itu, tamu-tamu yang hadir dalam bursa, mulai dari pejabat negara, kolektor dan masyarakat umum.
Musyawarah Agung Paguyuban Keris Senapati Nusantara pada tahun ini mengambil tema khusus ‘Keris Nusantara untuk Indonesia Bangkit', lanjut dia. Tema tersebut adalah refleksi masyarakat keris nusantara setelah melalui dua tahun pandemi yang berat sekali bagi masyarakat Indonesia dan juga dunia.
Ia mengungkap ada alasan lain yang menyebabkan panitia memilih Bantul sebagai lokasi pelaksanaan musyawarah dan pameran keris. Yakni, karena Kabupaten Bantul punya pusat warangka keris terbesar di dunia, yakni berada di Kapanewon Imogiri. Dengan menggelar kegiatan ini di Bantul, Senapati Nusantara ingin mendorong branding Kabupaten Bantul sebagai salah satu daerah penghasil tosan aji terbesar di dunia.