Makanan, Mitos, Dan Malnutrisi Di Indonesia

Uli Febriarni
Minggu 02 Oktober 2022, 13:50 WIB
kolase makanan indonesia / uli febriarni

kolase makanan indonesia / uli febriarni

Pernahkah kamu menyadari? bahwa selera yang kita miliki atas makanan tertentu atau makanan favorit kita, kerap muncul berawal dari kudapan yang disajikan oleh orang tua atau leluhur. Kemudian, hal itu melekat di lidah dan ingatan kita.

Baca Juga: Mulai Belajar Belanja Ke Pasar Tradisional, Walau Kalap Tetap Lebih Hemat

Sebetulnya, aktivitas makan ternyata bukan hanya memberikan efek kenyang. Melainkan juga mengandung wawasan dan khazanah tradisi di tiap negara. Bahkan, kebiasaan makan juga memberikan informasi mengenai status gizi masyarakat. 

Setidaknya poin itu yang ditemukan oleh kajian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada baru-baru ini. 

Akademisi telah membahas bersama mengenai budaya makan yang dipotret dari mitos sampai fakta kesehatan. Muatan materi dalam program talk show kesehatan ini berbasis pada buku karya Dosen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, Dr. Toto Sudargo, M.Kes., dkk berjudul Budaya Makan, diterbitkan oleh UGM Press.

Diskusi itu pada awalnya diharapkan bisa menjadi ruang diseminasi informasi publik bagi masyarakat awam, untuk memahami unsur budaya dan perilaku makan dari sisi kesehatan maupun sejarah pangan nusantara.

Baca Juga: Konservasi Salamander Raksasa China Butuh Teknik Khusus, Ada Polisi Dipecat Karena Makan 'Si Fosil Hidup' Ini

Dr.Toto Sudargo mengungkap, Indonesia memiliki beragam budaya nusantara, salah satunya budaya makan. Budaya makan tidak sekedar menjadi sebuah 'kebiasaan'. Di dalamnya terkandung kepercayaan, pantangan, anjuran dan beragam catatan lain yang melekat pada setiap kekhasan makanan.

Budaya makan ini juga menjadi salah satu yang memengaruhi perilaku makan masyarakat, seperti: tata krama, frekuensi, pola makan dan pemilihan makanan. Perbedaan budaya setiap daerah mengakibatkan adanya perilaku makan yang berbeda-beda.

“Perilaku makan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah faktor fisik dan psikologis. Sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor budaya, ekonomi, norma sosial, dan pengetahuan,” terangnya. 

Budaya makan yang berkembang dan turun-temurun secara tidak disadari akan menjadi semacam acuan masyarakat dalam mengkonsumsi bahan pangan. Tidak jarang, budaya mengonsumsi bahan pangan tertentu sudah ditradisikan sejak masa kanak-kanak.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental Saat Hadapi Tekanan Kiri Kanan: Cukup Tidur Dan Jangan Lupa Makan

Oleh karena itu, perilaku makan ini memiliki berkaitan dengan kualitas status kesehatan masyarakat. Situasi ini di satu sisi bisa mengakibatkan terjadinya kelebihan kandungan zat nutrisi tertentu untuk makanan yang dianjurkan. Namun di sisi lain, masyarakat akan mengalami defisiensi nutrisi akibat adanya pantangan makanan.

Seorang pakar sejarah, turut andil menyampaikan buah pemikirannya. Fadly Rahman menjelaskan, dari tinjauan aspek klinis ataupun gizi nutrisi anak, faktor risiko dan potensi penyakit yang muncul akibat adanya defisiensi nutrisi.

Fadly menuturkan, budaya makan di Indonesia erat kaitannya dengan aspek sejarah. Bukan hanya itu, tradisi masyarakat juga turut memengaruhi kebiasaan makan. Mulai dari mitos, kemunculan resep pribumi, terjadinya proses akulturasi budaya, hingga selanjutnya menjadi budaya makan masyarakat Indonesia.

Sepanjang tahun 1950-an hingga awal 1960-an banyak diterbitkan buku-buku ilmu gizi dan kesehatan masyarakat. Buku-buku ini dibagikan ke sekolah-sekolah dan rumah tangga dalam rangka mengedukasi para siswa dan ibu rumah tangga tentang cara mengatasi gizi buruk.

“Salah satu penyebab tingginya angka gizi buruk adalah beredarnya berbagai mitos dalam budaya makan masyarakat. Sebagian besar mitos yang muncul itu berlaku untuk ilmu hamil dan menyusui serta anak-anak,” ujar penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia ini.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno05 April 2025, 11:11 WIB

Jiplak Fitur TikTok, Reels Instagram Kini Bisa Dipercepat Saat Dilihat

Instagram kini memungkinkan pengguna untuk mempercepat Reels seperti di TikTok.
Reels Instagram sekarang bisa dipercepat saat diputar. (Sumber: istimewa)
Lifestyle05 April 2025, 11:00 WIB

Casio G-SHOCK x Barbie Rilis Jam Tangan Serba Pink

Jam Tangan GMAS110BE-4A Edisi Terbatas Mengekspresikan Pandangan Dunia Barbie.
Casio G-SHOCK GMAS110BE-4A x Barbie. (Sumber: Casio)
Techno04 April 2025, 16:36 WIB

Batas Waktu Pelarangan TikTok Berlaku 5 April 2025, Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Trump menegaskan bahwa TikTok harus menjual platform mereka agar bisa tetap beroperasi di AS.
TikTok.
Automotive04 April 2025, 16:12 WIB

Hyundai Ungkap IONIQ 6 dan IONIQ 6 N Line dengan Desain Terbaru

Dua mobil listrik baru tersebut diperkenalkan di Seoul Mobility Show 2025.
Hyundai IONIQ 6.
Techno04 April 2025, 15:37 WIB

Spek Lengkap POCO M7 Pro 5G, Didukung Aplikasi Google Gemini

Mendefinisikan Ulang Hiburan 5G dengan Gaya dan Harga Terjangkau untuk Generasi Berikutnya.
POCO M7 Pro 5G. (Sumber: POCO)
Startup04 April 2025, 15:15 WIB

Elon Musk Sebut xAI Telah Resmi Mengakuisisi X

Masa depan kedua perusahaan tersebut saling terkait.
Elon Musk (Sumber: Istimewa)
Techno04 April 2025, 14:28 WIB

Kebijakan Tarif Trump Gemparkan Pasar Keuangan Global

Hal ini berpotensi kembali memicu kenaikan inflasi dan akan semakin menunda dimulainya kembali tren penurunan suku bunga.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno03 April 2025, 16:29 WIB

Nintendo Switch 2 akan Dijual Seharga Rp7 Jutaan, Rilis 5 Juni 2025

Perusahaan tersebut mendalami perangkat keras, fitur, dan permainan selama Nintendo Direct yang sangat sukses.
Nintendo Switch 2. (Sumber: Nintendo)
Techno03 April 2025, 16:05 WIB

Generator Gambar ChatGPT Sekarang Tersedia untuk Semua Pengguna Gratis

Sekarang semua orang dapat membuat karya seni ChatGPT ala Studio Ghibli.
Logo OpenAI (Sumber: OpenAI)
Startup03 April 2025, 14:52 WIB

Grab Dilaporkan akan Akuisisi Gojek: Butuh Dana Rp33 Triliun

Yang jadi kekhawatiran atas akuisisi ini adalah terjadinya monopoli di sektor startup layanan ride hailing.
Grab (Sumber: GRAB)