Batik Impor Sudah Terkontrol, Industri Batik Auto Melesat? Ini Tantangannya

Uli Febriarni
Minggu 02 Oktober 2022, 16:25 WIB
dubes australia dan bupati sleman memperlihatkan batik salak parijotho / uli febriarni

dubes australia dan bupati sleman memperlihatkan batik salak parijotho / uli febriarni

Pada 2 Oktober 2009, batik resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) milik Indonesia. Dalam naskah keputusan dari UNESCO dinyatakan, batik merupakan teknik menghias kain yang mengandung nilai, makna, dan simbol-simbol budaya.

​Pasar utama ekspor batik nasional antara lain termasuk Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Berdasarkan data Kemenperin, mengutip LKBN Antara, dinyatakan bahwa capaian ekspor batik pada 2020 mencapai 532,7 juta dolar AS, dan pada triwulan satu pada tahun 2021 mencapai 157,8 juta dolar AS. Melihat tingginya angka penjualan batik indonesia, bisa kita simpulkan bahwa batik Indonesia punya keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar internasional. 

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi berharap, industri batik dan kerajian bisa terus berkontribusi memulihkan ekonomi pascapandemi Covid-19. Upaya tersebut bisa dilakukan melalui peningkatan dan pemulihan kualitas produk sesuai dengan standar, sehingga produk yang ada dapat semakin berdata saing, baik di tingkat nasional maupun global.

Berdasarkan catatan Kemenperin, sektor industri batik yang didominasi industri kecil dan menengah, mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 200.000 orang. Terbagi ke dalam sekitar 47.000 unit usaha dan tersebar di 101 sentra di Indonesia.

Bagaimana perjalanan industri batik dan tantangan apa yang masih harus dihadapi?

Sempat Dihantam Batik Impor

Industri batik di Indonesia pernah memasuki masa kelam, ketika negara ini mendapat pasokan begitu banyak produk kain dan pakaian bermotif batik dari China. 

Badan Pusat Statistik pada 2013, kala itu, mencatat bahwa Indonesia mengimpor sebanyak 282,3 ton produk batik dari berbagai negara, dengan nilai mencapai USD5,2 miliar. Impor terbesar berasal dari China sebesar 136,8 ton, senilai USD2,1 juta. Setelah itu, negara Italia sebanyak 43,1 ton, senilai USD937,6 ribu. Selanjutnya Hongkong, Korea Selatan, Jepang. Kondisi ini memaksa industri batik Indonesia harus dapat bersaing dengan produk batik impor.

Berbagai keluhan yang disampaikan oleh para perajin batik, pada akhirnya membuahkan hasil. Pada 2019 muncul kontrol kuat dari asosiasi perajin bersama pemerintah dalam peredaran batik impor. Saat ini, batik impor bukan berarti tidak ada sama sekali, barang tersebut diduga masih beredar di pasaran namun dalam jumlah lebih sedikit.

Perlu Peningkatan Kualitas dan Konsistensi

Umum kita mengamati di Indonesia, produk yang sudah laku keras, sulit menjaga konsistensi kualitas mereka. Hal itu nyatanya bukan hanya terjadi pada industri makanan, minuman, perabotan rumah tangga. Melainkan juga tekstil termasuk batik.

Beberapa produsen batik, membawa produk mereka ke pasaran dengan beberapa cacat, lalu dijual dengan harga murah kepada pelanggan dengan kategori 'reject'. Perilaku ini jelas memberikan keuntungan kepada produsen, karena tidak ada produk terbuang. Namun menunjukkan produsen rela batiknya dilihat dalam kondisi tidak laik jual di hadapan konsumen. Sepertinya, masih belum mudah menerapkan budaya konsisten: hanya menjual barang yang lolos kontrol kualitas (QC).

Anak Muda Belum Terjun Pegang Batik, Hanya Pegang Merk

Sebagian besar batik dihasilkan oleh perajin kecil dan menengah. Tidak sedikit perajin yang mampu membuat batik karena keterampilan turun-menurun dari generasi sebelum mereka. Regenerasi perajin batik muda belum banyak muncul di lapangan.

Pasalnya, bukan anak muda yang turun langsung menjadi perajin agar lebih memahami teknik membuat batik yang berkualitas. Anak-anak muda hanya berperan sebagai pemegang merk (jenama), mengelola manajemen atau mendesain pakaian. Kondisi ini mengancam produksi batik di masa depan, terutama batik tulis. 

Padahal, pembuatan batik tulis sebagai bentuk karya handmade, memberikan nilai tinggi pada sebuah batik. Bahkan, kendati ada banyak mesin dengan kecerdasan buatan mampu memproduksi batik dengan hasil mirip batik tulis, hasil yang muncul tidak akan bercita rasa sama seperti batik yang dibuat dengan tangan.

Penguatan Kolaborasi

Pemerintah daerah di Indonesia, masing-masing memproduksi batik. Tak terkecuali daerah yang sudah punya kain tradisional khas, kemudian membuat batik. Tujuannya, untuk menyasar konsumen menengah ke bawah, namun tetap bisa mempertahankan motif khas daerahnya.

Hal ini membuat begitu berlimpahnya batik di dalam negeri, sedangkan permintaan belum begitu tinggi. Penumpukan produk kemudian tak terhindarkan. Pasalnya, tidak semua produk yang dibuat oleh perajin, masuk dalam kategori laik ekspor. Sehingga mereka hanya bisa mengandalkan pasar dalam negeri.

Di sisi lain, masing-masing perajin sibuk sendiri-sendiri mengelola produk mereka, ketimbang saling berkolaborasi antar daerah. Baik itu dalam pemasaran, peningkatan kualitas, maupun mengelola rantai pasok. 

Bukan Hanya Indonesia Yang Punya Batik

Kondisi terakhir ini menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menciptakan produk yang tetap laku di pasar internasional. Tingginya minat konsumen terhadap batik, membuat beberapa negara lain di dunia, juga mengembangkan batik mereka sendiri. Kendati mereka tidak memproses batik mereka seperti industri batik di Indonesia. Sebut saja beberapa di antaranya adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Afrika.

Motif-motif modifikasi yang memiliki nilai umum di hadapan negara lain, harus mulai diwaspadai seberapa jauh potensinya di pasar internasional, di masa depan. 

Tak ada salahnya bagi para perajin semakin mengenal batik kembali seperti yang didefinisikan UNESCO. Batik yang sarat dengan motif pakem masing-masing daerah, yang tentunya memiliki nilai kehidupan dan filosofi berbeda, berciri tradisi Indonesia.

Lagi-lagi, mempelajari batik tulis dengan mendalam, bisa menghasilkan karya yang istimewa di mata pelanggan internasional. Karena batik Indonesia akan terus dikenal 'bukan sekadar batik' pada umumnya, melainkan batik yang classy dan penuh makna.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)
Startup21 Januari 2025, 18:24 WIB

Chickin Raih Pendanaan Pinjaman Sebesar Rp280 Miliar dari Bank DBS Indonesia

Chickin didirikan pada 2018, tepatnya di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Chickin. (Sumber: East Ventures)
Startup21 Januari 2025, 17:13 WIB

Banyu Dapat Pendanaan Awal Sebanyak Rp20 Miliar, Merevolusi Industri Rumput Laut

BANYU berkomitmen untuk mendukung petani dengan bibit berkualitas tinggi, teknik budidaya modern, dan akses pendapatan stabil.
Ilustrasi startup Banyu. (Sumber: istimewa)
Techno21 Januari 2025, 16:39 WIB

Upaya Donald Trump Mempertahankan TikTok di AS, Beri Perpanjangan Waktu 75 Hari

Trump menggembar-gemborkan rencananya untuk menyelamatkan TikTok selama kampanye kemenangannya.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno21 Januari 2025, 15:50 WIB

Edits: Aplikasi Edit Video yang Fiturnya Banyak Mirip CapCut

Instagram meluncurkan aplikasi pengeditan video baru yang sangat mirip dengan CapCut.
Logo aplikasi Edits milik Instagram. (Sumber: istimewa)
Automotive21 Januari 2025, 15:05 WIB

Vespa 946 Snake Hanya Tersedia 888 Unit di Seluruh Dunia

Keanggunan yang dingin untuk model Vespa edisi terbatas baru untuk merayakan Tahun Ular.
Vespa 946 Snake. (Sumber: Vespa)
Automotive21 Januari 2025, 14:37 WIB

Yamaha MT-25 Hadir dengan Banyak Pembaruan, Cuma Ada 1 Varian

Yamaha MT-25 semakin tonjolkan aura The Master of Torque yang agresif.
Yamaha MT-25. (Sumber: Yamaha)
Automotive20 Januari 2025, 19:20 WIB

Kenalkan Produk Indonesia ke Jepang, Saber Industries Berpartisipasi di Osaka Auto Messe 2025

Saber Industries optimistis produk lokal bisa memenuhi ekspektasi modifikator Jepang.
Ilustrasi lampu mobil yang diproduksi oleh Saber Industries. (Sumber: istimewa)