Melihat candi berada di tepi jalan besar, di tengah permukiman atau kampung dan persawahan adalah pemandangan yang jamak ditemukan. Namun, candi Hindu berada di tengah kompleks kampus Islam? Mungkin kamu baru bisa akan melihatnya di Universitas Islam Indonesia (UII).
Candi tersebut bernama Candi Kimpulan yang juga dikenal sebagai candi Pustakasala. Kala baru ditemukan pada 2009, candi ini juga populer di masyarakat dengan sebutan Candi UII. Kompleks UII yang terdapat candi Kimpulan berada dalam wilayah administrasi Padukuhan Kimpulan, Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bila kamu mengecek lewat peta Google, kawasan ini terlacak tepat di Jalan Kaliurang Km 14,5.
Baca Juga: Hidupmu Terasa Berat dan Penat? Kunjungi Wisata Religi Sejenak, Hati Tenang Batin Lapang
Untuk dapat mengunjungi dan melihat-lihat candi ini, tentu kita harus masuk ke dalam kompleks perpustakaan universitas, Gedung Mohammad Hatta. Bersanding dengan gedung perpustakaan yang mengadopsi gaya modern penuh kaca, candi ini tampil dengan kesederhanaan dan tetap terdiri dari batuan asli. Beberapa komponen penting yang ditemukan bersamaan dalam ekskavasi candi ini, dilindungi dalam sebuah kotak kaca tebal.
Berada di lereng gunung Merapi, candi ini bukan sengaja dicari keberadaannya. Melainkan dijumpai secara tidak sengaja oleh pekerja proyek pembangunan gedung perpustakaan. Dengan beragam pertimbangan, pihak universitas kemudian memutuskan untuk mempertahankan candi dan 'mengalah'. Dalam arti, bangunan perpustakaan yang sedianya dibangun di atas lahan itu dipindah beberapa meter ke sisi lain, agar keberadaan candi bisa terjaga.
Laman UII menyebut, Yayasan Badan Wakaf UII sempat mengusulkan nama lain, Pustakasala. Dalam bahasa Sanskerta, konon pustakasala artinya 'perpustakaan'.
Baca Juga: Travelling Bersama Teman, Pilih Leader dan Bendahara
"Nama ini juga untuk menggambarkan nuansa pendidikan universitas. Ditambah lagi arca Ganesha yang ditemukan di situs dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, intelektual, dan kebijaksanaan," tulis laman itu.
Dari yang awalnya terkubur di kedalaman 5 meter di dalam tanah, kini candi Kimpulan bisa dinikmati keberadaannya. Di tengah lingkungan kampus yang asri dan berudara sejuk, khas iklim kawasan Kaliurang.
Berdasarkan gaya ukiran dan arca, diduga candi ini dibangun pada kurun waktu abad ke-9 sampai ke-10 pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Kimpulan diperkirakan memiliki struktur tubuh dan atap yang berasal dari material organik seperti bambu atau kayu. Hal ini dibuktikan dengan temuan struktur ‘umpak’ yang merupakan penyangga tiang dalam rumah adat jawa.
Bila berkunjung ke Yogyakarta dan menyempatkan mengintip candi ini, jangan bingung bila tak menemukan struktur seperti candi Prambanan. Karena candi Kimpulan hanya menampilkan struktur beberapa bujur sangkar, landasan candi berpagar serta tangga dan celah masuk berhias antefiks berukir Kala. Ruang dalam terdapat arca Ganesha, Nandi, dan Lingga-Yoni.
Tim ilmuwan menduga, candi ini bisa saja hanya candi sederhana yang dibangun masyarakat umum di masa lampau. Apalagi sejauh ini kita mengetahui, kawasan gunung, perbukitan yang tinggi kerap dipilih manusia zaman silam untuk mendirikan tempat beribadah.
Artefak-artefak lain yang bisa ditemukan di kompleks kecil candi Kimpulan adalah kotak pripih, isi pripih yang terdiri dari lempengan emas dan perak, dan sebagainya.
Pada candi induk, ditemukan arca Ganesha, lingga, yoni, gerabah. Di dalam candi perwara ditemukan arca Nandi, dua buah lapik padma.
Kalau sudah sejenak mengintip candi Kimpulan, berjalan-jalan di area kampus juga bisa jadi pilihan. Asalkan tidak melakukan tindak kriminal atau berniat buruk, pihak kampus terbuka menerima kunjungan masyarakat umum. Baik itu yang ingin berlari pagi di lingkungan kampus, mengagumi gedung tiap fakultas, bermain bola di lapangan hijaunya atau sekadar nongkrong di tepian waduk buatan. Syarat dan Ketentuan berlaku tentunya.