Objek wisata peninggalan Keraton Yogyakarta yang bisa dikagumi keindahan sekaligus dapat dipelajari sejarahnya bukan hanya area Keraton Yogyakarta, Tamansari atau Tugu Jogja, melainkan juga Situs Warungboto.
Masih sama-sama berada di tengah-tengah Kota Yogyakarta, Situs Warungboto berdiri di perbatasan antara Kelurahan Rejawinangun, Kemantren Kotagede dan Kelurahan Warungboto, Kemantren Umbulharjo.
Tak terpaut jauh dari tepian aspal Jalan Veteran, situs ini mulai ramai dikunjungi usai direvitalisasi pemerintah daerah setempat pada sekitar 2016.
Ketika sudah menemukan Situs Warungboto, kita akan melihat tampilannya yang disertai tembok bata merah berlapis semen, serta bagian terekspos di beberapa sisi.
Untuk yang sudah pernah berkunjung ke Tamansari, tentu tampilan demikian akan mengingatkan kita dengan bangunan Tamansari. Mungkin dalam versi lebih sempit atau kecil.
Baca Juga: Ke Yogyakarta Ngidam Makan Bubur? Cek 6 Warung Bubur Ini
Bangunan yang juga punya sebutan Pesanggrahan Rejawinangun itu memiliki luas mencapai 3.344 meter persegi. Situs ini dibangun pada dua sisi, yaitu barat dan timur, menghadap Sungai Gajah Wong.
Cagar budaya tersebut merupakan bekas pesanggrahan atau tempat beristirahat para sultan dan keluarganya. Pesanggrahan di sisi barat merupakan kompleks bangunan berkamar dengan halaman berteras, dan dua kolam pemandian.
Kolam pertama berbentuk lingkaran dengan diameter 4,5 meter, di bagian tengahnya ada pancuran air berkedalaman 0,5 meter, serta memiliki mata air sangat jernih.
Sementara itu, kolam kedua berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 10 meter dan lebar 4 meter dengan kedalamannya 0,75 meter.
Baca Juga: Telur Gobal Gabul Jadi Menu Favorit Warung Pojok Mbak Yuni, Selalu Antre Pembeli
Batu bata menjadi unsur paling dominan sebagai bahan baku dinding dan pondasi untuk membentengi serta memperkokoh bangunan pesanggrahan.
Situs Warungboto makin terlihat megah selain karena kekokohan dindingnya, juga struktur bangunan dengan lorong, pintu, dan jendela beraksen lengkung pada bagian atas sehingga makin menambah kesan eksotis.
Baca Juga: Selalu Ada Sesuatu di Yogyakarta, Salah Satunya Sate Kere
Baca Juga: Wajib Coba Enam Makanan Ini Ketika Datang ke Yogyakarta
Warga Kota Yogyakarta sering juga menyebut ini sebagai 'Tuk Umbul.'
Kalau mendatangi situs ini menjelang Ramadan, alangkah beruntungnya pengunjung karena mereka dapat menyaksikan tradisi Merti Tuk Umbul.
Serupa dengan 'padusan' yang populer di tengah masyarakat Jawa, acara ini juga bertujuan sebagai momen bersih diri untuk bersiap menjalankan puasa.
Biasanya, di saat Merti Tuk Umbul digelar, ada barisan pawai bregada (masyarakat mengenakan pakaian ala prajurit Kraton), sendratari dan agenda tradisi lainnya. Merti Tuk Umbul ditutup dengan doa bersama warga sekampung pada malam harinya.
Tetapi, bagi yang ingin mengunjungi Situs Warungboto dalam waktu dekat juga tidak kalah beruntung. Kita tetap bisa menikmati kemegahan situs ini dengan lega, waktu luang, dan mengabadikan citra situs secara perlahan. Setelahnya, kita bisa berjalan menyusuri permukiman kampung wisata, merasakan pengalaman bertemu dengan keramahan warga setempat.
Baca Juga: Nasi Kuning Muna Cung, Kuliner Langganan Keluarga Keraton Yogyakarta
Melansir dari laman Badan Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Yogyakarta, diketahui bahwa berdasarkan Serat Rerenggan, Sultan Hamengkubuwono II disebut tak hanya membangun tempat istirahat di situs Warungboto.
Diperkirakan, sang raja telah membangun 13 pesanggrahan, termasuk di Purwareja, Pelem Sewu dan Rejakusuma. Sebagian dibangun ketika ia masih menjadi putra mahkota. Lantaran banyaknya pesanggrahan yang dibangun, Sultan Hamengkubuwono II dijuluki 'Sultan Pembangunan Pesanggrahan.'
Di dalam Situs Warungboto terdapat sumber air yang kemudian dibuat menjadi tempat peristirahatan sekaligus tempat pemandian bagi raja dan keluarganya.
Baca Juga: Menyusuri Desa Jatimulyo, Kawasan Eksotis di Perbatasan DIY dan Jateng