Techverse.asia - Selama lebih dari satu dekade hadir di Indonesia, in-Lite brand pencahayan besutan anak bangsa telah konsisten memberikan edukasi dan solusi pencahayaan terpadu untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Memasuki usia ke-11, merek lampu karya anak bangsa ini memperluas visi #TerangIndonesia melalui konsep 'Beyond Illumination’.
Baca Juga: Hyundai Pamerkan Stargazer Essential Tech di IIMS 2025, Berapa Harganya?
Konsep ini menekankan bahwa pencahayaan tidak hanya berfungsi sebagai penerangan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkaya ekspresi artistik. Inisiatif ini diwujudkan melalui kolaborasi dengan seniman Revoluta S dalam pameran bertajuk 'Pada Satu Titik', yang dibuka pada Senin, (17/2/2025) di The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan.
General Manager Marketing in-Lite Fransiska Darmawan mengungkapkan pentingnya peran pencahayaan dalam menampilkan karya seni dengan optimal. "Karya seni umumnya diapresiasi secara visual, sehingga pencahayaan yang tepat membantu penikmatnya merasakan mood dan ambience dari karya tersebut secara lebih mendalam," ujarnya.
Lebih dari itu, imenurut Fransiska, ini adalah bentuk penghormatan bagi sang seniman yang telah melalui ribuan keputusan kreatif dalam proses berkarya, agar dapat diapresiasi sebagaimana mestinya.
Baca Juga: Penampakan Matt Damon sebagai Menjadi Odysseus dalam Film Christopher Nolan Berikutnya
Sebelum menentukan pencahayaan, seniman perlu memahami pesan yang ingin disampaikan melalui karyanya. Tak kalah penting, mereka juga harus mengenali jenis pencahayaan yang paling sesuai untuk membangun suasana dan menghadirkan kesan yang diinginkan.

Pemilihan pencahayaan sebaiknya disesuaikan dengan tema, mood, medium, serta lokasi pameran, baik di dalam maupun luar ruang agar dapat mendukung pengalaman visual yang optimal bagi penikmatnya.
Sebagai contoh, pada karya dengan nuansa ceria, seniman dapat menggunakan general lighting dengan warna putih terang atau semu yang merata untuk menciptakan atmosfer positif. Pencahayaan jenis ini memberikan efek alami, sehingga mampu mempertahankan warna seperti aslinya.
Baca Juga: LG akan Umumkan Model Lampu Berdiri dan Peralatan Berkebun di CES 2025
Selain itu, permainan bayangan dan sorotan pada detail tertentu dapat menonjolkan aspek emosional atau tematik dalam karya. Teknik ini mampu menghadirkan dimensi tambahan, memperkaya makna, dan memperdalam interpretasi visual yang sesuai dengan visi seniman
Fransiska juga menjelaskan alasan di balik peralihan menuju konsep Beyond Illumination. Jika sebelumnya kami berfokus pada inspirasi pencahayaan untuk bangunan, kini pihaknya ingin turut memotivasi dan mendukung teman-teman seniman agar terus berkarya.
"Konsep ini merupakan bentuk komitmen kami untuk hadir di tengah masyarakat, tidak hanya memenuhi kebutuhan pencahayaan, tetapi juga ruang untuk ekspresi seni," ujarnya.
Baca Juga: ARTJOG 2025 Usung Tema Motif: Amalan, Begini Penjelasannya
Seniman, Revoluta S mengatakan bahwa sebagai seniman, dia sering fokus pada proses mencipta karya. Namun, dia kerap melupakan hal penting setelahnya, yaitu cara menampilkan karya. Padahal, penyajian yang tepat memungkinkan karya dinikmati secara optimal oleh penikmat seni.
"Karena itu, saya mengapresiasi in-Lite yang terbuka untuk berkolaborasi dan mendukung kami, para seniman, dalam menampilkan karya. Lampu in-Lite membuat saya semakin memahami pentingnya pencahayaan dalam presentasi karya seni," terangnya.
Dalam pameran ‘Pada Satu Titik’ kali ini, Revoluta S menggabungkan material logam yang dipadukan dengan permainan cahaya untuk menghadirkan kesan hidup sekaligus memperkaya ekspresi artistik karyanya.
Pameran tersebut terbuka untuk pengunjung di lantai LG The Ritz-Carlton Mega Kuningan, mulai 17 Februari hingga 16 Maret 2025.
Revoluta S juga merupakan kreator di balik karya seni bertajuk 'Utopia Pungguk', 'Tangguh', dan 'Jiwa Merdeka'. Selain itu, Ia adalah sosok pencetus sekaligus ketua pelaksana pameran ‘Jakarta PROVOKE!’.
Baca Juga: Dikira Sampah, Karya Seni Berusia 36 Tahun Nyaris Dibuang