Pernah mendengar burung beo menirukan kalimat atau kata-kata yang kamu ucapkan? Terkadang, kata-kata yang kamu ungkapkan itu, bisa diulangi kembali oleh burung beo di hari berikutnya. Bahkan, mereka bisa saja punya kosakata lain ketika kamu kembali menjumpai mereka.
Sebuah penelitian yang baru saja dipublikasikan oleh EurekAlert! menunjukkan keunikan lain dari si burung cerewet ini.
Para peneliti mengatakan burung-burung itu meniru ucapan manusia di lingkungan manapun. Beo-beo itu bahkan menghafal lusinan frasa!
Si Jago Meniru Yang Terancam Punah
Di antara beberapa jenis burung, burung beo abu-abu Afrika dikenal memiliki reputasi sebagai yang terbaik dalam mempelajari suara. Ia memiliki repertoar terbesar, rata-rata sekitar 60 kata.
Kakatua, Amazon, dan Macaw juga merupakan peniru yang sangat baik, dengan repertoar rata-rata 20 hingga 30 kata, sebut laman EurekAlert itu.
Konon, keunikan yang mereka miliki ini bisa membantu beo dari kepunahan. Karena penelitian ini memberi tahu kita, bahwa ada banyak hal yang masih perlu kita pelajari dari jenis burung bernama 'beo'.
Seorang profesor biologi dari University of Pittsburgh di Johnstown, Christine Dahlin mengungkap, mereka sebelumnya telah melakukan survei kepada pemilik burung beo. Para responden menjawab survei, tentang jumlah kata dan frasa yang ditiru burung mereka, terkait suara-suara mirip manusia.
Misalnya bersiul dengan nada dan penggunaan suara dalam konteks. Survei itu memungkinkan tim untuk mengumpulkan data hampir 900 burung beo dari 73 spesies, jumlah sampel yang tidak mungkin dilakukan di alam liar.
"Sekitar 30% spesies di alam liar menurun hingga terancam, hampir punah, atau sangat terancam punah. Terutama karena perburuan dan hilangnya habitat. Tanpa konservasi populasi yang tersisa, kita berisiko kehilangan kesempatan untuk memahami evolusi komunikasi kompleks pada hewan yang luar biasa ini," kata Dahlin, dikutip pada Selasa (6/12/2022).
Urusan Belajar Meniru Bahasa, Beo Dan Bayi Manusia Hampir Sama
Bahasa manusia ternyata memungkinkan beo mengolah bakat mereka dalam belajar vokal. Laiknya bayi ketika mendengar suara dan kata-kata, membentuk ingatan, dan kemudian mencoba menghasilkan suara itu. Kemudian meningkat saat mereka tumbuh dewasa.
Hal itu mirip dengan yang kita amati pada setiap beo, mereka akan meniru bahasa dan kata-kata yang kita ajarkan.
"Kebanyakan hewan tidak bisa belajar meniru suara sama sekali. Meskipun primata non-manusia dapat mempelajari cara menggunakan vokalisasi bawaan dengan cara baru, mereka tidak menunjukkan kemampuan serupa untuk mempelajari panggilan baru," tutur Dahlin lagi, masih di laman yang sama.
Dibandingkan spesies lain sesama pelajar vokal non manusia, -termasuk lumba-lumba dan kelelawar yang juga diketahui memiliki kemampuan ini-, burung tetap berdiri menjadi juara.
"Panggilan dan nyanyian burung beo bahkan lebih mirip dengan bahasa manusia, mereka seperti menyampaikan informasi dengan sengaja," ucapnya.
Media Vox menuliskan, di alam liar, beo dikenal membuat lagu unik agar pasangannya mengenali mereka.
Para peneliti telah menemukan, kawanan burung beo juga bisa mengobrol dan analisis otak mereka menunjukkan bahwa mereka belajar bahasa dengan cara yang mirip dengan manusia.
Selain otak, burung memiliki kotak suara yang sama sekali berbeda dari manusia, yang memberi mereka lebih banyak kendali atas saluran vokal mereka.
Seperti dikemukakan dalam laman komersial Exotic Direct berikut. Yakni, ketika manusia memiliki laring, burung beo memiliki syrinx. Sama seperti burung penyanyi dan anggota keluarga corvid (gagak), burung myna dan burung lyrebird Australia.
Burung beo berbicara dengan memodifikasi udara yang mengalir di atas syrinx untuk mengeluarkan suara. Syrinx terletak di mana trakea terbagi menjadi paru-paru.
Beo Jantan Dan Betina, Mana Yang Lebih 'Cerewet'?
Hampir sembilan dari 10 (89%) beo menggunakan mimikri manusia dalam konteks yang sesuai. Bagaikan seorang manusia yang 'berpikir sebelum berbicara', beo belajar apa yang harus dikatakan dan kapan harus mengatakannya.
Dan sebagai pembelajar vokal, beo adalah subjek penelitian penting untuk memahami dasar-dasar fisiologis, neurobiologis, dan evolusi komunikasi akustik di alam.
Profesor dan Direktur Asosiasi Sekolah Ilmu Biologi University of Northern Colorado (UNC), Lauryn Benedict menjelaskan, pada manusia, usia dan jenis kelamin adalah prediktor yang lemah untuk mengetahui kemampuan dalam menguasai kata.
Remaja memperluas repertoar mereka sampai mereka mencapai kedewasaan, di mana ukuran mereka mulai meningkat.
Hal itu ternyata mirip dengan yang melekat pada burung. Burung berusia lima puluh tahun tidak memiliki repertoar yang lebih besar dari burung berusia lima tahun. Laki-laki dan perempuan dari sebagian besar spesies adalah peniru yang sama baiknya.
"Pengecualian termasuk Budgerigar (salah satu jenis parkit), di mana jantan tahu lebih banyak kata. Di antara Pacific Parrotlets, hanya jantan yang bisa 'berbicara'. Di antara suku Amazon berkepala kuning, betina belajar lebih banyak suara," tuturnya.