Techverse.asia - Film anime The First Slam Dunk sudah tayang di bioskop sejak 22 Februari. Buat saya serial manga Slam Dunk punya tempat sendiri di hati karena menemani masa tumbuh kembang saya menuju ke remaja. Masih terbayang dengan jelas anime ini tayang di TV7 setiap Senin sampai Jumat pukul 18.00 WIB.
Jadi saat mengetahui Takehiko Inoue membuat film The First Slam Dunk, saya punya ekspektasi yang tinggi tentang kisah anak SMA Shohoku bernama Hanamichi Sakuragi yang punya cita-cita menjadi pemain basket profesional. Sosok Hanamichi-lah yang membuat saya menyukai manga ini, karakternya pun digambarkan nyentrik karena hanya dia satu-satunya murid SMA yang rambutnya dicat merah.
Alih-alih menceritakan tingkah Hanamichi yang nakal dan konyol, film berdurasi kurang lebih dua jam ini justru bercerita tentang kehidupan rekan setimnya, Ryota Miyagi. Dalam film ini, Takehiko ingin menceritakan kehidupan Ryota Miyagi, sang point guard di tim basket SMA Shohoku.
Semasa kecil Ryota sudah ditinggal pergi oleh sang ayah, sehingga dia hanya tinggal di Okinawa bersama ibu, kakak, dan adik perempuan. Kakaknya adalah Sota Miyagi yang juga merupakan seorang pemain basket. Ia menjadikan Sota sebagai role model dalam hidupnya untuk menjadi seorang pemain basket profesional.
Dalam film The First Slam Dunk, tim basket Shohoku melawan tim basket SMA Sannoh di kompetisi Inter High atau yang lebih dikenal dengan sebutan kompetisi basket Sekolah Menengah Nasional. SMA Sannoh sendiri adalah juara bertahan di kompetisi tersebut yang mana mereka merupakan juara bertahan tiga kali berturut-turut.
Selama menonton film ini, saya merasakan perjuangan tim basket Shohoku yang naik turun. Jalannya pertandingan disisipi dengan kisah hidup Ryota Miyagi saat ia masih kanak-kanak sampai menjadi siswa SMA. Menurut saya, yang menarik dari film ini, Takehiko Inoue menampilkan kesamaan sifat yang dimiliki antara Ryota dengan Hanamichi yaitu nakal dan tempramental.
Namun, yang membedakan secara fisik adalah postur Ryota yang tidak terlalu tinggi sehingga kerap dianggap tidak layak untuk menjadi pemain basket. Sebab, seperti kita ketahui bahwa pemain basket rata-rata memiliki postur tubuh yang tinggi. Tapi perbedaan lainnya ialah Ryota sebagai Point Guard, ia punya jiwa leadership atau kepemimpinan yang baik.
Dia mampu memberikan pengaruh kepada tim basket SMA Shohoku baik saat berada di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Walau tubuhnya tidak terlalu tinggi, Ryota juga memiliki daya juang atau fighting spirit yang tinggi saat bertanding melawan tim basket SMA Sannoh yang berisikan pemain basket nasional Jepang. Dengan demikian, Ryota menjadi point of view tersendiri yang tidak ada dalam manga.
Kendati spotlight The First Slam Dunk mengarah kepada sosok Ryota Miyagi, Takehiko Inoue tidak lupa untuk menyelipkan tingkah kocak Hanamichi saat bertanding melawan SMA Sannoh. Apalagi Hanamichi dianggap sebagai pemula karena baru bermain basket bersama SMA Shohoku kurang lebih selama tiga bulan.
Setiap kebodohan yang dilakukan Hanamichi selalu membuat saya tertawa. Ya, saya merasakan tertawa lepas sama seperti ketika saya bersiap menonton film Slam Dunk di TV7 seusai mandi sore dan duduk manis di depan televisi tabung Toshiba warna hitam yang sudah memudar. Jelas ini mengobati kerinduan saya.
Selain sosok Hanamichi dan Ryota, ketiga rekan mereka di SMA Shohoku juga mendapat porsi yang pas, untuk kaptennya adalah Takenori Akagi yang punya posisi sebagai center. Posisi ace ada Kaede Rukawa yang digambarkan sebagai sosok pria yang cool dan ambisius. Yang terakhir ada karakter Hisashi Mitsui yang berposisi sebagai shooting guard.
Dari 2D ke 3D
Manga/anime Slam Dunk yang kemudian diangkat ke layar lebar tentu terdapat perbedaan kaitannya dengan tampilan visual. Jika Slam Dunk yang dahulu tayang di televisi disuguhkan dalam versi dua dimensi atau 2D, The First Slam Dunk datang dengan tampilan animasi tiga dimensi atau 3D. Sehingga semuanya terasa sangat nyata mulai dari lemparan bola yang mulus di udara, lay up, slam dunk, dribble, pelanggaran, hingga run-up, semuanya tampak menakjubkan dan lebih dinamis.
Untuk menghasilkan visual 3D tersebut, Takehiko Inoue menggunakan teknologi computer-generated imagery (CGI) untuk adegan permainan basket. Bahkan dia dan timnya bekerja sama dengan pemain basket profesional guna mendapatkan masukan tentang permainan basket supaya terasa nyata, tapi dalam bentuk animasi. Meskipun dibantu dengan CGI, tetap ada sentuhan gambar tangan 2D untuk adegan kehidupan sehari-hari, jadi kombinasi itu sangat pas.