Techverse.asia – John Wick Chapter 4 sudah tayang di bioskop Indonesia sejak tanggal 22 Maret kemarin. Film ini merupakan franchise film aksi yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir karena menyuguhkan banyak adegan berantem.
Film John Wick Chapter 4 yang disutradari Chad Stahelski memiliki durasi selama 169 menit. Ya, ini adalah durasi terpanjang dibanding tiga film John Wick sebelumnya. Untuk film John Wick 2 dan 3 masing-masing berdurasi 122 menit dan 131 menit.
Selama kurang lebih tiga jam menyaksikan film ini di bioskop, saya merasa agak bosan lantaran terlalu banyak scene berantem antara John Wick dengan pembunuh bayaran yang mengincarnya.
Baca Juga: Paramount Pictures Dikabarkan Akan Remake Film Vertigo, Robert Downey Jr Jadi Pemeran Utamanya?
Memang John Wick Chapter 4 tidak semenarik dari film-film sebelumnya di mana karakter-karakter di dalamnya punya peran dalam alur film. Dalam film ini John Wick yang masih diperankan oleh Keanu Reeves mencoba bebas dari cengkeraman High Table.
Jadi untuk mendapatkan kebebasan yang paripurna dari High Table, ia melakukan perlawanan sengit. Namun, itu tidak semudah membalikkan telapak tangan karena John bertemu dengan mantan rekannya yang juga bekas pembunuh bayaran, Caine yang diperankan oleh Donnie Yen.
Caine sebenarnya juga sudah berhenti sebagai pembunuh bayaran, tapi ia terpaksa menerima tawaran pekerjaan dari Marquis Vincent de Gramont yang diperankan oleh Bill Skarsgård. Sebab, apabila ia menolak tawaran untuk menghabisi John Wick, maka putrinya akan dalam bahaya.
Karakter Marquis tersebut bagi saya layaknya anaknya orang kaya yang berpikir bahwa dia bisa melakukan apapun dengan uang yang dimilikinya karena merupakan salah satu petinggi di High Table. Marquis juga sama sekali tidak terlibat pertarungan fisik dengan karakter lainnya, yang menonjol adalah sifat arogannya.
Yang menarik dalam film John Wick Chapter 4 menurut saya adalah lokasi syuting yang dilakukan di berbagai benua meliputi Eropa, Asia, hingga Afrika. John melakoni aksi kejar-kejaran dengan naik kuda di gurun pasir untuk menghabisi Elder di Maroko.
Setelah itu, John berpindah-pindah ke negara lain untuk mendapatkan kebebasan penuh dari The High Table. Termasuk di Osaka, Jepang yang mana John menemui teman lamanya, Koji, ia memiliki hotel bernama Osaka Continental. Tidak hanya itu, di hotel itulah muncul karakter baru seperti Rina Sawayama sebagai Akira serta Shamier Anderson sebagai Tracker.
Baca Juga: John Wick: Chapter 4, Ada Donnie Yen hingga Scott Adkins
Set artistiknya sangat memanjakan mata karena khas dengan budaya Jepang didukung penataan cahaya yang keren. Saat terjadi pertarungan di hotel Osaka Continental banyak senjata yang dipertontonkan seperti nunchaku, panah, pedang, belati, dan senjata api. John piawai dalam menggunakan semua senjata tersebut untuk melibas semua musuh utusan dari High Table.
Sulit tumbang
Sampai akhir film, John bertarung tanpa henti yang mungkin buat sebagian pemirsa yang menonton langsung di bioskop akan merasa bosan. Terlebih, terdapat beberapa hal yang tidak masuk akal karena seolah-olah John Wick tahan banting setelah melakoni banyak duel yang berat dan ia tetap bisa berdiri lagi untuk melawan musuh-musuhnya.
Itu sepertinya sudah diatur alurnya sedemikian rupa oleh Chad, agar membuat tokoh-tokoh lain percaya bahwa John Wick layak mendapat julukan Baba Yaga atau The Boogieman. Sebab, ia banyak memperoleh tusukan, tembakan, tendangan, dan pukulan secara bertubi-tubi tapi sangat sulit untuk dibunuh ataupun ditumbangkan.
Selain itu, mulai dari soundtrack, scoring, hingga cara pengambilan gambar terbilang baru selama saya menonton film-film aksi. Khususnya untuk cara pengambilan gambar saat berduel dengan banyak musuh di sebuah bangunan kosong. Vibes-nya semakin terasa menegangkan karena didukung dengan scoring yang mumpuni.