Remaja dan Anak Muda jadi Target Pinjol, jangan Terjebak Iklan Pinjol Sewaktu Asyik Ngegame

Uli Febriarni
Sabtu 13 Mei 2023, 13:10 WIB
mobile game (Sumber : freepik)

mobile game (Sumber : freepik)

Mobile game memang seru ya, apalagi memainkannya besama teman. Namun, sadarkah kamu kalau beberapa kali permainanmu terjeda oleh beberapa iklan? Iklan aplikasi, iklan produk digital sampai iklan aktivasi pinjaman online (pinjol). 

Beberapa game mobile akan membuatmu secara sukarela menonton iklan itu, beberapa detik saja. Hati-hati, jangan sampai kamu terjebak kemudian mengklik iklan itu. Bisa jadi itu adalah jerat akun pengajuan pinjol

Seperti dijelaskan oleh akademisi yang juga dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Imam Salehudin, berikut ini. 

Baca Juga: Kata Pakar tentang #BimaEffect dan Gejolak Aktivisme di Media Sosial

Baca Juga: Politik Identitas di Media Sosial Masih Didominasi Kata Kunci Cebong, Kadrun, Kampret

Gamer Remaja Jadi Sasaran Pinjol 

Imam mengutip data yang dipublikasikan oleh lembaga riset pemasaran, Decision Lab. Pada 2018, seperempat dari pemain gim online di Indonesia berusia 16-24 tahun.

Analisisnya dari data tersebut, remaja merupakan kelompok rentan yang kurang memiliki pengendalian diri. Ini membuat mereka bisa terjerat pinjol tanpa kemampuan finansial yang cukup untuk membayar utang.

"Kebanyakan pengguna mobile games adalah remaja dan anak-anak, yang umumnya tidak memiliki literasi keuangan yang mapan, dengan kemampuan pengendalian diri (self-control) yang masih berkembang," ujarnya, dikutip dari The Conversation, Sabtu (13/5/2023).

Imam mengaku pernah mengidentifikasi pengendalian diri sebagai faktor pembeda, yang berperan signifikan dalam menekan perilaku impulsif individu, dalam bermain mobile games. Penelitian itu ia lakukan bersama Frank Alpert, seorang profesor emeritus bidang pemasaran dari The University of Queensland Business School, Australia. 

Ia dan rekan penelitinya itu menemukan data Asosiasi Fintech Pembelajaan Bersama Indonesia (AFPBI), yang mencatat bahwa 60% pengguna pinjol adalah mereka yang berusia 19-34 tahun. Ditambah lagi catatan Otoritas Jasa Keuangan yang menunjukkan, kelompok usia ini menyumbang 65% dari total dana macet pinjol.

Selain pemain muda, iklan pinjol juga seringkali menyasar konsumen rentan yang memerlukan uang dengan cepat. Mereka termasuk orang yang tidak memiliki akses ke layanan keuangan tradisional, seperti perbankan konvensional. Dan mereka yang segera memerlukan uang tunai karena situasi finansial darurat.

"Akibatnya, paparan iklan pinjol dalam mobile games berpotensi memicu ketergantungan. Dan dapat menimbulkan masalah keuangan jangka panjang bagi konsumen, seperti perilaku 'gali lubang, tutup lubang' untuk melunasi utang lama," sebutnya.

Baca Juga: Cegah Stres Sebelum Ujian Rekrutmen BUMN dengan Cara Ini

Iklan Pinjol Masuk, Bentuk Monetasi Agresif

Imam menjelaskan, model bisnis mobile games mengusung konsep 'free-to-play'. Di atas kertas, ini berarti pengguna dapat mengunduh permainan secara gratis.

"Namun, penerbit game berusaha mendapatkan penghasilan dengan cara lain, seperti menjual pembelian dalam aplikasi dan menayangkan iklan," kata Imam.

Ia melihat, monetisasi agresif yang dilakukan penerbit mobile games, berpotensi memicu pembelian impulsif oleh pengguna (gamer).

Salah satu bentuk monetisasi agresif yang sering dilakukan oleh penerbit game, yakni dengan memaparkan pemain terhadap iklan online secara berulang-ulang. 

"Semakin agresif monetisasinya, semakin sering pengguna melihat iklan mobile games. Pemain harus menunggu setidaknya 15-30 detik terlebih dahulu, untuk bisa melewatkan iklan tersebut. Meski, beberapa mobile games memiliki opsi pembayaran untuk menghilangkan paparan iklan tersebut," terangnya.

Produk yang paling banyak diiklankan pada mobile games adalah aplikasi mobile lain. Selain itu, kita juga sering menjumpai iklan aplikasi belanja online dan aplikasi pinjaman online.

Imam mengungkap, monetisasi agresif penerbit dan paparan iklan pinjol, berpotensi menimbulkan sinergi dampak negatif. Itu selanjutnya menimbulkan perilaku berhutang melalui pinjol untuk membiayai pembelian impulsif dalam mobile games.

Narasi Iklan Pinjol di Mobile Games Sangat Menyesatkan

Narasi iklan pinjol yang seringkali ditampilkan dalam mobile games dan media sosial, berupa janji pemberian pinjaman uang dalam waktu singkat, dengan mudah dan tanpa persyaratan yang rumit.

Narasi-narasi seperti ini dapat memicu ketergantungan pada pinjaman online, mengabaikan risiko serta konsekuensi jangka panjang dari jenis pendanaan ini.

Baca Juga: Cegah Stres Sebelum Ujian Rekrutmen BUMN dengan Cara Ini

"Narasi iklan pinjol juga seringkali menyesatkan dan tidak transparan, sehingga dapat merugikan konsumen. Banyak iklan yang menawarkan bunga rendah dan cicilan yang panjang, tetapi sebenarnya terdapat biaya-biaya tambahan yang tidak tertera dalam iklan," lanjut dia. 

Maka, ia menegaskan perlu adanya peraturan yang lebih ketat dari regulator dan pengembang game, untuk memastikan bahwa narasi iklan pinjol tidak menyesatkan dan tidak merugikan konsumen.

Konsumen juga harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan pinjaman online.

"Selalu pastikan bahwa konsekuensi jangka panjang telah kita pertimbangkan, sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman online. Selain itu, gunakan pinjamannya dengan bijak, untuk menghindari jebakan hutang online yang berbahaya," tandasnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)