Review Film Eksil: Dicap Antek PKI dan Terpaksa Terasing di Negeri Orang

Rahmat Jiwandono
Kamis 15 Februari 2024, 17:10 WIB
Film Eksil. (Sumber: Youtube)

Film Eksil. (Sumber: Youtube)

Techverse.asia - Sudah cukup lama tak ada film dokumenter yang tayang di layar lebar setelah Jagal (2012) dan Senyap (2014) garapan Joshua Oppenheimer. Kini sedang tayang film dokumenter Eksil karya Lola Amaria yang berdurasi kurang lebih dua jam.

Eksil mengisahkan tentang sejumlah mahasiswa asal Indonesia yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri, seperti di Uni Soviet (Rusia) dan China. Beasiswa ini merupakan pemberian dari Presiden Indonesia Ir Soekarno.

Namun saat itu ketika mereka sedang menyelesaikan studinya, peristiwa G30S terjadi di Tanah Air dan mengubah status hidup mereka berubah 360 derajat dari sebelumnya.

Para pelajar tersebut dituding oleh rezim Soeharto sebagai antek dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan terdampak dari adanya TAP 25 tahun 1966 tentang pembubaran PKI. Akibat TAP 25 ini, para pelajar tersebut harus menyatakan bahwa mereka tidak punya afiliasi dengan PKI.

Baca Juga: Review Film Anatomy of a Fall: Mempertahankan Alibi di Tengah Kendala Bahasa

Pembuktiannya dilakukan dengan cara harus menandatangani beberapa surat pernyataan, termasuk menyetujui bahwa Soekarno memiliki keterlibatan dengan PKI. Hal inilah yang membuat sejumlah mahasiswa menolak untuk menandatanganinya, sehingga pemerintahan saat itu mencabut status kewarganegaraannya atau menjadi stateless.

Oleh karena itu mereka dijuluki sebagai eksil. Eksil bermakna terasing atau dipaksa untuk pergi dari rumah ataupun kampung halamannya.

Dalam film ini, Lola Amaria melakukan wawancara kepada 10 orang eksil. Dari 10 orang ini, saat film Eksil tayang, empat diantaranya telah meninggal dunia. Mereka yang sudah berpulang yakni Sardjio Mintarjo, Chalik Hamid, Kusian Budiman, dan Asahan Aidit yang tak lain merupakan adik dari Pemimpin Partai PKI DN Aidit.

Sedangkan enam orang lainnya yang sampai saat ini masih hidup ialah Waruno Mahdi, I Gede Arka, Sarmadji, Hartoni Ubes, Tom Iljas, dan Kartapawira.

Baca Juga: Review Film Monster: Drama Misteri Tentang Isu Sosial dan Keluarga

Lola mengaku sangat sulit meyakinkan 10 orang itu untuk menjadi narasumbernya dan menuturkan kisah mereka yang menjadi eksil kurang lebih selama 30 tahun - sama dengan masa Orde Baru Soeharto selama berkuasa menjadi Presiden Indonesia. Alasannya karena mereka masih merasakan ketakutan sampai sekarang.

Kepada Lola dan timnya, mereka mengungkapkan betapa menderitanya menjadi seorang eksil, seperti memiliki trust issue dengan orang lain sebab salah satu dari eksil pernah memiliki pacar seorang perempuan di Rusia yang ternyata merupakan seorang mata-mata, merelakan istrinya dinikahi oleh orang lain di Indonesia, dan yang paling parah adalah tidak diterima oleh anggota sendiri karena dinilai membahayakan jika ketahuan masih menjalin relasi.

Semua penuturan para eksil tersebut disampaikan dengan nada dan mimik muka yang sangat jelas menunjukkan kesedihan mereka karena tidak bisa pulang kembali ke Tanah Air tercinta.

Kerinduan eksil akan Indonesia terekam apik dalam film ini melalui cuplikan-cuplikan rekaman yang menunjukkan lingkup sekitar rumah mereka yang dikelilingi dengan hal otentik dari Indonesia, seperti pohon pisang, bambu, hingga menanam rempah-rempah. Pun dengan buku-buku Indonesia.

Baca Juga: Review Film Napoleon: Miskonsepsi Perang Antara Negara-negara Besar

Itu semua dilakukan oleh sejumlah eksil yang ditemui langsung oleh sang sutradara dan krunya di negara seperti Swedia, Jerman, Belanda, dan Republik Ceko.

Sejatinya eksil-eksil ini selalu berupaya untuk bisa kembali ke Indonesia, tapi banyak kendala yang mereka temui. Mereka sempat mendapat secercah harapan ketika Presiden Gus Dur saat itu mengutus Yusril Ihza Mahendra yang menjabat sebagai Menteri Hukum dan Perundang-undangan guna merampungkan persoalan ini.

Tapi, menurut pengakuan para eksil, Yusril sama sekali tidak melakukan apapun yang dapat membantu mereka memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia. Pada akhirnya mereka sudah kehilangan harapan untuk bisa menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan memutuskan untuk menjadi Warga Negara Asing (WNA) di empat negara yang disebutkan di atas.

Pada satu sisi, banyak yang mengira mereka hidup bahagia karena tinggal di negara maju, padahal faktanya mereka juga tidak langsung diterima dengan baik di negara mereka tinggal saat ini. Penolakan itu juga datang dari sejumlah anggota keluarga eksil yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Review The Boy and The Heron: Arti Kehidupan, Kematian, dan Penciptaan

Lola Amaria sukses membuat penonton menangis dan terharu setelah menonton film Eksil. Sebab, beberapa penonton di sebelah saya ikut menitikan air mata usai menyaksikan Eksil.

Meskipun demikian, proses pembuatan film Eksil memerlukan waktu yang sangat lama, yakni sekitar 10 tahun.

Lola menjelaskan bahwa ia melakukan riset sejak 2013 dan proses syuting dimulai pada 2015. Selain itu, dia butuh waktu satu tahun untuk meyakinkan para eksil bahwa dia hanya ingin membuat film dokumenter yang mengungkapkan kehidupan yang tak mudah buat para eksil.

"Enggak gampang buat meyakinkan mereka untuk terlibat dalam film ini, alasannya karena mereka masih takut dan merasakan trauma," katanya.

Baca Juga: Review Film Budi Pekerti, Cancel Culture Itu Nyata dan Berbahaya

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno05 November 2024, 18:21 WIB

Infinix Inbook Air dan Inbook Air Pro Plus Diniagakan di Indonesia

Kedua laptop ini menyasar konsumen level menengah ke atas.
Infinix Inbook Air Pro Plus. (Sumber: Infinix)
Techno05 November 2024, 17:51 WIB

Google Maps Punya Fitur AI Baru yang Didukung oleh Gemini

Berbincang santai dengan Gemini AI atau dapatkan petunjuk berkendara yang lebih baik.
Google Maps kini ditenagai dengan Gemini AI. (Sumber: Google)
Techno05 November 2024, 17:25 WIB

Spesifikasi Xiaomi Pad 7 Series, Ada 3 Pilihan Warna

Tablet pintar ini tersedia dalam dua pilihan model.
Xiaomi Pad 7. (Sumber: Xiaomi)
Techno05 November 2024, 16:37 WIB

Harga dan Spek POCO C75 yang Dipasarkan di Indonesia, Mirip Redmi 14C?

C75 ditenagai dengan chipset MediaTek Helio G8 Ultra.
POCO C75. (Sumber: POCO)
Startup05 November 2024, 16:04 WIB

Demo Day BEKUP 2024: Sukses Dapatkan 24 Startup dari 6 Kota di Indonesia

Demoday BEKUP 2024 Perluas Peluang Kolaborasi dan Permodalan Para Startup.
Demo Day BEKUP 2024 yang diinisiasi Kemenparekraf dibuka pada Senin (4/11/2024). (Sumber: Kemenparekraf)
Startup05 November 2024, 14:31 WIB

TransTRACK Perkuat Kolaborasi Bisnis dengan Perusahaan Australia

MoU ini turut menandai langkah awal ekspansi strategis TransTRACK ke Australia.
TransTRACK jalin kesepakatan dengan perusahaan asal Australia. (Sumber: dok. transtrack)
Startup05 November 2024, 14:18 WIB

Paper.id Meluncurkan Horizon Card: Kartu Kredit Digital Khusus untuk Perusahaan

Layanan ini mendukung proses pengadaan barang dan jasa bagi perusahaan.
CEO Paper.id Yosia Sugialam. (Sumber: istimewa)
Startup05 November 2024, 13:08 WIB

Percepat Transformasi Digital, Granite Asia dan INA Resmi Jalin Kolaborasi

Granite Asia bersama Indonesia Investment Authority berkomitmen untuk mempercepat transformasi digital dalam negeri.
INA berkolaborasi dengan Granite Asia guna mempercepat transformasi digital. (Sumber: istimewa)
Lifestyle04 November 2024, 20:23 WIB

5 Alasan Barang Mewah Bekas Kini Banyak Dicari oleh Konsumen

Terdapat sejumlah faktor yang membuat barang bekas banyak dicari orang.
Ilustrasi barang mewah tas Goyard. (Sumber: Goyard)
Lifestyle04 November 2024, 19:03 WIB

G-SHOCK Hadirkan Seri G-STEEL GM700 Berlapis Logam, Punya 3 Model Jam Tangan

Casio merilis jam tangan berlapis pogam yang didasarkan pada model analog-digital dynamic GA700.
Casio G-SHOCK GM700G-9A (kiri) dan GM700-1A. (Sumber: Casio)