Techverse.asia - Butuh 15 tahun bagi George Miller untuk akhirnya merilis prekuel dari Mad Max: Fury Road yang diberi judul Furiosa: A Mad Max Saga. Pemeran utama dalam prekuel ini adalah Anya Taylor Joy yang menggantikan peran Charlize Theron sebagai Praetorian Furiosa di Mad Max: Fury Road.
Furiosa: A Mad Max Saga yang durasi filmnya kurang lebih 2,5 jam menceritakan fase kehidupan mulai dari Furiosa muda yang diperankan oleh Alyla Browne dan ketika beranjak dewasa diperankan Anya Taylor Joy. Jadi, sangat berbeda dengan Fury Road yang dibintangi oleh Tom Hardy di mana banyak adegan aksi dan perkelahian.
Tapi kesamaan dari dua film itu adalah visualisasi post-apocalyptic di padang pasir tandus yang dicitrakan tak ada kehidupan apapun dan tidak ada manusia yang mampu bertahan dalam kondisi seperti itu.
Awal film ini dimulai dengan Furiosa kecil yang diculik oleh kelompok geng motor Biker Horde dari tempat ia berasal yaitu Green Place of Many Mothers. Tempat ini sangat dipenuhi dengan sumber daya yang berlimpah sehingga sangat kontras dengan kondisi padang pasir tersebut.
Baca Juga: Sinopsis The Garfield Movie: Akhirnya Bertemu dengan Ayahnya
Oleh karena itu, tak heran apabila tempat seperti itu sangat dicari oleh orang-orang yang hidup di The Wasteland, yang membutuhkan makan dan minum. Furiosa yang diculik lalu dibawa kepada pimpinan geng Biker Horde, Dementus yang diperankan Chris Hemsworth.
Hemsworth seperti diketahui sangat identik dengan superhero Thor, namun dia sukses menghapus pandangan tersebut karena aktingnya yang rakus, bengis, dan sekaligus lucu.
Mendapat informasi tentang tempat dengan banyak hal yang melimpah membuat Dementus meminta Furiosa untuk menunjukkan tempat asalnya. Namun begitu, Furiosa bersikeras tidak akan memberitahu kepada siapa pun di mana lokasi Green Place of Many Mothers.
Sebelum diculik, Furiosa sempat meniupkan peluit yang membuat ibunya, Mary Jo Bassa (Charlee Fraser) berhasil menyelamatkannya. Tapi upayanya tersebut sia-sia lantaran dia dikejar oleh Dementus dan tertangkap. Setelah itu, Mary tewas di tangan Dementus, lantas dia yang mengasuh Furiosa.
Baca Juga: Review Civil War: Perjalanan Jurnalis Foto ke Gedung Putih dalam Situasi Perang Saudara
Sambil mengasuh Furiosa, suatu ketika Dementus bertemu dengan Immortan Joe yang menguasai Citadel. Dementus menantang Immortan Joe untuk bertarung, tapi kalah jumlah dan alat perang. Namun, dia tak kehilangan akal dan berhasil menaklukkan Gas Town yang berada di bawah kendali Immortan Joe.
Usai Gas Town dikuasai Dementus, dia datang lagi ke Citadel untuk bernegosiasi supaya kebutuhan kedua belah pihak bisa terpenuhi. Di sela-sela negosiasi, Immortan Joe meminta Furiosa sebagai bagian dari tawar menawar tersebut untuk menghasilkan keturunan yang sempurna tanpa cacat.
Furiosa pun tinggal di Citadel, tapi berhasil melarikan diri dan mengubah tampilannya agar tak dikenali lagi. Setelah itu, dia beranjak dewasa dan menyimpan dendam atas kematian ibunya karena dibunuh Dementus.
Upaya balas dendam Praetorian Furiosa ini semakin lengkap lantaran di tengah-tengah film ini berkenalan dengan Praetorian Jack yang diperankan oleh Tom Burke. Pada bagian ini, Anya Taylor Joy lebih aktif dialognya, meski sepanjang film dia sangat irit bicara.
Jack juga yang mengajari beberapa ilmu tentang bertarung hingga mengendarai War Rig. Ya, War Rig jadi kendaraan yang super keren, apalagi banyak aksi pertarungan dari anak buah Dementus dengan pasukan Immortan Joe, untuk merebut War Rig tersebut.
Baca Juga: Fore Coffee Perkenalkan Tiga Rasa Baru 'Taste of the New Culture' Series
Furiosa: A Mad Max Saga dibagi ke dalam lima babak untuk memberikan fondasi cerita yang kuat. Daya tarik film ini, menurut penulis, terletak pada sinematografi, color grading yang cenderung oranye dengan latar belakang padang pasir tandus. Sementara itu, dari segi kostum, desain produksi, hingga make-up pun tak jauh berbeda dari film Fury Road yang sangat epik.
Namun, menurut penulis, untuk komposisi scoring biasa saja untuk adegan aksi-aksi di film tersebut. Sang komposer musiknya adalah Tom Holkenborg tetap mampu memberikan tempo scoring yang intens selama film berlangsung.