Techverse.asia - Film Black Panther: Wakanda Forever dari Marvel mendominasi box office di Amerika Serikat (AS) dalam debutnya. Film ini sudah menghasilkan $180 juta selama akhir pekan dan membuat bioskop di sekitarnya menambah jam tayang lantaran tingginya permintaan orang yang mau menonton film tersebut.
Sekuel ini memecahkan rekor untuk pembukaan November di Amerika Utara, melonjak melewati angka tertinggi sebelumnya sebesar $158 juta yang didapat oleh film The Hunger Games: Catching Fire tahun 2013 lalu. Secara global, petualangan pahlawan super ini menghasilkan $330 juta, yang mana penghasilan sebesar $150 juta berasal dari 55 negara.
Baca Juga: Trailer Black Panther: Wakanda Forever, Siapa Sosok Perempuan Penerus T'challa?
Namun, keberhasilannya ini menyisakan suatu kisah pahit. Itu karena pembuat film di balik sekuel menghadapi tragedi yang mengejutkan bahkan sebelum produksi dimulai ketika Chadwick Boseman, aktor yang telah memberikan begitu banyak kontribusi pada Black Panther tahun 2018, meninggal pada 2020 karena kanker yang diidapnya. Dia baru berusia 43 tahun.
Sebagai tanggapan, Ryan Coogler, sutradara dan penulis bersama film tersebut, mengubah Black Panther: Wakanda Forever menjadi penghargaan untuk mendiang Chadwick Boseman. Dalam film tersebut, kerajaan Wakanda bergulat dengan kematian Raja T'Challa. Ada rintangan lain yang dihadapi Black Panther: Wakanda Forever, produksi film yang menghabiskan sekitar $250 juta diambil di tengah pandemi Covid-19 dan juga harus menghadapi cedera pada salah satu bintangnya, Letitia Wright, yang mengharuskan pembuatan film ditangguhkan. Itu belum lagi tentang lanskap teater yang berubah secara dramatis yang sekarang harus dinavigasi.
Ketika Black Panther muncul di layar lebar empat tahun lalu, China dan Rusia masih menjadi pasar film utama. Tetapi China menjadi lebih tidak dapat diakses oleh film Hollywood dan invasi Rusia ke Ukraina membuat film studio tidak lagi diputar di negara tersebut. Jadi Black Panther: Wakanda Forever akan banyak ditonton, tapi mungkin tidak akan mencapai angka $1,4 miliar yang dicapai pendahulunya.
Black Panther: Wakanda Forever memiliki debut domestik terbesar kedua tahun ini, di belakang peluncuran $187,4 juta film Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Ini juga mencatatkan pendaptan pandemi terbaik ketiga, di belakang petualangan Doctor Strange yang disebutkan di atas dan Spider-Man: No Way Home yang meraup pendapatan $260 juta.
Baca Juga: Film Black Panther 2: Wakanda Forever Tayang November 2022, Tak Ada Karakter T’challa
Tony Chambers, EVP dan kepala distribusi teatrikal di Disney, perusahaan induk Marvel, menganggap kesuksesan film itu sebagai rekam jejak Marvel serta kualitas pembuatan film. Sebagian besar film menunda penayangannya karena Black Panther: Wakanda Forever sedang tayang di bioskop.
Namun demikian, film semi-otobiografi Steven Spielberg yaitu The Fabelmans dibuka dalam rilis terbatas. Tayang perdana di empat bioskop di New York City dan Los Angeles, film ini menghasilkan $160 ribu dengan rata-rata $40 ribu per layar. Ia menghadapi ujian sebenarnya ketika tayang di layar lebar pada 23 November.
Sementara film Black Adam, sebuah petualangan buku komik dari Warner Bros. dan DC, menempati posisi kedua di box office domestik, meraup $8,6 juta untuk mendorong pendapatan domestiknya menjadi $151,1 juta. Ticket to Paradise dari Universal, sebuah romantic comedy dengan Julia Roberts dan George Clooney, meraup $6,1 juta untuk finis ketiga. Itu membuat total di Amerika Serikat menjadi $56,5 juta. Film Sony berjudul Lyle, Lyle Crocodile berada di urutan keempat dengan $3,2 juta. Itu telah meraup $40,8 juta sejak dibuka pada bulan lalu.
Pemilik teater sangat membutuhkan kabar baik. Penjualan tiket telah mengalami penurunan sejak musim panas, menekan industri yang terpukul keras oleh Covid-19, Cineworld mengajukan kebangkrutan, dan bioskop lain menghadapi kemungkinan kebangkrutan. Dalam suasana suram ini, Black Panther: Wakanda Forever tidak bisa segera hadir.
"Disney menyelamatkan box office. Apalagi yang baru? Inilah yang mereka lakukan sebelum pandemi, selama pandemi, dan setelah pandemi," kata Jeff Bock, analis dari Exhibitor Relations.