Pemerintah Republik Indonesia beberapa waktu lalu menetapkan polio sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal tersebut dilakukan usai adanya temuan satu kasus baru polio di Desa Mane, Kabupaten Pidie, Aceh.
Pakar Kesehatan Anak Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A (K)., mengatakan munculnya kembali kasus polio di Indonesia dikarenakan rendahnya cakupan imunisasi. Salah satunya dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang menjadikan masyarakat takut keluar rumah dan enggan mendatangi layanan kesehatan.
"Kasus polio ini terjadi karena cakupan vaksin yang rendah. Sehingga jadi pembelajaran untuk semuanya bersama-sama meningkatkan cakupan vaksin polio sebagai pencegahan. Terutama provinsi yang teridentifikasi dengan cakupan vaksin yang tidak terlalu tinggi," kata dia, dikutip dari laman universitas, Sabtu (26/11/2022).
Ida mengatakan, rendahnya cakupan imunisasi dapat meningkatkan risiko penyebaran virus polio. Penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen (lumpuh layu) pada anak yang belum mendapatkan vaksin. Oleh sebab itu, peningkatan cakupan vaksinasi menjadi sangat penting.
Ida menjelaskan, imunisasi polio di Indonesia saat ini menggunakan jenis vaksin polio tetes yakni Bivalent Oral Polio Vaccine (BOPV). Vaksin tersebut ditujukan untuk mencegah virus polio tipe 1 dan 2. Lalu pemberian vaksin BOPV dikombinasikan dengan Inactivated Polio Vaccine (IPV) dalam bentuk sediaan injeksi dan diikuti booster.
"Pemberian vaksin BOPV dikombinasikan dengan IPV dan booster diharapkan bisa meningkatkan antibodi terhadap virus polio 2, dengan syarat cakupannya tinggi," terangnya.
Dosen bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM ini, menekankan pentingnya eduksi bagi masyarakat terkait manfaat vaksin polio serta bahaya dari penyakit tersebut.
Peningkatan pemahaman akan pentingnya vaksin polio tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Namun ia mendorong semua pihak, seperti tokoh masyarakat, pemuka agama, pendidik, dan lainnya untuk turut terlibat dalam mengedukasi masyarakat.
"Penting untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya vaksinasi. Vaksinasi telah terbukti bisa mencegah banyak penyakit dan menekan risiko kematian," tandasnya.
Mengenal Polio
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae.
Dalam laman Kementerian Kesehatan RI dituliskan, penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus. Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin, Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Banyak Menyerang Anak-anak Di Bawah 5 Tahun
Polio dapat menyerang pada usia berapapun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun.
Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Pada 1950-an dan 1960-an, polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industri.
Masih dikutip dari laman yang sama, pada 1988, sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio.
Masa Inkubasi Virus Polio
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
Gejala penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, seperti berikut:
- Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit
- Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
- Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
Teknis Penyebaran Polio
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Virus ini kemudian terbuang ke lingkungan melalui feses.
Sementara itu, seperti kita tahu, feses dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk.
Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses.
Di sisi lain, hewan lalat yang kita kenal sebagai 'hewan kotor', juga dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat 'diam-diam' menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.