Euforia Piala Dunia 2022 sedang meracuni dunia. Kalaupun tidak pernah mengikuti pertandingan demi pertandingan, setidaknya pernahkah kamu melihat seseorang di linimasa akun Tiktokmu? -seseorang yang menggunakan atasan pakaian jersey tim sepakbola tertentu-, kemudian di bagian bawah dipadukan dengan denim koleksinya. Di lain video, paduan jersey sepakbola ia satukan dengan item fesyen bergaya vintage.
Dalam dunia moda ala generasi masa kini, gaya tersebut bisa disebut dengan blokecore. Diperkenalkan lewat unggahan Tiktok akun milik Brandon Huntley, tren ini menunjukkan eksistensi Generasi Z yang berupaya menciptakan tren busana. Sedikitnya, unggahan yang sejak awal ia hiasi tagar #blokecore itu telah disimak oleh 9,2 juta pengguna.
Bukan Gaya Fesyen Yang Benar-Benar Baru
Media Grazia menyebut, tren ini pada dasarnya merangkum budaya pub Inggris dan gaya perlengkapan sepak bola retro. Jadi blokecore ini bukanlah tren yang benar-benar baru atau revolusioner. Sudah sejak lama, penggemar sepak bola telah menggunakan ansambel serupa selama beberapa dekade dan begitu pula beberapa selebritas dan pemberi pengaruh favorit media ini.
Gaya ini mendapatkan daya tariknya karena istilah yang diperoleh dan eksposur ke semua orang yang tertarik dengan fesyen, bukan hanya penggemar sepak bola.
Kesan simpel dan kasual adalah tujuan serta esensi dari blokcore ini. Dan apa yang dingkap laman Froyonion berikut, selanjutnya mengamini ulasan Grazia. Yakni bahwa blokecore ini bukanlah tren yang sungguh-sungguh baru atau orisinal.
Pemerhati fesyen pasti tidak asing dengan apa yang disebut gaya scumbro. Scumbro adalah tren berpakaian kasua, yang dikenalkan oleh seniman terkemuka Amerika Serikat, yaitu Jonah Hill dan Pete Davidson. Diperkirakan, scumbro inilah yang selanjutnya menjadi akar kemunculan blokecore ini di masa kekinian.
Ada yang mendefinisikan scumbro sebagai nama sebuah gaya busana, yang menunjukkan pemakainya mengenakan pakaian desainer yang mahal secara sembrono. Atau kadang-kadang si pengguna memadukan tampilan yang ketinggalan zaman dan tidak disatukan dengan baik. Istilahnya, mismatching.
Sementara itu laman Instyle mengungkap, Kenzie Bryant di Vanity Fair memaparkan, scumbro sebetulnya semacam tidak masuk dalam gaya yang menunjukkan kemewahan atau sisi elegan. Penggunanya seperti memakai merek streetwear, yang kalau dari jauh membuat mereka terlihat seperti anak kuliahan yang mandi sekali dalam sepekan.
"Dari depan seperti hanya menempel merek," tulis laman itu.
Diprediksi Hanya Berumur Pendek
Estetika blokecore yang berpusat pada sepakbola ini, telah diperkenalkan ke dunia mode selama beberapa waktu. Item paling populer baru-baru ini adalah Adidas Sambas, yang dihidupkan kembali oleh Desainer Pria Internasional CDFA 2020, Grace Wales Bonner.
Dalam menerapkan gaya blokecore, atribut selain jersey atau kaos tim sepak bola adalah celana longgar yang hampir ill-fitting dan sneakers usang. Objektif utama dari tren ini, kerap diasosiasikan dengan gaya berpakaian aktor dan komedian Pete Davidson dan Jonah Hill. Hanya ada sedikit usaha yang masuk ke dalam pemilihan pakaian tersebut.
"Sisi berantakan dan mis-matching itulah, yang menjadi poin utama dari tren yang satu ini. Seperti perpaduan antara kumpulan lelaki muda, yang mungkin akan kita temukan di depan stadion-stadion di Inggris bertemu 90s streetwear. Menjadikan keberadaannya sebagai tren antitesis dari tren fesyen umum saat ini," tulis Grazia, dikutip pada Senin (5/12/2022).
Tren blokecore ini paling utama menjamah lingkungan superfan sepak bola dan juga konsumer tren TikTok. Walaupun sejauh ini, belum terlihat tanda-tanda tren ini akan bertahan lama.
Tapi, tinggi kemungkinan blokecore ini hanya akan menjadi sebuah tren yang sangat populer, untuk jangka waktu yang pendek. Tren ini juga sepertinya menjadi sesuatu yang mudah diterima, khususnya dengan naiknya budaya thrifting atau secondhand shopping yang memungkinkan kembalinya tren-tren yang lalu.