Berdasarkan hasil studi terkait investasi multi platform, memperlihatkan keterlibatan generasi muda dalam sistem ekonomi, khususnya investor retail cukup menggembirakan. Bahkan, mereka dominan mencapai 75% dengan mayoritas usia 18-35 tahun.
Artinya, rata-rata dari mereka yang berinvestasi ini adalah pelajar atau mahasiswa. Kondisi ini penting untuk diapresiasi secara positif, sebab sedari muda sadar investasi.
Claudia Kolonas, Co-Founder Pluang, -aplikasi investasi digital untuk beragam aset keuangan-, menyatakan fenomena tersebut menjadi hal yang menarik.
"Diakui atau tidak, sejak era pandemi terlihat banyak anak muda terutama Generasi Milenial dan Generasi Z menjadi lebih melek investasi," tuturnya, dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, Rabu (21/12/2022).
Menurut Claudia, fenomena ini menjadi hal yang baik. Sebab jika dibandingkan dengan zaman sebelumnya, orang mulai melakukan investasi saat sudah berumur 40 tahun atau bahkan 50 tahun. Tapi kondisi saat ini menarik sebab tidak sedikit dari mereka baru berumur 18 tahun.
"Menarik, masih muda sudah mulai investasi dan belajar. Di masa sekarang memang dengan mudahnya orang bisa mengakses baik melalui online, social media dan lain-lain untuk belajar investasi," ujarnya.
Ia mengungkap, hasil riset dari IDM memperlihatkan 50% dari Generasi Z atau Generasi Milenial sebenarnya sudah tertarik dengan apa itu investasi. Dari data tersebut memperlihatkan kondisi yang sangat berbeda dengan lima tahun kebelakang. Ketertarikan anak muda di investasi ini benar-benar telah merubah pikiran anak-anak muda di Indonesia.
Hal menarik lainnya dari segi literasi keuangan. Terdapat peningkatan penguasaan literasi keuangan, terutama di Indonesia, karena semua serba bisa akses secara digital.
Literasi keuangan ini meningkat cukup signifikan, tercatat 50%n atau 5 dari 10 orang dinilai sudah melek finansial, atau sudah memahami konsep literasi keuangan.
"Banyak orang kaya dunia ini karena mereka sudah investasi sejak muda. Dengan internet dan digital, tentunya memudahkan bagi kita membaca dan mempelajari berbagai investasi secara online," imbuhnya.
Meskipun begitu, Claudia mendorong agar anak muda memilih platform yang legal untuk berinvestasi. Selain itu, tentukan pilihan secara logis dan bukan karena tergiur iming-iming influencer dan lain-lain.
"Pelajari informasi-informasi yang ada dan gunakan critikal thinking untuk memilih investasi," demikian pesan Claudia.
Sementara itu, Guru Besar Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada, Prof.Paripurna mengungkap bahwa membagi investasi secara kritis adalah suatu keniscayaan. Bukan persoalan banyak sedikitnya uang yang dimiliki. Tetapi bagaimana bisa membagi dengan kemungkinan risiko dan menciptakan peluang sebagai suatu keniscayaan.
"Artinya hidup harus kritis, selalu paham bahwa kita ini tidak selalu aman dari semua risiko yang akan terjadi. Tetapi bukannya semua risiko tidak dapat dihitung, risiko bisa dihitung," kata Paripurna.
Anak-anak sekarang ini dilahirkan di dunia yang serba tidak pasti, dan alam menciptakan DNA menjadikan mereka lebih paham tentang adanya perubahan, ujar Paripurna.
Dari situlah, menurutnya, tidak menjadi tren lagi ketika uang ditabung semuanya di bank.
"Tetapi tidak keren juga jika semua uang kemudian dibelikan crypto currency misalnya. Orang harus bisa kritis membagi investasi," sebutnya.
Menurut Paripurna, diperlukan kecerdasan dan sikap hati-hati dalam berinvestasi. Untuk mendapatkan legal protection, generasi muda diharapkan bisa berinvestasi dan membuat transaksi dengan cara legal, dan dilakukan oleh legal company atau perusahaan yang legal.
"Providernya harus legal, yang jualan juga legal sehingga akan mendapatkan legal protection. Intinya itu saja untuk aman investasi, dan banyak-banyaklah berdoa, karena bisa memberi ketenangan dalam berpikir dan tepat dalam mengambil keputusan," kata dia.
"Jangan habiskan modal untuk berinvestasi dalam satu tempat karena tidak ada yang abadi dan pasti didunia ini, semua ada risikonya," pungkasnya.