Krisis iklim bukan hanya disebabkan dengan semakin maraknya penebangan pohon di hutan, pembangunan permukiman dan pabrik yang semakin masif. Kerusakan ekosistem pesisir juga menjadi salah satu penyebab dari krisis iklim.
Merespon kondisi tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebencanaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) melakukan kegiatan restorasi lingkungan. Berupa penanaman mangrove dan lamun 'ITS Green Action', di Ekowisata Mangrove Labuhan, Bangkalan.
Penanggung jawab ITS Green Action 3, Angela Anugrah Parea Sari, mengatakan bahwa, kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk membangkitkan kesadaran Keluarga Mahasiswa (KM) ITS, dalam menyikapi fenomena krisis iklim.
Hal ini dilakukan dengan kegiatan yang mengarah pada restorasi blue carbon di wilayah pesisir. Sejalan dengan tujuan tersebut, BEM ITS mengajak sukarelawan dari KM ITS untuk lakukan penanaman mangrove dan lamun.
Dalam menyukseskan kegiatan ini, peserta diajak untuk menanam lamun dengan metode frame sebagai media tanamnya. Lamun yang ditanam, merupakan bibit yang diambil oleh sukarelawan secara langsung di pesisir pantai.
Mahasiswi dari Departemen Teknik Lingkungan ITS tersebut menambahkan, untuk memberikan pengetahuan baru pada sukarelawan, proses penanaman lamun dan juga mangrove didampingi langsung oleh masyarakat setempat.
"Agar setelah mengikuti kegiatan ini, mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat di lingkungan sekitar mereka," ujarnya, seperti dikutip dari laman universitas, Kamis (29/12/2022).
Ia mengungkap, pemilihan tanaman mangrove dan lamun pada kegiatan ini bukan tanpa alasan. Menurut studi, mangrove dan lamun memiliki kemampuan tiga kali lebih besar dalam penyerapan karbon dibandingkan dengan tanaman lainnya. Dengan fakta tersebut, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi mitigasi dari dampak krisis iklim.
Angel menambahka, tanaman mangrove juga memiliki peran penting dalam melindungi pesisir pantai dari abrasi. Dengan akar-akarnya yang kuat, mangrove dapat menahan pesisir pantai dari terjangan ombak besar.
"Di Pantai Labuhan ini seringkali terjadi abrasi dan cukup menimbulkan keresahan masyarakat sekitar," imbuhnya.
Ia berharap agar kegiatan ITS Green Action ini dapat memberi dampak dan solusi terhadap permasalahan lingkungan yang ada. Secara luasnya, agar seluruh bagian dari KM ITS lebih peduli terhadap restorasi lingkungan.
Sementara itu bisa kita pahami, apa yang dilakukan oleh mahasiswa ITS ini menunjukkan wujud keterlibatan generasi muda dalam menjaga lingkungan dari dampak buruk krisis iklim.
Apalagi memang sudah seharusnya, seorang mahasiswa bukan hanya sibuk berkutat dengan buku dan mata kuliah di kampus. Tetapi turun ke masyarakat, ke alam, ke banyak tempat untuk memberikan kemanfaatan.
Laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia juga telah menyampaikan pandangan pemerintah mengenai restorasi ekosistem.
Menteri KLHK RI Siti Nurbaya Bakar mengatakan, restorasi ekosistem akan sangat membantu dan dibutuhkan, dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan stok karbon.
Dalam hal ini, lndonesia sangat serius dalam upaya pengendalian perubahan iklim melalui pengendalian laju deforestasi, penghentian konversi hutan primer dan gambut, serta penurunan kebakaran hutan dan lahan.
Laman kementerian juga dengan meyakinkan menyatakan, Indonesia juga serius soal rehabilitasi hutan dan mangrove, ekonomi sirkuler, pengembangan energi baru dan terbarukan, proklim.
Poin berikutnya yang tidak kalah penting dalam restorasi ekosistem dan ketahanan iklim yang berkelanjutan, adalah kesadaran dan kepedulian bersama dari seluruh elemen masyarakat. Demikian pula kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi yang masif dan sistematis menjadi keniscayaan untuk dijalankan semua pihak.