Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengkonfirmasi jika XBB.1.5 sebagai varian Covid-19 yang paling menular. Varian terbaru Covid-19 ini dijuluki oleh Ryan Gregory, -seorang profesor biologi di Biodiversity Institute of Ontario -, sebagai Kraken.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat memperkirakan, mutasi varian ini telah mencapai 28% dari kasus yang terlapor pada pekan ini.
Dalam rilis data terhitung pada 6 Januari 2023 itu, disebut pula bahwa kondisi ini menjadikan varian Kraken sebagai jenis yang paling umum kedua, yang terjadi di Amerika.
Kraken diperkirakan menggandakan jumlah orang yang sakit setiap sembilan harinya, dan akhirnya mereka mendorong seruan untuk pengembangan pengobatan dan pembuatan vaksin yang mendesak.
Meskipun XBB.1.5 memiliki kekebalan vaksin sampai batas tertentu, namun kemunculannya adalah sebuah proses normal dari adanya evolusi virus itu sendiri.
Hal ini kami kutip berdasarkan apa yang diungkap oleh dokter penyakit menular dan ahli imunologi, Dr. Christopher Chiu.
Kepada media Fortune, Dokter Chiu menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin telah membuat jenis Covid lebih kuat, atau mereka yang telah disuntik vaksin akan terkena infeksi yang parah.
Sebuah hasil studi yang dipublikasikan Bio RXIV pekan lalu, menunjukkan varian VBB.1.5 seharusnya tidak menghindari vaksin dan infeksi sebelumnya lebih baik daripada varian yang sudah beredar. Karena varian Kraken kurang kebal daripada mutasi induknya.
Menyoal kekebalan, Professor Paul Hunter, dari National Institute for health Research Health Protection Research Unit (HPRU) menyebutkan, apa yang dipaparkan di atas tadi menambahkan bukti jelas, tentang bagaimana bahayanya varian Kraken tersebut.
Paul menyoroti kekebalan hibrida sebagai pertahanan terbaik, melawan infeksi sistemik atau yang lebih parah, yang menyebabkan rawat inap dan potensi kematian.
Kekebalan hibrida timbul sebagai sebuah perlindungan untuk pasien, berasal dari vaksin dan infeksi sebelumnya.
Di laman The National Center for Biotechnology Information, diketahui bahwa kemampuan varian baru Kraken untuk mengikat erat sel manusia yang terinfeksi, kemungkinan besar berkontribusi pada peningkatan pesat jumlah kasusnya di AS.
Itu dapat menyebabkan evolusi varian yang bahkan lebih berbahaya, tulis para peneliti di China.
Kemampuan Kraken untuk membajak sel secara efisien, memungkinkannya menelurkan mutasi yang lolos dari kekebalan dengan lebih mudah.
Varian XBB.1.5 harus dipantau secara ketat, dan pengembangan antibodi penawar yang efektif dan vaksin terhadap XBB.1.5 sangat dibutuhkan, tulis penulis studi tersebut, termasuk Dr. Yunlong Cao dari Universitas Peking di Beijing.
Hal lain yang dilaporkan dalam penelitian, XBB.1.5 menjadikan Evusheld dan bebtelovimab, pengobatan antibodi untuk pasien berisiko tinggi, tidak berguna.
Pengobatan serupa lainnya, sotrovimab, tetap reaktif secara lemah, dan yang lainnya, SA55, masih sangat efektif melawan varian baru.
Sejauh ini, belum ada data resmi yang mengungkap tanda atau gejala varian Kraken. Sebab, varian tersebut masih mirip dengan varian Omicron yang sudah lebih dulu menyebar di dunia.
Gejala-gejala itu terdiri dari, tenggorokan gatal, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kelelahan, keringat malam, sakit dan nyeri otot, kemampuan indra penciuman berubah.
Direktur CDC di divisi Coronavirus dan Virus Pernafasan Lainnya, Dr Barbara Mahon mengatakan bahwa, sejauh ini belum ada indikasi kalau pasien varian Kraken atau XBB.1.5 memiliki gejala yang lebih parah.
Meski begitu, jika mengalami gejala-gejala tersebut disarankan segera melakukan tes COVID-19 dan mengisolasi diri, untuk memantau gejala yang muncul.