Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut bahwa lapisan ozon berangsur membaik. Lapisan ini akan sepenuhnya pulih di sebagian besar dunia, dalam dua dekade mendatang.
Baca Juga: Tiga Startup Ini, Merangkai Teknologi yang Bisa Deteksi Kesehatan Kita Lewat Urin
Laporan itu menyebut, pemulihan untuk seluruh planet akan terjadi setidaknya pada 2040. Kecuali untuk daerah kutub, yang memiliki lapisan ozon paling tipis.
Proyeksi pulihnya ozon untuk wilayah Kutub Utara diperkirakan baru akan terjadi pada 2045, sedangkan di Antartika pada 2066.
Bloomberg menerangkan, akar kemunculan lubang pada ozon disebabkan bahan kimia industri, seperti chlorofluorocarbon (CFC). Selain itu, juga dikaitkan dengan efek rumah kaca.
Padahal, jika lapisan ozon berlubang, maka kita akan terpapar sinar ultraviolet secara langsung, yang terpancar dari matahari.
Dari kondisi itu diketahui, penyembuhan kondisi ozon, membuktikan bahwa ketika umat manusia memutuskan untuk melakukan tindakan, maka mungkin untuk membalikkan beberapa kerusakan.
Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia, Petteri Taalas menjelaskan, keberhasilan organisasinya dalam menghapus bahan kimia pemakan ozon secara bertahap, menunjukkan kepada mereka banyak hal.
Baca Juga: Teknologi Metaverse Untuk Terapi Usai Amputasi? Kenapa Tidak?
Khususnya, terkait apa yang dapat dan harus dilakukan sebagai hal yang mendesak untuk beralih dari bahan bakar fosil serta mengurangi gas rumah kaca.
"Dengan demikian membatasi kenaikan suhu," tuturnya, kami kutip dari Dazed Digital, Rabu (11/1/2023).
Petteri juga memuji tanggapan internasional, untuk menambal lubang dalam lapisan ozon, sebagai perjanjian lingkungan yang paling sukses dalam sejarah.
Karena hal itu menunjukkan kalau kita harus membawa semangat baru, dalam upaya global untuk mengekang dampak krisis iklim.
Hanya memang perlu disadari, tidak berarti mencari solusi emisi karbon akan semudah memotong CFC.
Sebagian besar, bahan kimia perusak ozon diproduksi oleh beberapa perusahaan digunakan sebagai zat pendingin, pelarut, dan semprotan aerosol.
Sementara itu bahan bakar fosil tertanam di hampir setiap bagian masyarakat manusia, mewakili tantangan yang jauh lebih besar.
Mengenal kembali CFC
Britannica menjelaskan, CCFC adalah senyawa organik yang mengandung karbon, klorin, dan fluorin, diproduksi sebagai turunan volatile metana, etana, dan propana.
Pada dasarnya bentuk zat CFC adalah zat gas. Kebanyakan zat ini digunakan dalam Air Conditioner atau penyejuk udara yang dimasukan dalam saluran instalasi AC.
Gas CFC ini lah yang biasa kita sebut dengan gas Freon.
Bahan CFC dapat menyebabkan kerusakan pada molekul lapisan ozon. Karena CFC bergerak naik bebas dengan perlahan ke dalam stratosfer, atau lapisan kedua dari atmosfer bumi, yang berada dalam (10 – 50 km) dari permukaan bumi.
Molekul CFC terurai setelah diputar dengan sinar ultra violet, dan melepaskan atom klorin. Atom klorin ini juga mendukung untuk memusnahkan ozon dan menghasilkan lubang ozon.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia, CFC tidak hanya dibutuhkan pada elektronik pendingin udara. CFC juga digunakan untuk sebagian bahan penunjang lainnya.
Gerakan untuk menyelamatkan lapisan ozon dimulai pada akhir 1970-an dan 1980-an. Saat itu, para ilmuwan menyadari bahwa ozon telah terkuras oleh bahan kimia seperti CFC.
Masih dari laman yang sama, diketahui pada 1989 muncul perjanjian internasional yang disebut Protokol Montreal.
Perjanjian itu hadir berkat kekhawatiran, mengenai peningkatan radiasi UV dapat menyebabkan kanker kulit dan masalah ekologi yang lebih luas.
Tak lama, bahan kimia perusak ozon dengan cepat dilarang.