Siklus budaya bekerja tanpa henti, bekerja keras bagai kuda atau hustling, seakan masih menjadi tren di tahun ini.
Muncul dipengaruhi oleh banyak faktor; seperti kebutuhan untuk tampil modis, ketakutan akan masa depan, harga produk perawatan kulit yang melambung, sampai berusaha menjadi pribadi yang mandiri.
Tetapi tren ini diikuti pula riuhnya keluhan para pemuja hustle culture, untuk bisa mendapatkan kehidupan yang seimbang antara bekerja dan bersenang-senang. Dan satu lagi, keinginan memiliki kesehatan mental yang baik.
Seorang psikolog, penulis buku The Burnout Fix, Jacinta Jiménez mengatakan, ada keyakinan di tengah masyarakat, bahwa kesibukan dan stres yang konstan pada dasarnya terkait dengan kesuksesan.
Di tengah orang-orang itu, ia melihat kesibukan dianggap sebagai sumber kebanggaan, kata Jiménez kepada Fortune, kami kutip Kamis (12/1/2023).
"Itu membuat kita terjebak dalam khayalan bersama bahwa, produktivitas tanpa henti dan kesibukan yang konstan hanya datang dengan imbalan, keuntungan. Bukan dengan kesehatan yang tepat," imbuh Vice President of coach innovation di perusahaan BetterUp ini.
Ada kemungkinan yang terburuk akan datang, menyangkuti hustling ini. Bukannya berakhir ketika masyarakat terkuras tenaganya atau kelelahan, hustle culture justru memunculkan kebalikan.
Begitu kamu berada dalam genggaman budaya ini, produktivitas yang konstan menjadi rutinitas. Dan akhirnya kalian semakin menjauh dari lingkungan sekitar dan mencoba menghapus peran persaingan.
Istirahat Bukanlah Hadiah, Melainkan Keharusan
Sama seperti bagian tubuh fisik kita yang membutuhkan peregangan, istirahat, dan pemulihan setelah berolahraga. Otak kita perlu diistirahatkan untuk mengisi dayanya kembali.
"Menurut saya istirahat tidak harus menjadi hadiah. Ini adalah keharusan biologis bagi kita untuk melakukannya," lanjut Jiménez.
Banyak orang akan cenderung acuh pada gagasan untuk memprioritaskan istirahat. Mereka merasa tidak punya cukup waktu dalam sehari, untuk menyelesaikan semua tugas dan pekerjaan mereka.
Banyak orang terus-menerus menghadapi beban pekerjaan, namun istirahat untuk sejenak dapat membuat perbedaan, kata Jiménez.
Ia menggarisbawahi, kekuatan itu dimulai dari hal yang terkecil, sehingga kalian dapat melakukan perubahan ini di setiap harinya.
Menjelaskan lebih jauh, Jiménez menilai ketika kita menemukan cara untuk menyeimbangkan stres dengan istirahat, kita akan menjadi lebih kompeten dalam mengatasi tantangan.
"Orang yang paling tangguh adalah orang yang mampu menghindari budaya hustle, dengan secara strategis memanfaatkan istirahat dan memulai hari-harinya menjadi lebih baik," kata Jiménez.
Cara Menjauh dari Budaya Hustling
Menjauh dari budaya hustling membutuhkan perubahan pola pikir. Terutama, bagi kita yang kecanduan dengan pengalaman tinggi yang kita alami saat berlari dari satu hal ke hal lain.
Bekerja dengan cara yang lebih lambat dan berkelanjutan, tidak sama dengan kurangnya produktivitas.
Justru ketika kalian bekerja dengan menggunakan strategi yang pas, kamu dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih baik, dan membuat kemajuan yang lebih signifikan menuju tujuan kalian.
Beralih dari pola pikir hustling ke salah satu produktivitas yang berkelanjutan, dapat membantu kalian melakukan semua itu dan masih banyak lagi. Berikut adalah empat saran dari laman Worker Organizing, untuk membantu kalian.
- Pertama, prioritaskan diri kalian terlebih dahulu. Konsep mementingkan diri sendiri adalah asing bagi budaya hustling. Tetapi ini adalah salah satu cara terbaik untuk menghindarinya. Jalan-jalan untuk menjernihkan pikiran.
Luangkan beberapa menit untuk menghargai hal-hal kecil yang biasanya kalian anggap remeh. Beristirahatlah saat makan siang untuk pergi ke gym.
Jika kalian kurang tidur, ikuti praktik terbaik untuk mempersiapkan tubuh kalian untuk tidur. Jangan ragu untuk menghubungi terapis profesional untuk meminta bantuan, jika ternyata kalian tidak dapat mengatasi masalah sendiri.
- Kedua, cobalah untuk mempermudah sikap berpartisipasi. Kalian dan rekan kerja kalian sibuk dan kelelahan, kemungkinan besar karena kalian bekerja berjam-jam di pekerjaan yang sangat menekan mental kalian.
Ada banyak cara untuk terlibat dalam upaya pengorganisasian dan akan membantu jika kalian dapat mengakomodasi jadwal orang dan tetap fleksibel.
Untuk meningkatkan partisipasi, undang orang untuk mengambil peran yang sesuai dengan minat mereka. Misalnya, penulis dalam grup dapat mengerjakan PR dan media sosial. Sedangkan orang yang sangat terorganisir dapat memimpin rapat.
- Ketiga, luangkan waktu untuk urusan kehidupan pribadi kalian. Ini mungkin tampak berlawanan dengan intuisi. Tetapi, salah satu cara terbaik untuk menjadi produktif dengan pekerjaan sambil menghindari kelelahan, adalah meluangkan waktu untuk kehidupan pribadi.
Memberikan waktu untuk mengejar minat pribadi, akan meningkatkan tingkat kebahagiaanmu dan juga memungkinkan pikiran kalian berkembang untuk pemecahan masalah secara kreatif.
- Keempat, ubah kesulitan menjadi semangat. Ketika bos kalian menentang upaya kemudahan kerja kalian, jangan mudah untuk merasa putus asa. Jadikan itu sebagai tantangan untukmu bisa membuat sistem kerja yang lebih baik.
Terakhir, upayakan untuk memprioritaskan pekerjaan yang dapat dilakukan bersama, dan melihat tantangan kerja sebagai upaya lanjut. Agar tidak terjebak ke dalam burnout karena pekerjaan.