Kita sering menonton drama dan film di luar negeri bukan?, yang menggambarkan sebuah dapur rumah tangga, di dalamnya sedang ada tuan rumah yang memasak.
Mereka memasak ternyata bukan saja menggunakan kompor listrik, melainkan juga kompor gas. Hanya saja yang membuat kita bertanya-tanya, tidak terlihat tabung gas di dapur mereka dan tak pernah ada adegan mereka 'kehabisan gas'.
Ternyata, negara mereka telah menggunakan jaringan gas bumi yang tersambung ke permukiman.
Sebetulnya, Indonesia telah menerapkan hal serupa, memasang pipa sambungan gas bumi, tetapi belum semua daerah di Indonesia mendapatkan intervensi program itu.
Dan pada tahun ini, PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN), sebagai Subholding Gas Pertamina sudah mulai melaksanakan perluasan jaringan gas rumah tangga (jargas) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dengan demikian, warga di kota gudeg juga bisa turut secara bertahap menikmati pengalaman memasak tanpa khawatir kehabisan gas atau membeli tabung gas.
Sedianya pada 2023, PPGN membangun 12.900 Sambungan Rumah (SR) di DIY. Saat ini, PGN tengah melakukan penetrasi pasar di Kemantren Gondokusuman (Kota Yogyakarta) dan Kapanewon Depok (Kabupaten Sleman), untuk menjaring keminatan calon pelanggan.
PGN menargetkan pembangunan 5.900 SR di Kemantren Gondokusuman yang tersebar di 4 (empat) kelurahan. Sedangkan di Kapanewon Depok, PGN berencana membangun sekitar 7.000 SR.
Jumlah tersebut lebih banyak dari rencana awal, ketika dilakukan penandatanganan kerjasama pembangunan jargas antara PGN SOR III dengan Pemerintah Kabupaten Sleman pada Oktober 2022 lalu.
General Manager PGN Sales Operation Region III (SOR III), Edi Armawiria mengatakan, tim Sales PGN sedang gencar menyosialisasikan produk jargas atau GasKita yang ditujukan untuk rumah tangga dan usaha kecil.
"Kami berharap, banyak calon pelanggan di Kemantren Gondokusuman dan Kapanewon Depok yang berminat untuk beralih menggunakan gas bumi dari PGN," kata dia, dalam rilis diterima Techverse.Asia, Jumat (27/1/2023).
Bagi masyarakat yang berada di Gondokusuman dan Depok, dapat dengan mudah melakukan pendaftaran melalui Kantor Perwakilan Sales Jargas di Yogyakarta atau dapat mendaftar secara online di http://pgn.id/daftar-gaskita.
"Wilayah Yogyakarta-Sleman saat ini belum terhubung dengan pipa transmisi gas bumi. Oleh karena itu, PGN akan memasok gas bumi dengan skema non pipa, yaitu melalui CNG atau Compressed Natural Gas sebagai moda beyond pipeline milik PGN Group," terangnya.
Diharapkan fase penggunaan CNG ini dapat sebagai periode bridging (transisi), menuju penyaluran gas menggunakan pipeline (jalur pipa).
Adapun penyaluran melalui moda CNG ini merupakan wujud realisasi komitmen PGN dalam menghadirkan energi baik ke wilayah Yogyakarta dan Sleman.
Menurut Edi, perluasan layanan gas bumi yang massif di Yogyakarta–Sleman menjadi tantangan PGN. Karena wilayah tersebut merupakan wilayah baru bagi operasional PGN.
Namun, PGN tetap melakukan upaya terbaik kepada masyarakat setempat, agar bisa merasakan manfaat dari gas bumi.
Selain rumah tangga, PGN juga siap melayani pelanggan di sektor UMKM dan komersial.
Bagi pelaku usaha, pemanfaatan gas bumi bisa menghemat biaya produksi harga lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar minyak atau gas tabung.
Pasalnya, menurut Edi, pemanfaatan gas bumi lebih praktis, efisien dan aman akan memberikan pengalaman tersendiri bagi masyarakat. Menggunakan gas bumi, bisa menghemat biaya bahan bakar, sehingga sangat cocok untuk usaha.
"Kekhawatiran kehabisan gas juga sangat minim, karena gas mengalir 24 jam, imbuh Edi.
Bersamaan dengan perluasan di Yogyakarta, jargas di Kota Semarang juga akan ditambah sekitar 5.640 SR. Meliputi 6 kelurahan yang tersebar di Semarang Tengah, Barat, dan Timur.
"PGN mengejar percepatan jargas rumah tangga yang masuk dalam Rencana Jangka Menengah PGN. Kami juga menjaga kinerja yang sebaik mungkin, agar upaya perluasan layanan dan infrastruktur dapat berjalan, sesuai dengan rencana yang telah dicanangkan," pungkas Edi.