Dengan berat hati, kami memberitahukan bahwa JD.ID akan berhenti menerima pesanan Anda mulai tanggal 15 Februari 2023. JD.ID dan semua layanannya akan dihentikan pada 31 Maret 2023.
Untuk transaksi yang selesai sebelum tanggal penghentian layanan, perusahaan akan memenuhi pesanan seperti biasa, layanan purna jual dan dukungan akan tetap tersedia. Jika anda memiliki pertanyaan lain, silakan hubungi layanan pelangan kami di 1500 618.
JD.ID menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pelanggan, penjual, mitra, dan karyawan atas dukungan yang telah diberikan dalam perjalanan kami selama ini.
Kami berharap dapat kembali melayani Anda di masa depan.
Terima kasih.
Demikian pesan yang tertulis di website JD.ID begitu kita membukanya kali pertama, pada hari ini, Senin (30/1/2023).
Sebelum menyatakan diri menutup layanan, JD.ID sudah memutus hubungan kerja kepada ratusan karyawan mereka. Alasannya, hal itu merupakan bentuk adaptasi dan upaya perusahaan menghadapi tantangan bisnis.
Baca Juga: Alasan Perusahaan Startup Fabelio Dinyatakan Pailit: Hingga Tutup 14 Gerai Offline Mereka
Melansir dari berbagai sumber, sebelum JD.ID yang merupakan kongsi dagang dari Singapura, ada sejumlah e-commerce yang sudah tutup lebih dulu. Namun, sederetan nama yang akan kami sampaikan di bawah ini, merupakan e-commerce asli Indonesia.
Mungkin kamu punya nostalgia berbelanja di sana, coba cek nama-nama berikut:
- Qlapa
Pecinta produk lokal karya usaha mikro kecil menengah dan industri kreatif, tentu sudah tidak asing dengan Qlapa. Qlapa berfokus pada industri tersebut, dan memiliki sistem kurasi yang semakin ketat dari waktu ke waktu. Batik, tenun, olahan kayu, bambu, rotan, rotan sintetis, furnitur, pernik rumah dan benda unik lainnya, adalah sejumlah produk yang dijual di platform ini.
Didirikan oleh Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius, perusahaan ini sempat meraih dana investasi seri A dari sebuah perusahaan berbasis di India. Namun, Qlapa tutup pada 2019.
- Elevenia
Platform belanja yang satu ini, merupakan besutan XL Axiata Tbk dan SK Planet. Petinggi perusahaan mengumumkan telah melepas seluruh saham di PT XL Planet (Elevenia), pada 22 Agustus 2017.
Pada 2014, bisnis Elevenia masih berjalan sepi namun terlihat potensial. Hanya saja pada 2016 hadir sejumlah e-commerce besar.
- Blanja.com
Blanja.com dinyatakan tutup oleh pemiliknya, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk pada 1 September 2020.
Blanja.com, dilaporkan oleh sejumlah media Indonesia, menjadi korban kesekian dari ganasnya strategi bakar uang di e-commerce.
Situs belanja daring Elevenia resmi menutup layanan per 1 Desember 2022.
- Fabelio
Startup yang bergerak di bidang penjualan furniture rumah serta desain interior, Fabelio resmi dinyatakan pailit, pada 5 Oktober 2022.
Awal mula penyebab pailit yang dialami oleh Fabelio bisa terjadi, karena sempat gagal bayar gaji karyawan dan vendornya. Sementara itu, penjualan tidak bisa menutupi beban operasional, hingga mereka menutup 14 dari 15 gerai offline.
Bukan hanya itu, penjualan furnitur Fabelio menurun drastis, terjadi pemangkasan karyawan pada 2021.
Selamat Datang Social Commerce
Ketika strategi bisnis bakar uang seakan sudah membosankan bagi sejumlah e-commerce, platform belanja ini harus berhadapan dengan kehadiran social commerce.
Mengutip dari laman profil Linkedin milik President Director PT TAP Kapital Indonesia, Deden Wahyudiyanto, ada perbedaan antara social commerce dan e-commerce.
"Laporan McKinsey mengungkap, social commerce adalah platform yang memfasilitasi jual-beli produk melalui media sosial. Sedangkan e-commerce memfasilitasi transaksi, termasuk pembayaran dan pengiriman," tulisnya.
Mungkin kita sudah akrab dengan 'Shopping List' dari Pinterest, 'Instagram Live Shopping', 'TikTok Shopping', 'YouTube Shopping', 'Twitter Shops', 'Twitch' dan 'Amazon Live', serta masih banyak social commerce lainnya.
Menurut Deden, tumbuhnya model social commerce adalah sebuah fenomena yang tidak dapat ditawar lagi. Sebagai sebuah peluang, percepatan penjualan melalui platform ini sangat menjanjikan.
Sementara itu, laman riset Populix pernah mempublikasikan sebuah laporan mereka yang bertajuk The Social Commerce Landscape in Indonesia.
Social commerce kian populer karena menjadi opsi baru untuk berbelanja online secara mudah.
Berbelanja di sini juga memungkinkan interaksi langsung dengan penjual sambil menjelajahi media sosial, tanpa harus berpindah aplikasi.
Sementara di sisi penjual, social commerce memungkinkan mereka untuk menjangkau calon pelanggan yang lebih luas.
Dari laporan yang sama terungkap pula, berbelanja lewat social commerce merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat kita. Disebutkan bahwa 52% masyarakat Indonesia sudah mengetahui tren transaksi jual beli melalui media sosial. Kemudian, 65% responden menyebutkan social commerce adalah 'belanja memanfaatkan media sosial'.
Sementara 17% di antaranya menyebutkan, transaksi secara group memanfaatkan media sosial. Ada lagi yang melihat social commerce adalah belanja memanfaatkan teman dan melihat konten.
Kemudian untuk aktivitas masyarakat dalam social commerce sendiri, ada sebanyak 86% masyarakat Indonesia pernah berbelanja melalui platform media sosial dengan TikTok Shop (45%); WhatsApp (21%); Facebook Shop (10%); Instagram Shop (10%).