Kanker serviks atau kanker leher rahim menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di dunia. Melansir data GLOBOCAN, tercatat bahwa kanker serviks adalah penyebab kematian tertinggi ketiga pada perempuan Indonesia, setelah kanker payudara dan kanker paru.
Merupakan salah satu kanker ganas, kanker serviks menjadi momok bagi sebagian perempuan; terutama mereka yang memiliki faktor risiko terjadinya kanker mulut rahim.
Dalam laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dijelaskan, rerata usia perempuan yang berisiko mengidap kanker serviks di negara maju adalah usia dekade ke-6.
"Namun tidak menutup kemungkinan wanita usia lebih muda dari usia tersebut juga dapat terkena," tulis laman itu, kami kutip pada Minggu (12/2/2023).
Pada tahap awal kejadian kanker ini, sebagian besar pasien belum menampakkan gejala. Perjalanan penyakitn cenderung lambat, bisa 10-20 tahun sejak adanya lesi pra-kanker.
"Kebanyaan pasien baru menyadari penyakitnya atau mencari pengobatan, saat stadium kankernya sudah lanjut. Tentu saja, ini akan berhubungan pula dengan prognosis kanker tersebut, yang semakin memburuk seiring perkembangan penyakitnya," demikian dijelaskan di artikel yang sama.
Gejala kanker seviks yang dapat dirasakan pasien adalah riwayat menstruasi yang tidak teratur dan muncul perdarahan saat berhubungan seksual.
Pada tumor yang sudah berukuran besar, juga didapatkan keluhan nyeri panggul dan perasaan tidak nyaman pada vagina. Kanker ini, pada tahap lanjut juga dapat melibatkan organ lain seperti saluran kemih. Sehingga bisa didapatkan keluhan sering berkemih, buang air kecil disertai darah, bahkan menyebabkan sumbatan saluran kemih dan menjadi keracunan ureum.
Bagaimana Mencegah Kanker Serviks?
Pencegahan kanker serviks sudah secara massal dilakukan di berbagai negara, namun angka kematian akibat kanker serviks ini masih menjadi permasalahan hingga 30 tahun terakhir.
- Pap Smear
Salah satu upaya deteksi dini kanker serviks addalah dengan dilakukannya vaksinanasi HPV serta deteksi dini dengan tes pap smear.
Tes pap smear dapat dilakukan di tenaga ahli seperti dokter, dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun rumah sakit. Pembacaan hasil pap smear ini dilakukan oleh dokter Spesialis Patologi Anatomi dan merupakan jenis pemeriksaan sitologi yang pembacaannya relatif singkat.
- Vaksinasi HPV
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Departemen Dermatologi dan Venerologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK (K)., menjelaskan, mengikuti vaksinasi Human Papillomavirus Vaccine (HPV) sedini mungkin. Karena dengan cara itu, vaksin dapat bekerja dengan lebih efektif dalam mencegah seorang perempuan terjangkit kanker serviks.
"Vaksin ini bisa diberikan mulai umur 9-49 tahun. Sebab, di usia tersebut sebagian besar belum aktif secara seksual," tutur Satiti, di laman UGM.
Saat ini ada tiga jenis vaksin HPV yang telah mendapat izin U.S. Food and Drug Administration (FDA). Pertama, vaksin HPV Cervarix yang melindungi dari HPV tipe 16 dan 18. Kedua, vaksin HPV Gardasil yang memberikan perlindungan terhadap HPV tipe 6, 11, 16, dan 18. Ketiga, vaksin HPV 9-valent (Gardasil 9) yang bisa melindungi dari HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58.
"Sebenarnya ada 200 tipe virus HPV, namun dari data epidemiologi yang banyak menginveksi adalah 9 tipe tadi. Sementara tipe lainnya tidak lebih berbahaya," lanjut Satiti.
Ia kemudian menyebut sejumlah faktor risiko terjadinya kanker serviks.
Beberapa di antaranya yakni melakukan aktivitas seksual di usia muda dengan multipartner, partner berisiko tinggi, dan partner memiliki penyakit infeksi menular seksual.
"Kanker serviks terjadi 90% karena virus HPV melalui kontak kulit yang mengandung virus HPV," ucapnya.
Individu yang telah aktif secara seksual, dikatakan Satiti berisiko terkena kanker serviks.
"Oleh sebab itu, upaya deteksi dini penting dilakukan melalui tes IVA dan papsmear secara rutin. Selain itu, juga menjaga gaya hidup sehat, vaksin HPV, menjaga kebersihan genital, serta tidak berganti-ganti pasangan seksual," tandasnya.