Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditunjukkan dengan tingginya kadar gula di dalam darah seseorang. Kita banyak melihat, penyakit yang sering disingkat DM ini kerap menjangkiti orang dewasa dan lansia.
Namun ternyata, tidak tertutup kemungkinan penyakit diabetes melitus ini diidap oleh anak-anak.
Baca Juga: Apakah Anak dengan Diabetes Melitus Masih Boleh Ngemil?
Seperti yang diketahui baru-baru ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis data terkait kasus diabetes pada anak. Angka ini, konon meningkat 70 kali lipat sejak 2010. Dan diberitakan oleh berbagai media, ada sekitar 1.645 anak di 15 kota, yang mengalami diabetes melitus di Indonesia.
Data itu mencatat, dari segi usia,pasien diabetes anak umumnya berusia 10-14 tahun. Jumlahnya, sekitar 46% dari total angka yang dilaporkan. Sementara anak usia 5-9 persen ada sebanyak 31,5% dari keseluruhan kasus. Sedangkan balita usia 0-4 tahun terdata sekitar 19%.
Menurut IDAI, tingginya angka diabetes anak terjadi akibat gaya hidup yang tak terkendali. Untuk itu, penting agar para orang tua lebih memperhatikan gaya hidup serta pola makan anak.
Baca Juga: Penjelasan Dokter Tentang Retinopati Diabetika, Komplikasi Diabetes Yang Bisa Berujung Kebutaan
Ahli Gizi Universitas Airlangga (UNAIR), Dominikus Raditya Atmaka SGz MPH mengatakan, tidak ada aturan langsung dalam peraturan perundang-undangan, yang membatasi angka konsumsi gula dan garam pada anak.
Meskipun demikian, tetap ada cara yang bisa dilakukan orang tua, untuk mencegah diabetes pada anak.
"Kasus diabetes pada anak akhir-akhir ini memang semakin banyak. Namun kasus kejadian diabetes pada anak, didominasi Diabetes Melitus tipe 1 yang biasanya diwariskan secara genetik atau inborn metabolic error, bukan karena faktor lifestyle,’’ ungkap Domi, Senin (13/2/2023), di laman universitas.
Hal itu tentu saja berbeda dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 2, yang banyak terjadi pada dewasa, sebab pola hidup yang buruk.
Baca Juga: Inikah yang Kalian Mau? Elon Musk Menyebut Akan Membayar Para Pengguna Twitter yang Rajin Mencuit
Dominiku menjelaskan, dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 telah diatur anjuran konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) per hari untuk dewasa. Yakni G4-G1-L5 yang artinya 50 gram gula ( 4 sendok makan/hari), 5 gram garam (1 sendok teh/hari), dan 67 gram lemak (5 sendok makan/hari).
Lantas bagaimana anjuran konsumsi gula yang disarankan untuk anak-anak?
Sebagai informasi, batasan anak-anak yakni sebelum dimulainya masa pubertas atau kurang lebih berakhir di usia 13-15 tahun. Selanjutnya, Dominikus mengatakan tetap ada batasan konsumsi natrium dan karbohidrat, sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
"Jika mengonsumsi berlebihan pasti akan ada efeknya ke depan seperti obesitas, hipertensi, dan lain-lain," jelasnya.
Tak dipungkiri pula, anak-anak memiliki kebutuhan mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) maupun Susu Formula (Sufor) yang mengandung beberapa jenis gula. Seperti laktosa, fruktosa, glukosa. Domi mengimbau orang tua untuk memberikan sufor yang sesuai dengan kebutuhan pasien diabetes pada anak.
"Terutama untuk kadar gula sederhana, yang ditambahkan atau dicampurkan dalam Sufor, maksimal 5 persen. Selain itu, perlu diatur jumlah konsumsi kalori harian. Supaya tidak membuat kadar gula darah meningkat terlalu drastis," lanjutnya.
Sementara itu, untuk anak dengan Diabetes Melitus tipe 1, salah satu pengobatan yang diberikan adalah suntikan insulin. Pengobatan ini tetap diikuti dengan mengatur pola makan, supaya bisa menjaga kadar gula darahnya tetap stabil.
Terakhir, Dominikus menambahkan, jika tidak menjaga jadwal, jumlah dan jenis (3J) makanan minuman yang dikonsumsi, bisa berakibat hipoglikemia.
"Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa alias kadar gula darah berada di bawah angka normal," terangnya.