Survei Gaya Hidup Sehat di Asia: Kesehatan Jantung Terbanyak di Pantau Masyarakat Indonesia

Rahmat Jiwandono
Selasa 14 Februari 2023, 13:12 WIB
Ilustrasi gaya hidup sehat. (Sumber : freepik)

Ilustrasi gaya hidup sehat. (Sumber : freepik)

Techverse.asia - Royal Philips merilis rangkaian temuan kedua dari Survei Gaya Hidup Sehat di Asia. Survei yang dilaksanakan oleh Kantar Profiles Network ini diikuti oleh 4.000 orang di Singapura, Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand.

Baca Juga: Gangguan Kesehatan Jiwa Tidak Boleh Dianggap Remeh, Bisa Berdampak Pada Fisik hingga Emosional

Survei ini mengungkap adanya kesenjangan antara pemantauan dan tindakan kesehatan di wilayah tersebut: dimana orang yang menggunakan teknologi kesehatan pribadi untuk melacak kesehatan mereka sekarang lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi, namun banyak yang belum aktif mengambil tindakan korektif berdasarkan data kesehatan yang terkumpul.

Teknologi kesehatan pribadi memainkan peran yang lebih besar dalam perawatan diri di Asia saat sudah banyak orang yang mengadopsinya, ini akan menjadi kunci untuk memberdayakan konsumen untuk menggunakan dan memahaminya dengan lebih baik untuk meningkatkan kesehatan preventif pada tahun 2023 dan seterusnya.

Survei ini menemukan bahwa pandemi telah mendorong minat terhadap kesehatan preventif dengan hampir 41% responden di Indonesia kini menggunakan perangkat kesehatan pribadi lebih banyak daripada sebelum pandemi. Di Indonesia, kesehatan jantung (54%), kesehatan mental (46%), dan kesehatan mulut (42%) adalah beberapa kondisi yang dipantau masyarakat setidaknya setiap bulan.

Sejak pandemi, masyarakat di Indonesia lebih banyak melakukan konsultasi web chat dengan dokter serta memantau kesehatan, pola tidur, pola makan, dan nutrisi mereka lebih dari sebelumnya. Yang paling penting adalah angka rata-rata regional menunjukkan bahwa rekomendasi dokter menjadi pemicu terbesar untuk mulai melakukan tindakan lanjutan dari hasil yang diperoleh dari data kesehatan pribadi (62%).

Demikian pula di Indonesia, 62% orang lebih cenderung menindaklanjuti data tersebut apabila direkomendasikan oleh dokter dan penyedia layanan kesehatan mereka. Namun, hanya 37% orang Indonesia yang membagikan data ini secara teratur dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan mereka, dengan kekhawatiran seputar privasi data (41%) yang dikutip oleh responden sebagai alasan paling umum mengapa mereka belum membagikan data sesering atau seluas mungkin.

Baca Juga: 3 Tahun Hiatus karena Pandemi, Artbox Kembali Hadir dengan Beragam Aktivitas Seru dan Hiburan Meriah

Sekitar 1 dari 5 responden juga mengaku kewalahan dengan banyaknya data, tidak tahu bagaimana menafsirkan tanggal atau membagikan data yang dikumpulkan dari perangkat kesehatan pribadi mereka dengan dokter mereka.

“Sungguh menggembirakan melihat begitu banyak orang di Indonesia telah menyadari pentingnya mengelola kesehatan jangka panjang dan menjaga kondisi badannya. Pemantauan adalah langkah pertama yang baik, tetapi untuk melihat manfaat nyata, tindakan korektif terkait kesehatanlah yang harus lebih banyak diambil,” kata Country Leader Philips Indonesia, Pim Preesman. 

Menurutnya, pendidikan menjadi kunci untuk meningkatkan literasi dan penggunaan data. Selain itu, penting untuk memiliki sistem perawatan kesehatan yang memiliki kerangka kerja dan infrastruktur guna menghubungkan tenaga profesional ke data kesehatan pribadi dengan cara yang aman dan terlindungi untuk memastikan rekomendasi kesehatan mendapat manfaat dari data-data tersebut. 

Berdasarkan Laporan Future Health Index terbaru dari Philips, riset global tentang para pemimpin layanan kesehatan di 15 negara di seluruh dunia menunjukkan bahwa sektor kesehatan APAC melihat data dan teknologi prediktif sebagai fondasi penting dari sistem perawatan kesehatan di masa depan.

Keyakinan dalam penggunaan data sangat tinggi, dengan mayoritas pemimpin layanan kesehatan di wilayah tersebut mengatakan bahwa mereka memperoleh masukan yang dapat ditindaklanjuti dari data yang tersedia (85%), memiliki akses ke teknologi yang diperlukan (84%) untuk memanfaatkan data.

Satu dari lima (21%) pimpinan layanan kesehatan merasa bahwa pelatihan dan pendidikan staf akan menjadi salah satu cara terbaik untuk membantu fasilitas mereka melakukan lebih banyak hal dengan data. Mengatasi tantangan seperti silo data, keterbatasan infrastruktur teknis, masalah privasi dan keamanan data, kesulitan dalam mengelola volume data yang tinggi akan semakin meningkatkan pemanfaatan data.

“Penelitian kami menyoroti pentingnya mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan terkait penggunaan data dan input guna meningkatkan kesehatan preventif di wilayah tersebut. Kolaborasi antar pelaku ekosistem akan membantu mengatasi beberapa tantangan ini,” ujar dia. 

Cara lain untuk mendorong adanya tindakan lanjut bisa jadi terletak pada pembuatan teknologi kesehatan yang lebih cerdas. Berdasarkan laporan survei, konsumen di wilayah APAC menunjukkan keterbukaan untuk berinteraksi dengan data kesehatan. Di Indonesia, petunjuk berbasis data kesehatan pada perangkat kesehatan pribadi (51%) dan desain teknologi kesehatan pribadi yang disederhanakan agar data lebih mudah dipahami (36%) merupakan pemicu yang signifikan dalam mengambil tindakan lebih lanjut.

“Untuk mendorong tindakan kesehatan proaktif berbasis data oleh konsumen pada tahun 2023 dan seterusnya, kami perlu melakukan lebih dari sekadar menghubungkan praktisi kesehatan dengan data kesehatan pribadi. Kami melihat potensi dalam melengkapi konsumen dengan rekomendasi cerdas untuk bertindak berdasarkan data mereka masing-masing agar hal tersebut dapat terwujud. Salah satu contoh bagaimana kami melakukannya adalah melalui sikat gigi pintar yang terhubung ke aplikasi konsumen, yang secara efektif menawarkan panduan yang dipersonalisasi tentang perilaku menyikat gigi setelah menganalisis kebiasaan dan kecenderungan pemakaian pengguna,” kata Muir Keir selaku Business Leader, Personal Health, Philips ASEAN Pasifik.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)
Startup21 Januari 2025, 18:24 WIB

Chickin Raih Pendanaan Pinjaman Sebesar Rp280 Miliar dari Bank DBS Indonesia

Chickin didirikan pada 2018, tepatnya di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Chickin. (Sumber: East Ventures)
Startup21 Januari 2025, 17:13 WIB

Banyu Dapat Pendanaan Awal Sebanyak Rp20 Miliar, Merevolusi Industri Rumput Laut

BANYU berkomitmen untuk mendukung petani dengan bibit berkualitas tinggi, teknik budidaya modern, dan akses pendapatan stabil.
Ilustrasi startup Banyu. (Sumber: istimewa)
Techno21 Januari 2025, 16:39 WIB

Upaya Donald Trump Mempertahankan TikTok di AS, Beri Perpanjangan Waktu 75 Hari

Trump menggembar-gemborkan rencananya untuk menyelamatkan TikTok selama kampanye kemenangannya.
Presiden AS Donald Trump. (Sumber: null)
Techno21 Januari 2025, 15:50 WIB

Edits: Aplikasi Edit Video yang Fiturnya Banyak Mirip CapCut

Instagram meluncurkan aplikasi pengeditan video baru yang sangat mirip dengan CapCut.
Logo aplikasi Edits milik Instagram. (Sumber: istimewa)
Automotive21 Januari 2025, 15:05 WIB

Vespa 946 Snake Hanya Tersedia 888 Unit di Seluruh Dunia

Keanggunan yang dingin untuk model Vespa edisi terbatas baru untuk merayakan Tahun Ular.
Vespa 946 Snake. (Sumber: Vespa)
Automotive21 Januari 2025, 14:37 WIB

Yamaha MT-25 Hadir dengan Banyak Pembaruan, Cuma Ada 1 Varian

Yamaha MT-25 semakin tonjolkan aura The Master of Torque yang agresif.
Yamaha MT-25. (Sumber: Yamaha)
Automotive20 Januari 2025, 19:20 WIB

Kenalkan Produk Indonesia ke Jepang, Saber Industries Berpartisipasi di Osaka Auto Messe 2025

Saber Industries optimistis produk lokal bisa memenuhi ekspektasi modifikator Jepang.
Ilustrasi lampu mobil yang diproduksi oleh Saber Industries. (Sumber: istimewa)