Pentingnya pemahaman atas literasi keuangan dan manfaatnya bagi masyarakat, diteliti dan dianalisis oleh seorang mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Theda Renanita.
Ia meneliti pengukuran dan pemeriksaan model teoritis kesehatan keuangan rumah tangga. Kesehatan keuangan, menurutnya, berkontribusi terhadap kesejahteraan rumah tangga.
Namun, data yang ia temukan di lapangan mengindikasikan adanya masalah keuangan rumah tangga pada sebagian besar masyarakat kita. Misalnya tercermin dari jumlah utang konsumsi yang meningkat dari tahun ke tahun. Diikuti dengan bertambahnya jumlah kasus kredit macet, serta rasio tabungan yang rendah.
“Penelitian ini berkontribusi dengan cara membangun pemahaman tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan keuangan rumah tangga, dengan mengintegrasikan faktor-faktor moneter yang objektif dan evaluasi terhadap keuangan dalam suatu model," kata dia, kami kutip dari laman universitas, Selasa (28/2/2023).
Dalam indeks ketahanan keluarga, ekonomi keluarga memiliki bobot terbesar kedua setelah dimensi landasan legalitas dan keutuhan keluarga, lanjut Theda.
Keuangan yang sehat dapat meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan, kesejahteraan dan kesehatan mental, kualitas hubungan interpersonal, kepuasan hidup, dan kesejahteraan subjektif dan psikologis.
Sementara itu, stresor keuangan berdampak negatif terhadap relasi dalam rumah tangga, kondisi fisik, psikologis, dan sosial.
Theda menerangkan, kesehatan keuangan bukanlah suatu situasi akhir keuangan individu atau rumah tangga yang statis/menetap.
Kesehatan keuangan merupakan situasi keuangan yang dinamis dan melibatkan upaya terus-menerus, untuk memenuhi tujuan jangka pendek dan panjang. Melibatkan penilaian terhadap kondisi keuangan, dan rasa puas terhadap keseluruhan situasi keuangan.
Analisis yang ia lakukan mengonfirmasi keterkaitan antar variabel perubahan hidup, literasi keuangan, fokus promosi, dan fokus pencegahan sebagai faktor kesehatan keuangan. Faktor lain yang ia teliti adalah terkait perubahan hidup.
"Studi ini mengonfirmasi bahwa, pemahaman dan ketrampilan keuangan rumah tangga berkontribusi positif terhadap kesehatan keuangan objektif atau aspek moneter. Sementara itu, semakin banyak perubahan hidup yang dialami berkontribusi negatif terhadap evaluasi keuangan rumah tangga," paparnya.
Ia mengungkap, cakupan kesehatan keuangan tidak hanya melibatkan eleman objektif, tetapi juga subjektif. Selain itu, program peningkatan literasi keuangan perlu dibarengi dengan pemahaman motivasi rumah tangga, dalam mencapai tujuan pada saat terjadi perubahan hidup.
"Masyarakat dapat membekali diri dengan pemahaman dan keterampilan keuangan atau literasi keuangan, seperti tentang cara kerja bunga, inflasi, dan diversifikasi risiko. Selain itu, rumah tangga dapat mengenali motivasi promosi atau pencegahan. Sehingga dapat menentukan strategi keuangan yang tepat khususnya pada saat terjadi perubahan hidup," imbuh Theda.
Seperti diketahui, literasi keuangan diperlukan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Karena keuangan perlu dikelola sebaik mungkin, agar memberikan manfaat optimal.
Menurut lembaga Otoritas Jasa Keuangan, literasi keuangan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, tak terkecuali dalam kehidupan berumahtangga. Mulai dari misalnya mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan, memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan dengan lebih baik.
Selain itu, terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas, mendapatkan pemahaman mengenai manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keuangan.
"Literasi Keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan. Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga semakin tinggi tingkat Literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan," tulis laman OJK.