Cyberbullying atau perundungan siber kian lama menjadi momok di balik gemerlap media sosial saat ini.
Menyikapi hal itu, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas sebuah motion comic bertajuk 'Sekawan Berpijar', guna meningkatkan kesadaran anti-cyberbullying para peselancar internet.
Adalah Zahra Fithriyah Muna, sosok di balik ide cemerlang tersebut. Sekawan Berpijar merupakan keluaran dari studi kasus yang ia lakukan. Studi itu bermula saat Digital Civility Index (DCI) Microsoft menyatakan bahwa, Indonesia berada di peringkat 29 dari 32 negara di dunia, yang memiliki kesopanan dalam menggunakan internet pada 2020.
"Di situ juga dilaporkan bahwa tindakan cyberbullying adalah hal yang marak untuk dilakukan," terangnya, kami kutip dari laman ITS, Kamis (16/3/2023).
Melalui studi kasus yang ia lakukan, didapatkan pula bahwa, mayoritas pengguna internet adalah remaja berusia 15-19 tahun. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi yang tepat untuk meningkatkan kesadaran para pengguna internet di kalangan tersebut. Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) ini kemudian menjatuhkan pilihan untuk mengedukasi warganet lewat perantara motion comic.
Dalam motion comic garapan gadis asal Surabaya tersebut, diperkenalkan karakter geng Palapa. Geng ini terdiri dari empat orang pelajar, memiliki misi untuk menyelesaikan masalah perundungan siber yang dialami oleh teman sekelas mereka.
Dirancang sedemikian rupa oleh Zahra, geng Palapa itu menyelesaikan misinya dengan berbagai penerapan enam dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Apa saja enam dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikenalkan oleh Zahra lewat Sekawan Berpijar?
1. Berkebhinekaan Global: sikap ini diterapkan oleh geng Palapa dengan berhimpunnya keempat orang pelajar dari berbagai latar belakang yang berbeda; baik agama, suku, maupun ras.
2. Gotong-royong: dalam menyelesaikan masalah, geng Palapa juga bekerja sama dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar. Tindakan tersebut menunjukkan adanya implementasi dimensi ini.
3. Kreatif: Zahra menggambarkan geng Palapa untuk bersama-sama menciptakan sebuah robot Palapa guna mendeteksi tindakan yang mencerminkan enam dimensi Profil Pelajar Pancasila.
4. Bernalar Kritis: digambarkan dengan penyelesaian masalah oleh geng Palapa.
5. Mandiri: ditunjukkan dengan tindakan mempertemukan sang pelaku dengan korban untuk meminta maaf. Tindakan meminta maaf oleh pelaku dan menghapus berbagai komentar jahat terhadap korban adalah bukti nyata kemandirian. Karena hal itu wujud dari tindakan bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat.
6. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia: digambarkan melalui berdoa bersama oleh geng Palapa dan kedua temannya tersebut agar dijauhkan dari tindakan yang tidak baik, seperti perundungan siber.
C
Dengan alur narasi yang demikian, mahasiswi kelahiran Surabaya itu menjelaskan ia memerlukan banyak interview, konsultasi, serta studi eksperimental yang dilakukan untuk menyelesaikan karya ini. Mulai dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, psikolog, guru SMA, pelajar SMA, serta sosok ahli dalam bidang komik dan animasi.
Bimbingan kepada dosen DKV ITS Rabendra Yudistira Alamin ST MDs pun ia lakukan guna mendapatkan arahan yang tepat. Terlebih mengingat Sekawan Berpijar juga ia jadikan sebagai Tugas Akhir.
Gagasan yang Zahra buat tersebut tidak semata untuk memutus rantai cyberbullying.
Karya ini juga digunakan sebagai sarana untuk menggalakkan program Profil Pelajar Pancasila oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
"Dengan menerapkan nilai Pancasila, tokoh dalam motion comic ini dapat menyelesaikan permasalahannya dengan tepat," ungkapnya.
Ia juga berharap, dengan motion comic Sekawan Berpijar, generasi muda Indonesia bisa menerapkan dimensi Profil Pelajar Pancasila sebagai anti-cyberbullying.