Bulan Ramadan dianggap sebagai bulan suci umat Islam, akan datang dalam hitungan hari. Namun, kehadiran bulan Ramadan bukan hanya disambut sukacita oleh umat muslim, melainkan juga umat agama lainnya.
Pasalnya, sebagai bulan penuh berkah, Ramadan tidak hanya bicara tentang puasa, mengaji, dan ibadah-ibadah lainnya. Di berbagai negara, bulan Ramadan dirayakan dan ditandai dengan kegiatan khas yang hanya terjadi di bulan tersebut. Salah satunya dengan menjamurnya pedagang ultra mikro yang menjajakan dagangannya sesaat sebelum berbuka, tak terkecuali di Indonesia.
Menjelang berbuka puasa, kerap menjadi waktu pilihan bagi banyak orang untuk menghabiskan waktu berburu camilan di spot-spot tertentu yang tempatnya strategis dikunjungi.
Baca Juga: UMKM Bakal Gesit Manfaatkan Bulan Ramadan, KoinWorks Beri Kemudahan Pinjaman Usaha
Selain itu, di lokasi yang akrab dengan sebutan pasar takjil ini, kita bisa menemukan banyak kudapan khas yang hanya dijajakan di saat Ramadan.
Dan selain camilan, ada beragam kebutuhan selama Ramadan hingga paskalebaran, yang bisa menjadi target dan sasaran bisnis. Bisnis itu bukan hanya ditawarkan secara offline, melainkan juga di pasar online.
Bahkan, untuk masyarakat yang mungkin tidak sabaran untuk membeli baju baru dan memanfaatkan diskon tertentu, akan berebut membeli kebutuhan mereka lewat penjual dadakan yang memulai bisnis saat Ramadan.
Pada akhirnya, kita menyadari, di bulan Ramadan, masyarakat gesit mengambil peluang. Ada begitu banyak usaha ultra mikro hadir dan bertumbuh selama sebulan Ramadan.
Melihat kondisi demikian itu, kita kemudian memahami bahwa Ramadan memberikan manfaat kepada banyak aspek, salah satunya aspek ekonomi.
Ekonom Universitas Airlangga (UNAIR), Shochrul Rohmatul Ajija, menjelaskan bahwa fenomena tersebut menandakan kalau Ramadan juga menjadi momen dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
"Daya beli masyarakat di bulan Ramadan itu cenderung naik dan terdistribusi. Jadi orang yang cenderung kaya akan menyedekahkan sehingga orang-orang dalam kelompok miskin mendapat tambahan income dan daya beli naik," ujarnya, dalam keterangan resminya, di halaman universitas, dikutip Senin (20/3/2023).
Baca Juga: TikTok Bocorkan Konten yang Jadi Perhatian & Produk Laris di TikTok Shop, Saat Ramadan dan Lebaran
Tidak hanya itu, aspek psikologis dan keyakinan dalam beragama, sambungnya, juga memengaruhi hal tersebut. Banyak masyarakat yang merasa bahwa Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk bersedekah dan mengeluarkan uang yang dimilikinya, sehingga demand atau permintaan cenderung naik.
Dosen Ekonomi Pembangunan di UNAIR ini menegaskan, permintaan masyarakat tersebutlah, yang ditangkap oleh pasar sehingga direspon dengan bermunculan usaha-usaha ultra mikro baru. Hal itu, sambungnya, juga membuat para pengusaha menaikan supply atau penawaran barang yang dimiliki untuk memenuhi permintaan masyarakat. Kenaikan tersebut akhirnya membuat titik keseimbangan (equilibrium) juga berubah.
"Banyak orang yang sudah merencanakan income-nya untuk menghadapi bulan Ramadan. Ada sebagian orang yang memilih untuk membuat tabungan Idulfitri, kalau di kampung ada arisan lebaran. Itu uang yang sengaja dikumpulkan untuk Ramadan dan Idulfitri," lanjutnya.
Ia juga meminta agar pedagang mampu bertindak rasional dan paham akan pasar, sehingga dapat menyetok barang dengan efisien.
Selain itu, ia berpesan jangan sampai glorifikasi prospek usaha di bulan Ramadan membuat pedagang ultra mikro baru mencari modal dengan berutang.
"Skema pembiayaan (utang) untuk usaha yang sporadis seperti ini bahaya. Karena tidak sedikit yang abis lebaran menanggung hutang banyak. Dengan alasan ketipu, salah perhitungan dan tidak laku barang dagangannya," tuturnya.