Sejumlah peneliti lingkungan dan ekonomi yang tergabung dalam Earth4All, belum lama ini mengumumkan hasil penelitian mereka soal pertumbuhan populasi manusia.
Mereka bukan melihat terjadinya ledakan populasi manusia, tetapi justru memperkirakan terjadi penurunan jumlah populasi sebanyak 6 miliar. Mengutip EurekAlert! model penghitungan itu adalah bagian dari studi yang ditugaskan oleh organisasi nirlaba The Club of Rome.
Berkaca pada tren saat ini, diperkirakan kita awalnya akan melihat populasi bumi mencapai titik tertinggi sepanjang masa, yaitu 8,6 miliar orang, pada sekitar tahun 2050; sebelum kemudian mengalami penurunan menuju titik enam miliar pada tahun 2100.
Menurut makalah yang disusun tim penelitian kolektif, penyebab kemungkinan penurunan populasi ini dikaitkan dengan peningkatan kesetaraan, atau lebih tepatnya akses yang lebih baik ke pendidikan bagi perempuan dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
"Penjelasannya, dengan lebih banyak individu (khususnya wanita) yang menerima pendidikan yang memadai, angka kelahiran secara keseluruhan secara teoritis akan berkurang. Pasalnya ada lebih banyak wanita didorong untuk mengejar karir dan diberi tahu tentang biaya dan akibat melahirkan lebih banyak anak," tulis publikasi ilmiah itu, kami lansir pada Selasa (4/4/2023).
Tim mempertimbangkan beberapa variabel ekonomi dan lingkungan untuk memberikan perkiraan pertumbuhan populasi manusia. Termasuk hal-hal seperti kelimpahan energi, produksi pangan, pendapatan, kesetaraan gender, dan pemanasan global tentunya.
Tim juga menganalisis hubungan antara populasi dan batas planet yang terlampaui, yang terkait dengan daya dukung bumi.
Bertentangan dengan mitos populer publik, tim menemukan bahwa, ukuran populasi bukanlah pendorong utama yang melampaui batas planet seperti perubahan iklim. Sebaliknya, tingkat jejak material yang sangat tinggi di antara 10% orang terkaya di dunialah yang membuat planet ini tidak stabil.
"Masalah utama umat manusia adalah karbon mewah dan konsumsi biosfer, bukan populasi," kata dia.
Tempat-tempat di mana populasi meningkat paling cepat memiliki jejak lingkungan yang sangat kecil per orangnya, dibandingkan dengan tempat-tempat yang mencapai puncak populasi beberapa dekade yang lalu.
Salah satu pemodel terkemuka untuk Earth4All dan rekan penulis The Limits to Growth, Jorgen Randers, menjelaskan bahwa menurut proyeksi demografis tim, seluruh populasi dapat mencapai kondisi hidup melebihi tingkat minimum PBB; tanpa perubahan signifikan dalam tren perkembangan saat ini, asalkan ada distribusi sumber daya yang merata.
Berikutnya, ada yang disebut Lompatan Raksasa, para peneliti memperkirakan bahwa populasi mencapai puncaknya pada 8,5 miliar orang sekitar tahun 2040. Lalu menurun menjadi sekitar 6 miliar orang pada akhir abad ini.
Hal ini dicapai melalui investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengentasan kemiskinan, khususnya investasi di bidang pendidikan dan kesehatan. Bersamaan dengan perputaran kebijakan yang luar biasa pada ketahanan pangan dan energi, ketidaksetaraan dan kesetaraan gender.
Pemimpin proyek Earth4All dan direktur Pusat Keberlanjutan di Sekolah Bisnis Norwegia, Per Espen Stoknes, mengungkap, di skenario ini kemiskinan ekstrem dihilangkan dalam satu generasi (pada 2060) dengan dampak nyata pada tren populasi global.
Para penulis berargumen bahwa, proyeksi populasi menonjol lainnya seringkali meremehkan pentingnya pembangunan ekonomi yang pesat.
"Kami tahu perkembangan ekonomi yang pesat di negara-negara berpenghasilan rendah berdampak besar pada tingkat kesuburan. Tingkat kesuburan turun, karena anak perempuan mendapatkan akses ke pendidikan dan perempuan, diberdayakan secara ekonomi dan memiliki akses ke perawatan kesehatan yang lebih baik," ujarnya.
Associate Professor dari Kristiania dan anggota tim pemodelan Earth4All, Beniamino Callegari, menerangkan kalau beberapa model terkemuka mensimulasikan pertumbuhan populasi, pembangunan ekonomi, dan hubungan mereka secara bersamaan.
Analisis tersebut menggunakan sepuluh wilayah dunia seperti Afrika Sub-Sahara, China, dan Amerika Serikat. Saat ini, pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di beberapa negara di Afrika, seperti Angola, Niger, Republik Demokratik Kongo dan Nigeria, serta Asia, misalnya Afghanistan.
"Jika kita menganggap negara-negara ini mengadopsi kebijakan yang berhasil untuk pembangunan ekonomi, maka kita dapat memperkirakan populasi akan mencapai puncaknya lebih cepat daripada nanti," lanjut Callegari.