Diet menjadi satu di antara sejumlah pilihan yang bisa diambil, untuk mengurangi berat badan, atau setidaknya menjaga berat badan ideal.
Tantangan diet akan semakin besar pada orang yang menyukai makanan dan minuman manis. Karena makanan manis punya daya magis tersendiri untuk memunculkan kebahagiaan dan menambah kenikmatan dari apa yang masuk ke dalam mulut kita.
Tapi hal itu bukan lagi masalah. Lewat rangkuman dari berbagai sumber, ada beberapa alternatif pemanis makanan minuman yang tetap aman dikonsumsi untuk orang yang sedang menjalani diet. Bahkan diklaim bisa memberi manfaat lebih.
Stevia
Stevia adalah nama populer dari bahan yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana.
Saat diolah menjadi pemanis, tingkat kemanisan stevia bisa mencapai 50–350 kali lipat gula pasir. Pemanis ini juga mengandung nol kalori dan sedikit karbohidrat sehingga cocok menjadi pengganti gula untuk diabetesi (pengidap diabetes).
Pemanis dari daun stevia bisa membantu mengatasi berat badan berlebih. Dengan kandungan nol kalori, pemanis ini lebih ramah untuk pengidap diabetes ataupun ingin menjaga berat badan.
Ternyata, konsumsi stevia juga membantu meningkatkan kadar HDL, si kolesterol baik. Berbeda dengan LDL, kadar HDL yang tinggi justru membantu menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung akibat penyumbatan pembuluh darah.
Madu
Madu adalah pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah. Rasanya yang manis, membuat madu bisa menjadi pengganti gula.
Madu juga populer dengan kandungan nutrisinya. Sebuah penelitian mengatakan, dalam 100 gram madu terdapat beragam nutrisi seperti di antaranya protein 0,3 gram, serat 0,2 gram, kalsium 5 mg, fosfor 16 mg, riboflavin atau vitamin B2 0,04 mg.
Kandungan antioksidan dalam madu dapat membantu tubuh melawan radikal bebas. Penelitian lain juga menyebut, madu punya potensi manfaat lain, yakni menurunkan risiko berbagai kanker.
Antioksidan dalam madu bisa dibilang cukup lengkap, ada flavonoid, polifenol, vitamin C, dan monofenol. Semua antioksidan ini memberikan perlindungan pada kesehatan jantung.
Gula kelapa
Klaimnya, jenis gula yang satu ini lebih bernutrisi dan salah satu hal yang membuat gula kelapa kerap dianggap lebih sehat adalah tidak mengandung fruktosa.
Namun di samping klaim populer bahwa gula kelapa tidak mengandung fruktosa, jangan sampai hal itu membuat kita nekat mengonsumsinya dalam porsi berlebihan.
Gula kelapa juga dikenal mengandung indeks glikemik lebih rendah dibandingkan dengan gula putih atau gula tebu. Bila gula putih mengandung indeks glikemik 60, gula kelapa punya indeks glikemik 54.
Tak kalah dengan bahan alternatif pemanis yang disebutkan lebih dulu di atas, gula kelapa juga mengandung nutrisi. Di antaranya mineral seperti zat besi, zinc, kalsium, dan potasium. Tak hanya itu, ada juga asam lemak rantai pendek seperti polifenol dan juga antioksidan.
Di dalam gula kelapa ada inulin, serat yang dapat memperlambat penyerapan glukosa.
Baca Juga: Malas Bersihkan Bantal? Bantal Buatan Mahasiswa UGM Ini Bisa Jadi Solusi
Sorgum
Berkat kerja keras peneliti, sorghum di Indonesia telah berhasil diubah menjadi produk gula pasir menyehatkan. Sorgum baik dikonsumsi oleh penderita diabetes maupun yang ingin menurunkan berat badan.
Kandungan gula yang rendah serta karbohidrat kompleks pada sorgum membuat badan berenergi lebih lama.
Terakhir kalinya, terlepas dari jenis alternatif pemanis apapun yang digunakan, penggunaan bahan pemanis berlebihan justru bisa mengubah bahan-bahan alami tadi menjadi produk yang merusak kesehatan tubuh.
Selain itu, agar diet bisa maksimal dan lebih berefek positif pada tubuh, lengkapi diet dengan olahraga rutin, tidur cukup, banyak minum air putih dan hindari pemicu stress.