Kala bulan Ramadan tiba dan menjelang Idulfitri, diskon besar-besaran selalu saja ada di depan mata. Momen hari raya ini, dimanfaatkan betul oleh para pemilik merek untuk mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya. Sedangkan para pembeli, tentu merasa bisa dimudahkan mendapatkan bawang murah.
Meski demikian, terkadang harga potongan yang ditawarkan bukan 'sungguh-sungguh' rabat, melainkan hanya teknik hitungan tertentu si pengelola toko.
Apapun bentuk diskon Ramadan dan Idulfitri; baik itu produk makanan, sandang, bahkan pelengkap kebutuhan rumah tangga yang lain, kerap membuat masyarakat kalap. Tingkat konsumsi melonjak seiring terpasangnya papan 'DISKON' di toko, online maupun onsite.
Ada faktor sosial dan tradisi yang memengaruhi sikap konsumtif masyarakat saat Ramadan dan Idulfitri. Di masa-masa ini, banyak orang salah paham dan kemudian hanya bertindak mengikuti yang orang lain lakukan.
Selain itu, tekanan dari lingkungan untuk menghadiri acara berbuka puasa bersama dan saling kunjung saat Idulfitri, yang kemudian justru disalahgunakan untuk saling unjuk keunggulan (flexing).
Pakar dari Universitas Airlangga berikut ini, Rizka Miladiah Ervianty, akan membantu kita untuk menyadari bahwa: tidak semua barang yang ditawarkan dengan diskon Ramadan dan Idulfitri adalah produk yang benar-benar kita butuhkan. Dengan kata lain, barang-barang itu bisa dikesampingkan.
"Jadi, sebenarnya kalo terkait bisa menahan godaan atau tidak, dasarnya bergantung karakter masing-masing. Godaan belanja itu semakin menjadi jadi di momen ini," kata Rizka, dalam keterangan resminya, dilansir pada Selasa (18/4/2023).
Rizka menjelaskan, bulan Ramadan merupakan momen yang identik untuk berbelanja, karena banyak kegiatan yang dimanfaatkan oleh toko untuk peningkatan penjualan. Mulai dari diskon, flashsale di waktu-waktu tertentu, promo cashback, buy one get one, dan lain sebagainya. Selain itu, Rizka menjelaskan bahwa merupakan keuntungan jika kita bisa memanfaatkan momen ini dengan baik.
Keuntungan lagi kalau kemasan produk itu cocok dengan kebutuhan selama bulan Ramadan. Menurut statistik, kebutuhan masyarakat paling besar saat Ramadan terkait food and beverage (makanan dan minuman), kebutuhan atas peralatan ibadah.
Sementara itu untuk produk yang tidak berkorelasi dengan kebutuhan selama Ramadan, dibutuhkan ide kreatif dari pemasaran. Salah satu cara adalah dengan melakukan riset pasar serta menyesuaikan dengan produk yang dimiliki.
Dan sebagai bagian dari konsumen, agar tidak terjebak dalam teknik pemasaran dan penjualan yang sangat menggiurkan di bulan Ramadan, kita perlu mengetahui cara menahan diri untuk menjadi konsumtif.
"Jangan langsung beli, jadi kenali dulu dan tunggu selama sepekan. Kenapa? karena bisa jadi rangsangan untuk membeli yang muncul itu bukan berdasar pada kenyataan kebutuhan. Tetapi berdasar pada emosi," tegasnya.
"Biasanya jika berdasar pada emosi akan berujung pada penyesalan. Setelah itu, dalam masa hold tadi, kita bisa membuat rencana daftar kebutuhan kita," lanjutnya.
Kita juga bisa mempelajari terlebih dahulu mengenai produk itu, baik itu spesifikasi, ulasan, keuntungan dari produk itu. Kemudian, pikirkan alternatif produk yang kita butuhkan, misalnya menyewa alih-alih membeli.
"Setelah itu, cari informasi terkait promo, cashback, hindari pembelian barang secara mencicil. Jangan berlebihan yang nanti menumpuk, cari teman yang memiliki kebutuhan sama, pertimbangkan pembelian secara daring serta alokasikan dana sesuai dengan jenis pengeluaran," sebutnya.
Ia menambahkan, Ramadan merupakan momen meningkatnya pengeluaran karena harga barang atau jasa yang naik. Selain itu, ada promo dan diskon yang tidak terkendali, ajakan buka bersama dari luar dan lain sebagainya. Jika tidak mengatur hal tersebut dengan baik, maka akan membuat keuangan membengkak.