Sebuah studi yang dilakukan oleh Untold Insights mendapati, mayoritas konsumen Generasi Z dan Milenial tidak dapat berbelanja secara berkelanjutan karena biaya hidup yang tinggi.
Untold Insights merupakan perusahaan riset pelanggan digital yang berbasis di Inggris. Perusahaan menyurvei sekitar 1.000 orang berusia antara usia 16 dan 40 tahun yang tinggal di Inggris Raya.
Di antara itu, sebanyak 96% responden melaporkan bahwa mereka tidak dapat membuat keputusan pembelian produk berkelanjutan. Alasannya, karena meningkatnya biaya hidup.
Sebanyak 53% responden menyatakan, mereka akan memprioritaskan membeli barang-barang yang terjangkau daripada produk alternatif yang berkelanjutan.
Baca Juga: Sering Berkendara Kala Hujan? Cek Ban Motormu, Ganti dengan 'Ban Basah' Bila Perlu
Baca Juga: Manfaat Lain Wortel: Sebagai Sunscreen Alami
Baca Juga: Susah Move On Usai Diselingkuhi? Coba Memulai Harimu dengan Olahraga
"Karena merek ramah lingkungan seringkali menjual produk dengan harga yang jauh dari anggaran mereka," kutip kami dari Hypebeast, Senin (8/5/2023).
Milenial mungkin memiliki daya beli yang lebih tinggi daripada Gen Z, kemampuan finansial mereka menawarkan lebih banyak pilihan kepada generasi yang lebih tua di seluruh kategori produk. Dari mereka yang disurvei, 43% mengatakan bahwa mereka secara aktif terlibat dalam diskusi perubahan iklim, dan mereka telah menyesuaikan gaya hidup mereka dengan mempertimbangkan lingkungan.
Sementara itu, 52% peserta Milenial yang lain menyatakan akan membeli lebih sedikit dari merek yang berpartisipasi dalam greenwashing, sedangkan 45% responden Gen Z mengatakan hal yang sama.
Meskipun Gen Z sering kali disebut sebagai 'generasi perubahan iklim', daya beli mereka yang relatif lebih rendah membatasi mereka untuk terlibat dalam tingkat pembelian berkelanjutan yang serupa.
"Meskipun demikian, 34% responden Gen Z mengatakan, mereka memandang merek fast fashion secara positif, dibandingkan dengan 47% peserta Milenial," sebutnya.
Baca Juga: Sisi Gelap AI Menurut 'Godfather of AI': Lebih Berbahaya Ketimbang Perubahan Iklim
Baca Juga: Samsung Galaxy A24: Smartphone 3 Jutaan, Punya Layar Super AMOLED dan Memori Besar
Baca Juga: Bakal Pecat 7.800 Karyawan, IBM Berniat Gantikan Karyawan Mereka dengan AI
Direktur Komunitas eko TikTok Earthtopia -yang menginisiasi survei ini-, Rob Greenfield, menjelaskan bahwa produk berkelanjutan seringkali menjadi lebih murah karena dapat digunakan kembali.
Meski demikian ia tidak menampik, biaya yang dikeluarkan di muka biasanya lebih tinggi. Itu yang kemudian mempersulit banyak anak muda, yang mencoba untuk hidup berkelanjutan namun sesuai kemampuan mereka untuk membelinya.
Oleh karena itu lewat laporan ini, menurut Rob Greenfield, masa depan pasar yang berkelanjutan terletak di tangan pemerintah internasional.
Ia menyatakan, sangat penting agar pemerintah berbuat lebih banyak untuk menyamakan kedudukan, dengan mengenakan pajak kepada mereka yang menghasilkan produk berkualitas rendah, berat plastik, dan intensif tinggi pada energi.
Kemudian pada gilirannya, memberi insentif kepada mereka yang memproduksi produk alternatif yang lebih terjangkau dan berkelanjutan.
Sementara itu dalam NSS Magazine, tanda-tanda yang jelas dari fenomena ini dapat ditemukan di TikTok, di mana mania untuk produk 'dupe' merajalela. Berkat siklus tren yang tak terhentikan yang dipertahankan di aplikasi, promosi merek seperti E.l.f dan Essence Beauty menjadi lebih terjangkau bagi yang membelinya. Tetapi sangat mahal untuk planet kita.
Di TikTok, tagar #dupe telah ditonton hampir 4 miliar kali. Menunjukkan bagaimana kaum muda semakin terdorong untuk mencari produk kecantikan dengan kualitas yang sama dengan produk mewah, tetapi dengan harga yang lebih murah.