Manajemen PT GRA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung mengonfirmasi kabar kondisi perusahaan, yang menyebutkan bahwa toko buku tersebut akan menutup seluruh toko mereka, akhir 2023.
Manajemen Toko Gunung Agung mengungkapkan, penutupan toko/outlet sudah mulai dilakukan sejak 2013, sebagai upaya menjaga efisiensi dan efektivitas usaha. Kemudian memuncak pada 2020, efek pandemi Covid-19.
Dikutip dari keterangan resmi mereka, ketika usaha semakin merugi dan beban penjualan begitu besar, Toko Gunung Agung menghitung bahwa jumlah itu tidak sebanding dengan pencapaian penjualan usaha setiap tahunnya.
Langkah efisiensi kemudian dilanjutkan dengan menutup beberapa toko/outlet yang tersebar di beberapa kota; seperti Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi dan Jakarta. Demikian tulis mereka, dilansir lewat laman CNBC, Senin (22/5/2023).
Keuntungan Baca Buku Fisik (Printed Book) Dibanding Buku Elektronik (e-Book)
Tutupnya Toko Buku Gunung Agung mungkin membuat kita bertanya-tanya: sedemikian turunkah minat masyarakat di masa sekarang terhadap buku fisik, dan lebih memilih e-book sebagai bahan bacaan harian?
Tidak ada salahnya memang, karena soal membaca buku fisik maupun e-book hanyalah soal pilihan dan prioritas. Buku elektronik punya banyak kelebihan, mulai dari ikut melestarikan lingkungan, lebih ringkas, fleksibel.
Tetapi, ketika setiap harinya kita terlalu sering bercengkerama dengan gadget, mata tentu terasa lelah jika harus dipaksakan lagi membaca e-book. Di sinilah kita bisa menemukan keuntungan membaca printed book. Apa saja keuntungan itu? Coba simak di bawah ini.
Lebih Sehat Untuk Otak
Sebuah studi menunjukkan, orang-orang yang membaca buku cetak menyerap dan mengingat lebih banyak plot daripada pembaca e-book. Studi lainnya menyebut, mereka yang membaca buku fisik mendapat skor lebih tinggi di bidang lain, seperti empati, imersi dan pemahaman narasi.
Lebih Sehat Untuk Mata
Menatap layar perangkat elektronik terlalu lama, berpotensi membuat kita terkena mata tegang hingga cyber sickness. Dengan membaca buku fisik, kita bisa mengurangi kekhawatiran itu. Asalkan, tetaplah membaca buku di tempat dengan pencahayaan baik, sikap duduk yang tepat, mengatur jarak mata dengan lembaran buku.
Bebas dari Silau
Membaca e-book di tempat yang mendapat banyak pancaran cahaya matahari atau cahaya lampu, bisa menimbulkan silau karena pantulan layar gawai. Tidak demikian dengan membaca buku fisik, anti silau dan pantulan.
Fokus Lebih Baik
Membaca buku cetak akan membuat kita lebih fokus, karena yang berada di hadapan kita adalah lembaran buku yang statis. Sementara itu, gawai yang kita gunakan untuk membaca e-book kerap kali satu gawai yang kita pasangi media sosial atau aplikasi percakapan. Maka, membaca buku fisik bebas notifikasi, bebas distraksi dari pesan atau iklan yang muncul di tengah aktivitas membaca.
Wangi Aroma Kertas
Pecinta buku fisik sudah pasti akrab dengan aroma kertas baru maupun aroma kertas tua. Kekhasan ini yang tidak dimiliki oleh e-book. Aroma kertas buku bagaikan aromaterapi bagi sejumlah 'kutu buku'. Suara saat lembaran kertas dipindahkan satu per satu, terkadang memberi sensasi seru tersendiri kala membaca dalam suasana hening.
Membantu Tidur Lebih Awal
Perlu berapa banyak penelitian lagi dilakukan untuk meyakinkan dirimu, bahwa cahaya biru dari layar perangkat bisa memengaruhi kadar melatonin dan siklus sirkadian. Hal itu membuat kita tidur lebih lambat dari jam tidur yang dijadwalkan. Jadi, ketimbang membaca e-Book, pilihlah membaca buku cetak. Membaca buku fisik menjelang jam tidur merangsang kantuk. Selamat tinggal insomnia
Tidak Ada Istilah 'Habis Daya'
Membaca e-Book akan terganggu bila di tengah asyiknya membaca, perangkat kita kehabisan daya. Hal itu tidak akan kita temui saat membaca buku fisik.
Baca Juga: AI dan Teknologi Digital Tak Jadi Ancaman untuk Seni Kaligrafi Manual, Ini Alasannya