Remaja adalah masa transisi seorang anak menuju dewasa. Perubahan ini terjadi mulai dari secara biologis, kognitif, sosial, emosional. Sebegitu kompleksnya tahapan hidup ini bagi seseorang, demikian juga bagi remaja itu sendiri.
Memasuki remaja, seseorang banyak bertanya tentang identitas mereka, siapa mereka sebetulnya dalam masyarakat, apa yang mereka lakukan selama ini dan bagaimana masa depannya.
Salah satu pertanyaan kunci yang potensi menumbuhkan dilematika, yakni siapa mereka di tengah masyarakat. Bukan tidak mungkin, pertanyaan ini akan berujung pada banyak cara yang ditempuh sang remaja, untuk mendapat pengakuan orang sekitarnya.
Situasi ini tidak akan mudah bagi mereka. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, untuk mengarahkan remaja sesuai dengan porsi kita.
Dampingi Mereka Mengenali Kesukaan dan Pahami
Ketahui dan kenali apa yang mereka sukai saat ini. Perbedaan zaman kemungkinan memunculkan perbedaan jauh soal benda, artis, game, hobi antara mereka dan kita waktu muda. Sangat perlu untuk mempelajari seluk-beluk kesukaan mereka, sekalipun hanya di kulitnya.
Selain kita tidak gagap menyikapi, remaja akan merasa diterima dan menilai sepertinya akan nyaman berbagi cerita tentang apa yang mereka sukai.
Tentu membingungkan bila apa yang menjadi kesukaan buah hati, ternyata hal yang terlarang dalam keyakinan dan visi keluarga. Alih-alih memarahi dan langsung melarang secara frontal, lebih baik bertanya kepada mereka tentang itu. Tanyakan alasan dan minat pribadi. Sampaikan pula tentang konsekuensi, lalu simak jawaban mereka. Remaja bukan hanya ingin didengar, tetapi juga dipahami.
Tak ada perubahan yang instan, mengajak debat hanya akan memperuncing jarak antara kita dan remaja. Sisipkan diskusi soal hal yang sama di momen santai.
Perubahan minat dan kesadaran sangat mungkin terjadi dalam proses ini. Bila sampai ia dewasa hal itu tak berubah, sedangkan itu melanggar banyak norma, bersikap tegaslah.
Baca Juga: 5 Daftar Universitas Punya Jurusan Bisnis Digital, Salah Satunya Ada di Purwokerto
Sisihkan Ancaman Sejauh Mungkin
Ancaman untuk remaja berarti genderang perang. Ancaman menunjukkan ketidaksukaan dengan mereka dan tidak adanya kecocokan antara kita dan mereka.
Alasan apapun tak membenarkan ancaman untuk diterapkan dalam hubungan antara orang tua dan anak, dalam referensi manapun. Tindakan ini hanya mempertegas batas bahwa orang tua adalah orang yang lebih tepat ditakuti ketimbang menjadi teman. Ancaman membuat mereka merasa terpaksa mengikuti apa yang kita inginkan, ketimbang melakukannya dengan sadar.
Kondisi ini rentan bagi remaja, yang bisa lari dari keluarga dan memilih berbagi dengan orang lain. Bukankah pedih melihat orang lain lebih mengenal mereka ketimbang kita sendiri sebagai orang tuanya?
Beri Kesempatan Mereka Berpendapat dan Hadirlah di Momen Istimewa
Setiap remaja butuh pengakuan atas keberadaannya, bukan hanya di sekitar temannya. Melainkan terlihat sebagai sosok yang bisa dibanggakan keluarga.
Saat ada persoalan atau pertanyaan, minta bantuan kepada mereka untuk ikut mencari jawaban dan penjelasan. Sesimpel desain meja belajar seperti apa yang nyaman untuk mereka gunakan.
Ketika mereka harus menghadapi sebuah kompetisi, sesibuk apapun kita, beri waktu untuk hadir. Minimal setengah waktu pertandingan. Konfirmasi bila kita terlambat, agar ia tak kecewa.
Kemunculan kita di tengah kompetisi, menunjukkan perhatian kita atas apa yang ia sukai. Bangga terhadap dirinya dan rasa percaya akan tumbuh. Dengan demikian, ia tak bingung mencari jalan untuk mencari apresiasi dan afeksi dari pihak lain. Buat mereka, anda sudah begitu berarti.
Yakinlah, di tengah tuntutan mencari nafkah, membereskan rumah, masyarakat sosial, semua langkah tadi tak akan mudah kita lakukan. Tapi ingatlah, menjadi orang tua senyatanya adalah pilihan kita. Kehadiran mereka, sungguh sesuatu yang sudah kita perjuangkan.