Bila kamu merupakan pasangan muda yang memiliki anak remaja, atau seorang kakak yang sedang mendampingi adik berusia remaja, maka artikel ini perlu kita simak bersama. Karena di masa sekarang, percintaan di masa remaja bukan lagi hal yang tabu untuk dikomunikasikan bersama.
Percintaan pada masa remaja bak pisau bermata dua. Satu sisi memiliki cerita cinta nan indah, namun di sisi lain cukup menyayat hati. Hal ini akan dijelaskan lebih jauh oleh Pakar Kesehatan Mental Remaja Universitas Airlangga, Surabaya, Tiara Diah Sosialita.
Baca Juga: Hati-Hati Perut Buncit! Daya Kognitif Bisa Turun
Baca Juga: Terlalu Ketat Menghitung Kalori Saat Diet Bikin Depresi
Tiara mengatakan, faktor pencarian identitas dan pemahaman hubungan sosial pada masa remaja menjadi penyebab utama permasalah percintaan. Remaja menjadi mudah cemas dan tidak stabil secara emosional dalam sosial. Mereka mudah mengalami stres sehingga kondisi mental menjadi faktor yang signifikan.
"Di usia remaja, mereka memasuki fase eksplorasi. Mereka butuh sosok di luar orang tua yang memberikan rasa aman, dan mulai tertarik dalam membentuk ikatan emosional yang sehat," kata dia, dilansir pada Selasa (30/5/2023).
Kemudian dalam perkembangan kognitif sosial, remaja belajar melalui media pengamatan dan pengalaman. Hal tersebut menjadi penting bagi kehidupan untuk memandang cinta, kesetiaan, dan kepercayaan.
Dosen Fakultas Psikologi (Fpsi) UNAIR itu mengungkap, remaja juga akan memberikan respons atas kekerasan atau hubungan percintaan yang tidak sehat, salah satunya bila mereka menghadapi perselingkuhan pasangan.
Trauma
Secara psikologis perselingkuhan akan berdampak negatif bagi segala kalangan. Percintaan yang tidak sehat secara terang-terangan, berulang, dan dalam waktu yang lama rentan menimbulkan masalah psikologis.
Maka, sangat penting bagi remaja dan orang tua agar peka dan lebih perhatian pada orang yang terlibat masalah percintaan.
Di laman yang sama, Tiara menjelaskan, trauma karena hubungan tidak sehat juga bisa terjadi dalam diri remaja, pengalaman itu dapat menimbulkan penurunan kepercayaan dan penilaian terhadap hubungan percintaan di masa depan. Bahkan remaja dapat saja menilai secara menyeluruh (mengeneralisasi), tidak ada orang yang tulus dalam menjalani sebuah hubungan.
Di momen inilah peran orang dewasa bagi remaja, untuk mendampingi mereka sebelum memulai sebuah hubungan percintaan.
"Perselingkuhan dapat mempengaruhi kondisi remaja. Bagi remaja, perlu memastikan kesiapan mereka sebelum memutuskan dalam sebuah hubungan. Kalau belum siap, alangkah baiknya menyiapkan diri," tuturnya.
Insecure dan Depresi
Secara psikis, kegagalan percintaan dapat memunculkan rasa malu dan ketidakberhargaan terhadap diri, lanjut Tiara. Remaja dapat merasa kesepian dan malu dalam membagikan pengalaman percintaan yang gagal.
"Karena selingkuh bukanlah hal yang harus membuat bangga. Pergolakan batin yang demikian, jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan stres berkelanjutan, bisa berujung depresi," imbuh dia.
Baca Juga: Mau Diet Tapi Suka Yang Manis-manis, Gunakan 4 Bahan Ini
Secara psikis, peristiwa itu akan membuat orang merasa malu, terutama pada usia yang masih labil.
"Remaja masih kesulitan dalam memproses emosi, karena mereka masih tahap belajar mengelola emosi," ujarnya.
Ia menegaskan, kegagalan dalam percintaan menimbulkan pengalaman negatif, terpukul, reaktif dan kehilangan arah. Untuk menstabilkan emosi mereka, terkadang para remaja memilih aktivitas negatif dengan cara seperti merokok dan alkohol. Atau melakukan hal-hal buruk lainnya. Tahap ini perlu dikenali pada waktu yang tepat oleh orang dewasa, tujuannya agar para remaja ini tidak terlanjur masuk ke dalam keputusan yang salah.
Mengenali Gejala Masalah Psikis Remaja Akibat Percintaan
Mengenali masalah psikis yang timbulkan permasalahan cinta cukup kompleks, lanjut Tiara.
Menurut dia, orang dewasa dapat mengenali gejala masalah psikis pada remaja misalnya lewat perubahan mood drastis, sedih cemas, mudah marah. Remaja juga bisa nampak kehilangan minat dalam melakukan hal rutin, kehilangan semangat dalam beraktivitas. Bahkan, perilaku yang tidak biasa dapat terjadi untuk menyesuaikan emosinya.
"Perilaku tak biasa itu seperti menghindari orang di sekitarnya, menghindari keluarga, dan biasanya orang yang terkait masalah percintaannya," ujarnya.
Kesulitan dalam berinteraksi juga menjadi tanda yang terlihat. Jika permasalahan yang timbul semakin memburuk, maka harus tertangani oleh tenaga profesional, demikian dijelaskan Tiara.