Masih ada kabar segar, usai berakhirnya gempita Hari Jamu Nasional yang diperingati tiap 27 Mei 2023. Dalam rangka Hari Jamu Nasional, Herbangin plus Habbatussauda bekerja sama dengan PSOH (Pusat Studi Obat Herbal) Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan penanaman 1.000 bibit habbatussauda atau jintan hitam.
Kegiatan penanaman seribu bibit jintan hitam ini, didasari atas pentingnya keberadaan jintan hitam atau habbatussauda bagi bahan dasar pembuatan berbagai produk kesehatan herbal. Produk yang banyak dikembangkan oleh para praktisi herbal dan khasiatnya yang sudah terbukti di dunia global dan banyak dibahas oleh berbagai jurnal kesehatan internasional.
Seperti kita ketahui, Hari Jamu Nasional diperingati setiap tahun dengan tujuan mempromosikan budaya minum jamu sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Sekaligus melestarikan kearifan lokal, dan meningkatkan keberlanjutan produksi jamu tradisional sebagai potensi ekonomi Indonesia.
Baca Juga: 6 Aplikasi Identifikasi Tanaman Ini, Bisa Menemanimu Berkebun
Acara penanaman 1.000 bibit Habbatussauda yang berlangsung pada Sabtu (27/5/2023) itu juga berhasil memecahkan Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kategori kegiatan penanaman bibit Habbatussauda terbanyak di Indonesia.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia, Prof. Riyanto, mengatakan bahwa program penanaman seribu bibit habbatussauda itu diadakan, sebagai bagian dari aktivitas social marketing Farmasi Universitas Islam Indonesia dan Herbangin.
"Ini adalah bentuk kolaborasi antara praktisi dan institusi Pendidikan Tinggi untuk memeriahkan Hari Jamu Nasional. Program ini sekaligus menjadi bentuk pelestarian tanaman habbatussauda, yang telah terbukti khasiatnya serta merupakan anjuran dalam hadis Rasulullah SAW," ujarnya, dalam keterangan resmi diterima Techverse.Asia, dikutip pada Selasa (30/5/2023).
Pelaksanaan kegiatan
Habbatussauda atau yang juga dikenal dengan jintan hitam, kini memang semakin populer sebagai bahan pembuatan obat Herbal dan Jamu, imbuhnya. Kepopuleran dari jintan hitam ini tentunya tidak terlepas dari berbagai manfaat yang dipercaya ada pada habbatussauda ini.
Jintan hitam dipercaya bisa mengobati berbagai masalah kesehatan seperti menurunkan kolesterol, menurunkan berat badan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Kulkas Samsung Top-Mounted Freezer (TMF), Cocok untuk Kaum Mama yang Hobi Masak Menu Ungkep
Sementara itu, Pusat Studi Obat Herbal (PSOH) merupakan pusat studi yang berada di Prodi Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia yang berfokus pada tanaman obat herbal. Pusat Studi ini memiliki visi misi sebagai sarana dalam pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah Islamiyah.
Kegiatan penanaman seribu bibit Habbatussauda ini dihadiri oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T. M.Sc. PhD., CEO Herba Group Hanoko Setiawan, Lurah Wukirsari, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Handung Tri Rahmawan, perangkat kalurahan setempat, serta para dosen dan mahasiswa fakultas FMIPA UII.
Di level akademisi, bukan hanya mahasiswa FMIPA yang menemukan manfaat jintan hitam, melainkan juga dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Indonesia. Tim mahasiswa peneliti dari FK mendapati, jintan hitam bisa digunakan dalam terapi penyembuhan penyakit diabetes melitus (DM).
Tim peneliti yang terdiri dari Syafira Laila Nurulita, Dinda Nawang Sari, Rulianty Febriani, Muhammad Zenryu Asmara, Talenta Nugroho Suryanto Mahardhika itu, pernah mempresentasikan penelitian atas jintan hitam, pada ajang The 4th International Seminar on Smart Molecule of Natural Resources (ISSMART)-Asian Federation of Biotechnology (AFOB) 2022, akhir Agustus 2022.
Menurut Syafira, tumbuhan dengan nama latin Nigella sativa ini tumbuh subur di Asia Selatan. Namun, tidak cukup sulit untuk menemukannya di Indonesia dengan harga yang terjangkau.
"DM adalah penyakit syndroma metabolic yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Gula darah yang jumlahnya tinggi dapat membahayakan nyawa manusia apabila tidak ditangani dengan tepat," terangnya.
Gejala DM bervariasi pada tiap penderita. Mulai dari sering merasa haus, sering buang air kecil di malam hari, turunnya berat badan tanpa sebab jelas, lemas, sering infeksi, dan luka yang sukar sembuh. DM lebih berisiko pada orang yang memiliki faktor genetik di keluarga, penderita kadar darah tinggi, kelebihan berat badan, dan aktivitas fisik yang kurang.
Syafira mengatakan, pengobatan yang umum digunakan saat ini adalah suntik insulin. Insulin merupakan obat sintetis dan mahal. Pengobatan menggunakan insulin juga diketahui bisa memunculkan toksisitas pada pankreas. Hal tersebut dikarenakan kemampuan kompensasi sel pankreas terbatas. Dampaknya adalah sel pankreas mengalami penyusutan massa.
Ekstrak jintan hitam memiliki beberapa kelebihan seperti kaya sifat antioksidan dan toksisitas yang lebih rendah.
"Potensi ekstrak jintan hitam sebagai terapi DM adalah efek perlindungan pada sel pankreas. Melalui metode Self Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS), ekstrak biji ini akan mampu meregenerasi sel A pankreas," tuturnya.
Manfaat jangka panjang dari terapi ini adalah dipertahankannya massa pankreas bahkan mampu meningkat. Dosis yang diperlukan untuk terapi ini adalah 200mg/KgBB untuk meningkatkan jumlah sel di pulau pankreas.
Ia menyebut, penelitian dimulai oleh tim sejak Februari-Mei 2021. Diawali dengan membuat ekstrak jintan hitam dan formulasi SNEDDS (Self Nano-Emulsifying Drug Delivery System) atau salah satu formulasi nanopartikel berbasis minyak atau lemak. Untuk tahap ini, mereka masih mengujicobakan intervensinya pada tikus mencit.