Sebuah surat lawas, yang ditulis oleh penumpang kapal Titanic yang tenggelam, bakal dilelang pada Jumat (30/6/2023) mendatang.
Tenggelamnya kapal Titanic menjadi salah satu catatan sejarah dunia. Kapal ini menabrak gunung es dan tenggelam dalam pelayaran perdananya dari Inggris ke New York, pada 1912. Kala itu, kapal mengangkut sebanyak 2.224 penumpang dan awak kapal. Lebih dari 1.500 orang meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Dilaporkan oleh CNN, pelelangan surat ini muncul di tengah upaya pencarian kapal selam wisata ekspedisi bangkai kapal Titanic yang hilang. Kapal selam itu hilang pada Minggu (18/6/2023) di lepas pantai tenggara Kanada, Samudra Atlantik. Kapal selam itu membawa tiga penumpang; yakni miliarder Inggris Hamish Harding, pengusaha Pakistan Shahzada Dawood, dan putranya Suleman.
Sedianya angka lelang dibuka pada harga US$12 ribu atau sekitar Rp179 juta. Surat itu ditulis oleh penumpang asal Uruguay, Ramon Artagaveytia Gomez. Surat dua halaman itu dikirimkan kepada saudaranya, Adolfo, empat hari sebelum kapal tenggelam.
Berdasarkan informasi yang didapat AFP News dari rumah lelang Zorilla, surat tersebut dikirim dari Queenstown, Irlandia, perhentian kapal terakhir sebelum tenggelam.
Di dalam surat, Gomez menuliskan kekagumannya terhadap lingkungan kelas satu kapal Titanic yang terasa mewah.
"Semuanya baru dan kaya," tulis Gomez, di dalam surat, dikutip pada Kamis (22/6/2023).
Surat itu juga menyertakan catatan yang ditulis oleh penerima. "Surat terakhir yang ditulis oleh saudara laki-lakiku Ramon," bunyi catatan tersebut.
Zorila memprediksi surat itu akan terjual pada kisaran US$15 ribu hingga US$25 ribu atau sekitar Rp224 juta hingga Rp373 juta.
Surat Lain yang Dilelang dan Menggambarkan Titanic Bagai Istana
Laman New York Post juga menyampaikan kabar serupa. Yakni, sepucuk surat dari seorang penyintas Titanic yang beruntung, dilelang pada April 2023. Diperkirakan terjual seharga £20.000, atau lebih $25.000 dalam dolar AS. Juru lelang Henry Aldridge & Son Ltd., mengatakan barang tersebut terjual seharga £15.000, atau sedikit di atas $19.000.
Menurut Bournemouth News and Picture Service (BNPS), isi surat menggambarkan momen nyaris meleset yang dramatis, yang mungkin telah menentukan nasib kapal yang hancur itu pada 1912.
Baca Juga: Pernah Cicip Kopi yang Diolah Bersama Jamur dan Bakteri Khusus?
"Penjualan dan cerita surat itu, muncul di tengah kepanikan upaya pencarian kapal selam yang membawa wisatawan untuk melihat reruntuhan Titanic," tulis New York Post.
Isi surat itu mengenai sosok Stanley May -si penulis surat-, menghabiskan 24 jam di Titanic; mulai dari meninggalkan Southampton hingga pelabuhan terakhirnya di Cobh, Irlandia. Dia dan keluarganya turun pada saat itu untuk menikmati liburan dengan berkendara di sekitar Emerald Isle.
Selama waktu singkatnya di kapal, May menulis surat ke rumah kepada putrinya, Hilda dan Gladys. Ia menjelaskan perjalanan singkat namun penting tersebut. Dia juga menjelaskan tentang nyaris celakanya Titanic, karena hampir saja bertabrakan dengan kapal penumpang yang lebih kecil, saat meninggalkan dermaga di Southampton.
"Seandainya kedua kapal bertabrakan, keberangkatan Titanic akan tertunda dan Titanic kemungkinan besar tidak akan pernah menabrak gunung es yang menyebabkannya tenggelam -dengan hilangnya 1.522 nyawa hanya dalam empat hari kemudian-," dilansir dari BNPS.
May menjelaskan pula di dalam surat bahwa, Titanic terlambat tiba di Cherbourg, Prancis, 'karena kecelakaan tak lama setelah dimulai'.
May adalah penumpang kelas satu di Titanic. Dan ia menggambarkan kapal mewah itu seperti istana.
"Kami telah melakukan perjalanan yang sangat menyenangkan dan akan meninggalkan kapal (atau lebih tepatnya seperti istana) dalam waktu beberapa jam," ungkap May dalam tulisan suratnya.
Dia menyelesaikan surat itu, dengan mengabarkan putri-putrinya kalau dia telah mengirimi mereka buklet kartu pos Titanic. May membelinya di atas kapal sebagai suvenir.
Update Pencarian Kapal Turis Bangkai Titanic yang Tenggelam
Diketahui, para turis yang akan mengunjungi bangkai kapal Titanic, menyelam menggunakan minisub berukuran 21 kaki (6,5 meter). Untuk mencari kapal hilang itu, kapal dan pesawat penjaga pantai AS dan Kanada menjelajahi lautan seluas 7.600 mil persegi (20.000 kilometer persegi), lebih luas dari negara bagian Connecticut, AS.
Tim penyelamat menggunakan sonar untuk mencari kapal selam. Perkembangan terbaru, mereka mendeteksi 'suara bawah air' di Atlantik Utara, dekat tempat kapal itu menghilang dua hari sebelumnya.
Kabar itu tentu menjadi tanda yang paling menggembirakan, sebab diduga para korban di dalamnya masih hidup. Tim penyelamat berlomba untuk mencapai mereka sebelum pasokan udara mereka habis.
"Pesawat P-3 Kanada mendeteksi kebisingan bawah air di area pencarian. Akibatnya, operasi ROV (kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh) dipindahkan dalam upaya untuk mengeksplorasi asal kebisingan," kata Distrik Pertama Penjaga Pantai Amerika Serikat di Twitter resminya, dilansir dari Media Indonesia.
Mereka juga menyampaikan jika pencarian ROV telah menghasilkan hasil negatif, tetapi terus berlanjut.