Reuters menyampaikan berita, perihal Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dari Organisasi Kesehatan Dunia mungkin akan menyatakan aspartam bersifat karsinogenik. Kesimpulan kajian soal ini, disampaikan oleh mereka bulan depan.
Meski kabar itu sudah beredar, bukan berarti kita harus mulai mengobrak-abrik dapur dan membuang semua makanan bebas gula yang mengandung pemanis buatan aspartam. Mengapa?
"Karena ini bukanlah badan yang 'wajib' didengarkan konsumen terkait keamanan makanan. IARC hanya menilai bahaya suatu zat, bukan risikonya," kata Reuters, kami kutip Sabtu (1/7/2023).
Misalnya, ada bahaya meteor yang menghancurkan bumi atau matahari yang menyebabkan kanker kulit. Namun, bukan itu yang penting bagi kebanyakan orang. Yang penting adalah risiko aktual dari bahaya yang terjadi.
"Ada ribuan meteor di luar angkasa, tapi hanya meteor yang meluncur ke bumi yang menimbulkan risiko. Sinar matahari memang berbahaya, tapi kalian bisa mengurangi risiko tersebut dengan menggunakan tabir surya, mengenakan pakaian pelindung, dan menghindari tanning bed," lanjut laporan itu.
IARC meninjau data tentang suatu zat dan kemudian menyatakan apakah zat tersebut bersifat karsinogenik, mungkin karsinogenik, mungkin karsinogenik, atau tidak dapat diklasifikasikan.
Secara teknis, ini berarti zat apapun yang ditinjau tidak dapat dikesampingkan sebagai non-karsinogenik. Itulah mengapa IARC dapat mencantumkan hal-hal seperti minuman yang sangat panas, lidah buaya, dan serbuk kayu sebagai penyebab potensial kanker, meskipun risiko aktual terkena kanker dari benda-benda ini sangat rendah.
Baca Juga: Spotify Akan Mencoba Hadirkan Fitur Full-Length Music Video di Aplikasi Mereka
Soal cara memahami bagaimana selanjutnya kita harus menanggapi informasi itu, diawali dengan mencari jawaban 'siapa yang harus Anda cari untuk mendapatkan panduan terkait keamanan pangan?'. Jawabannya: di dalam WHO, tugas tersebut berada di tangan Komite Ahli Gabungan FAO/WHO untuk Bahan Tambahan Pangan (JECFA). Di Amerika Serikat, tugas ini juga menjadi tanggung jawab Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA).
Sejak 1981, JECFA telah memutuskan, aspartam aman untuk dikonsumsi, FDA juga menganggap bahwa aspartam aman untuk populasi umum. Dalam situsnya, FDA mengatakan, mereka telah meninjau lebih dari 100 penelitian tentang aspartam. Badan tersebut mengevaluasi kembali keamanan aspartam, kapanpun ada keberatan yang diajukan terhadap penggunaan aspartam yang telah disetujui.
Mengapa ada kehebohan baru seputar aspartam?
Salah satu masalahnya adalah fakta bahwa, IARC dan JECFA saat ini sedang meninjau aspartam dan akan mempublikasikan laporan mereka pada 14 Juli 2023. Waktu tersebut juga ditandai oleh badan-badan keamanan pangan, termasuk FDA, sebagai waktu yang berpotensi membingungkan konsumen.
"Menurut pendapat kami, peninjauan aspartam secara bersamaan oleh IARC dan JECFA akan merugikan proses pemberian saran ilmiah dan tidak boleh terjadi," tulis FDA dalam sebuah surat kepada WHO pada musim panas lalu.
"Kami percaya, JECFA lebih cocok untuk menilai risiko apapun yang terkait dengan konsumsi aspartam. JECFA harus menjadi entitas utama WHO, dalam menilai dan memberikan rekomendasi kesehatan masyarakat tentang keamanan aspartam dalam makanan," ungkap FDA lagi.
Surat tersebut selanjutnya menjelaskan, badan tersebut memandang proses peninjauan JECFA lebih dapat diandalkan daripada IARC. Karena IARC hanya meninjau data publik. Sedangan JECFA meninjau semua data yang tersedia, baik data publik maupun tidak. Mereka juga menunjukkan tinjauan JECFA terhadap aspartam diusulkan pada 2021 yang didukung oleh 188 negara.
Ilmuwan utama dan direktur praktik ilmu kesehatan di ToxStrategies, Daniele Wikoff, menyatakan JECFA, FDA, Otoritas Keamanan Pangan Eropa telah meninjau banyak bukti untuk aspartam.
Kepada The Verge, Wikoff menjelaskan ada banyak penelitian ilmiah berkualitas tinggi yang menyatakan bahwa aspartam aman untuk dikonsumsi manusia.
"Badan-badan ini telah mengevaluasi, mengevaluasi ulang, dan menegaskan kembali keamanan aspartam berulang kali selama 40 tahun terakhir. Hal ini termasuk mengevaluasi ilmu pengetahuan baru yang tersedia," tuturnya kepada The Verge.
Wikoff menerangkan, JECFA juga mengevaluasi keamanan pangan dari berbagai sudut pandang, tidak hanya kanker, yang berarti laporan JECFA akan lebih mewakili keseluruhan risiko kesehatan aspartam.
Badan keamanan pangan, seperti JECFA dan FDA, juga bertanggung jawab untuk menentukan asupan harian yang dapat diterima dari bahan tambahan makanan tertentu.
"ADI (Acccepted Dailiy Intake) menurut definisinya, adalah jumlah yang dapat kalian konsumsi setiap hari selama seumur hidup tanpa efek," kata Wikoff.
Menurutnya, para ilmuwan menyertakan faktor keamanan atau penyangga -bisa dikatakan demikian- saat menentukan ADI. Cara pengaturannya bukanlah tingkat di mana kita melihat efeknya, melainkan jauh di bawahnya untuk memastikan tingkat yang melindungi kesehatan.
Toksisitas Terletak pada Dosis
FDA menetapkan ADI untuk aspartam sebesar 50mg per kilogram berat badan, sementara JECFA menetapkannya sebesar 40mg.
International Agency for Research on Cancer memberikan permisalan untuk ini, katakanlah berat badan kita adalah 150 kilogram. Dengan ukuran tersebut, kita bisa mengonsumsi sekitar 3.400mg per hari. Kaleng Diet Coke berukuran 12oz mengandung sekitar 200mg. Itu berarti, kita dapat mengonsumsi sekitar 17 kaleng Diet Coke setiap hari selama sisa hidup kita. Masuk akal untuk tidak melakukan hal tersebut, tetapi ini menggambarkan satu hal: toksisitas terletak pada dosis.
Tentu saja, setiap orang bereaksi secara berbeda terhadap zat-zat tertentu. Jika kamu sedang rentan terhadap sakit kepala, kamu mungkin ingin menghindari aspartam. Beberapa penelitian menunjukkan, pemanis ini dapat memicu sakit kepala dan migrain kepada beberapa orang.
Demikian pula, American Cancer Society menunjukkan kalau karsinogen tidak selalu menyebabkan kanker dalam setiap keadaan. Beberapa membutuhkan paparan konstan selama seumur hidup; yang lain lebih mungkin menyebabkan kanker jika kalian memiliki faktor genetik tertentu. Obat-obatan juga dapat diklasifikasikan sebagai karsinogen untuk satu jenis kanker, tetapi menjadi pengobatan yang efektif untuk jenis kanker yang berbeda.
Baca Juga: Apakah anti-depresan Alami Dapat Bekerja Baik untuk Tubuh Kita?
Intinya adalah laporan yang bocor dari badan keamanan non-makanan, tidak seharusnya menjadi dasar keputusan kalian untuk mengonsumsi aspartam.
Aspartam adalah salah satu pemanis yang paling banyak dipelajari, dan menjalani peninjauan berkala dan ketat oleh badan keamanan pangan. Hingga lembaga-lembaga tersebut mengatakan sebaliknya, kita tidak perlu panik.