Tak Cukup Memuji Betapa Cerdasnya Buah Hati di Kelas Akselerasi, Pilih Kebutuhan yang Tepat untuk Mereka

Uli Febriarni
Selasa 18 Juli 2023, 13:54 WIB
ilustrasi ruang kelas (Sumber : freepik)

ilustrasi ruang kelas (Sumber : freepik)

Baca Juga: Cari Smartphone yang Cocok untuk Tim Pengawas Gudang dan Surveyor? Tengok Samsung Galaxy Enterprise Edition

Terkadang di antara kita akan sangat bangga dengan adanya percepatan pertumbuhan dari seorang anak. Tak terkecuali bila sang anak bisa mengikuti kelas-kelas akselerasi dan memotong waktu mereka saat bersekolah.

Di tengah kebahagiaan melihat kecerdasan anak, apakah benak kita sebagai orang tua pernah berpikir apa yang sedang dialami mereka? Atau kondisi yang bisa saja tidak membuat mereka nyaman?

Meraih ambisi bukanlah kesalahan. Tetapi kebutuhan anak tidak kalah penting. Untuk itu, perlu untuk orang tua mengenali dampak positif dan negatif, ketika memasukkan anak-anak mereka di kelas-kelas akselerasi.

Dampak Mengikuti Kelas Akselerasi

Melansir laman pijarpsikologi.org, ditemukan beberapa dampak-dampak mental anak secara positif dan negatif dari kelas akselerasi.

1. Dampak Positif

Baca Juga: Samsung Galaxy Watch 6 Rilis Akhir Juli, Pakai Bezel Berputar Lagi?

Baca Juga: Setelah Lama Dinanti, Tesla Mengumumkan Produksi Cybertruck Pertama

Para pakar yang mendukung loncat kelas, memandang bahwa anak yang memiliki talenta lebih akan merasa bosan, kurang tertantang, dan akan mengalami penurunan semangat juang apabila dibiarkan berada di kelas reguler.

Jika dibiarkan begitu saja, para pakar khawatir mereka akan terkungkung di zona nyaman, dan kurang dapat memaksimalkan potensi mereka yang sebenarnya.

Dengan mengikuti kelas percepatan, anak berbakat dapat menyelesaikan pendidikan dengan lebih cepat, cepat bekerja, dan diharapkan cepat meraih kesuksesan.

2. Dampak Negatif

Anak yang cerdas dan berbakat mungkin memang sangat siap menjalani kelas percepatan dengan kecemerlangan otaknya. Namun demikian, sisi lain dari dirinya belum tentu demikian.

Hal utama yang menjadi perhatian dari pakar pendidikan yang kurang mendukung kelas akselerasi adalah karena mereka khawatir, perkembangan sosial emosional anak berbakat belum cukup matang untuk dapat mengikuti pergaulan sosial antar teman, guru, dan suasana di lingkungan kerja kelak.

"Karena lebih muda, anak yang loncat kelas rentan mengalami kecanggungan sosial, lebih sulit menjalin pertemanan, rentan di­-bully oleh teman, serta mengalami gangguan penyesuaian terhadap lingkungan baru. Semuanya terjadi karena ia berbeda dengan teman-temannya," ungkap tulisan di laman tersebut, dilansir Selasa (18/7/2023). 

Persiapan Untuk Mengikuti Kelas Akselerasi

Setelah mengetahui dampak positif dan negatif, orang tua juga harus mempersiapkan apa saja untuk kebaikan anak. Tujuannya, agar anak-anak juga nyaman saat mengikuti kelas akselerasi.

Melansir dari laman Verywellfamily, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, antara lain:

1. Antusiasme Anak

Kenali antusiasme si kecil, saat mengerjakan tugas atau pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan di atas standar pembelajaran seharusnya.

Jika mereka terlihat begitu antusias, maka ini bisa menjadi pertimbangan awal orang tua untuk memasukannya ke kelas akselerasi. Karena sejatinya, mereka sedang memperlihatkan pertanda baik bahwa dia dewasa dan serius bersekolah. Orang tua perlu memberi wadah yang sesuai. 

"Jangan buat rasa antusias tersebut pudar, dengan membiarkan ia merasa bosan karena melakukan proses belajar yang terlalu mudah dan tidak menantang," saran laman itu. 

Sebaliknya, jika anak cerdas terlihat tidak memiliki motivasi untuk mengikuti kelas akselerasi, sebaiknya cari alternatif lain. Misalnya memberikan kelas tambahan, atau membiarkan ia menekuni hobi tertentu.

Baca Juga: Pasca Pandemi Layanan Platform Digital Masih Laku Keras, Begini Kata Pakar

2. Kemampuan Kognitif Anak

Memastikan terlebih dahulu kemampuan kognitif anak sebelum memasukkannya ke kelas akselerasi adalah langkah penting. 

Sebuah artikel dari departemen pendidikan Universitas Johns Hopkins, menunjukkan bahwa diperlukan IQ minimal 130 atau lebih tinggi, untuk seorang anak agar bisa berhasil dalam sebuah program akselerasi.

Ada beberapa jenis penilaian kognitif yang bisa dilakukan untuk mengukur kemampuan anak. Tes ini dapat sangat bervariasi dalam biaya dan kualitas. Orang tua dapat bertanya kepada guru di sekolah, untuk mencari tahu di mana mendapatkan tes yang akan membantu memandu dalam mengadvokasi kebutuhan pendidikan si Kecil.

3. Sejarah Prestasi

Menurut Acceleration Institute di The University of Iowa, jejak keberhasilan si kecil dalam menjalani pembelajaran di sekolah adalah salah satu indikator yang harus diperhatikan, sebelum memasukannya ke kelas akselerasi.

"Jika mereka sudah terbiasa menyelesaikan pekerjaannya sebelum tenggat waktu yang ditetapkan, ini pertanda mereka akan lebih siap untuk menghadapi tantangan baru di tingkat kelas berikutnya," ungkap artikel itu. 

4. Alokasi Waktu

Dewasa ini, banyak anak-anak yang merasa tertekan karena jadwal belajar dan tugas yang terlalu padat. Mereka bahkan sering mengeluh karena hampir tak punya waktu untuk bermain.

Jika anak menghabiskan waktu berjam-jam sepulang sekolah untuk berlari dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya (mengambil kursus lanjutan dan sejenisnya), mungkin mengikuti kelas akselerasi bukan pilihan terbaik untuk mereka.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Startup22 Januari 2025, 18:56 WIB

Openspace Ventures Beri Pendanaan Lanjutan untuk MAKA Motors

Pendanaan ini datang setelah startup tersebut melansir motor listrik pertamanya, MAKA Cavalry.
MAKA Cavalry.
Techno22 Januari 2025, 18:34 WIB

Huawei FreeBuds SE 3: TWS Entry-level Seharga Rp400 Ribuan

Gawai ini akan menghadirkan keseimbangan sempurna antara performa dan kenyamanan.
Huawei FreeBuds SE 3. (Sumber: Huawei)
Techno22 Januari 2025, 16:28 WIB

Apa yang Diharapkan pada Samsung Galaxy Unpacked 2025, Bakal Ada S25 Slim?

Galaxy Unpacked Januari 2025: Lompatan Besar Berikutnya dalam Pengalaman AI Seluler.
Samsung Galaxy Unpacked 2025 akan digelar pada Rabu (22/1/2025). (Sumber: Samsung)
Startup22 Januari 2025, 16:02 WIB

Antler Salurkan Pendanaan Senilai Rp49 Miliar kepada 25 Startup Tahap Awal di Indonesia

Antler Pertahankan Momentum Kuat di Indonesia, Mencatatkan 50 Investasi Selama Dua Tahun Terakhir Di Tengah Tantangan Pasar.
Antler. (Sumber: antler)
Automotive22 Januari 2025, 15:33 WIB

Harga dan Spesifikasi New Yamaha R25, Bawa Kapasitas Mesin 250CC

Tampil Sebagai Urban Super Sport, New Yamaha R25 Siap Geber Maksimal.
Yamaha R25 2025. (Sumber: Yamaha)
Techno22 Januari 2025, 14:51 WIB

Tak Disebut Pada Pelantikan Presiden AS Donald Trump, Bagaimana Nasib Bitcoin?

Bitcoin terkoreksi ke US$100 ribu pasca Presiden AS Donald Trump tidak menyebut soal kripto pada sesi pelantikan.
ilustrasi bitcoin (Sumber: freepik)
Techno21 Januari 2025, 18:55 WIB

Insta360 Luncurkan Flow 2 Pro, Tripod Khusus untuk iPhone

Gimbal ini memungkinkan pembuatan film menggunakan kamera iPhone dan punya fitur-fitur AI.
Insta360 Flow 2 Pro. (Sumber: Insta360)
Techno21 Januari 2025, 18:37 WIB

Fossibot S3 Pro: Ponsel Entry Level dengan Pengaturan Layar Ganda

Gawai ini menawarkan fitur premium, tapi harganya ramah di kantong.
Fossibot S3 Pro. (Sumber: istimewa)
Startup21 Januari 2025, 18:24 WIB

Chickin Raih Pendanaan Pinjaman Sebesar Rp280 Miliar dari Bank DBS Indonesia

Chickin didirikan pada 2018, tepatnya di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Chickin. (Sumber: East Ventures)
Startup21 Januari 2025, 17:13 WIB

Banyu Dapat Pendanaan Awal Sebanyak Rp20 Miliar, Merevolusi Industri Rumput Laut

BANYU berkomitmen untuk mendukung petani dengan bibit berkualitas tinggi, teknik budidaya modern, dan akses pendapatan stabil.
Ilustrasi startup Banyu. (Sumber: istimewa)