Baca Juga: Cari Sarapan Enak di Kota Jogja? Coba Saja ke Soto Lamongan Cak Ngun
Baca Juga: Alami Kerugian Besar, X Minta Pengiklan untuk Membelanjakan Rp15 Juta per Bulan
Global Tuberculosis Report pada 2021 menyebutkan, Tuberkulosis / Tuberculosis (TBC) masih merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia. Ada sekitar seperempat populasi penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Mtb).
Kondisi ini diperparah dengan hadirnya strain MDR TB (TBC resisten obat), disusul maraknya pandemi Coronavirus disease-19, sehingga infeksi TB menjadi penyebab utama kematian.
Dalam sumber lain disebut pula, Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan jumlah kasus TB terbanyak serta tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Seperti kita ketahui, pengobatan pasien TBC tidaklah mudah, mengingat jangka waktu pengobatannya selama enam bulan. Ditambah lagi, saat ini sejumlah orang sudah membiasakan diri untuk menolak obat-obatan kimia yang diberikan oleh dokter; mereka berkukuh untuk melakukan pengobatan ala tradisional di rumah, selain dirasa lebih minim risiko juga harga yang lebih enteng.
Salah satu poin yang tidak kalah penting dalam proses penyembuhan pasien TBC adalah imun pasien.
Misalnya, seperti dijelaskan oleh Dosen Universitas Airlangga, apt Isnaeni, dilansir pada Selasa (1/8/2023).
Isnaeni menuturkan, Mycobacterium tuberculosis mampu hidup secara intraseluler, sehingga salah satu mekanisme terpenting dalam mengatasi paparan bakteri ini adalah sistem imun seluler.
Sel-T merupakan komponen penting dari respons imun seluler terhadap Mtb.
Baca Juga: Konsumsi Satu Shot Espresso Bisa Lindungi Otak dari Penyakit Alzheimer
Baca Juga: Tak Berhenti Hanya Ubah Nama, Elon Musk Ingin Dark Mode Jadi Tampilan Standar di Twitter
Dalam beberapa proses dalam tubuh untuk melawan Mtb yang menjangkiti pasien TB, diperlukan imunomodulator. Ini mulai dikembangkan sebagai terapi pendamping dalam pengobatan TB.
Kemudian, menyinggung bahan alam sebagai sumber substansi yang dapat berperan sebagai imunomodulator dan imunostimulan, para peneliti menjumpainya dalam ekstrak etanol kayu secang, jahe merah, dan cengkeh.
"Beberapa bioaktif yang terkandung di dalam bahan alam tersebut antara lain brazilin, zingerone, gingerdiol, zingibrene, gingerol dan shogaol serta eugenol," kata dia, lewat keterangan resmi.
'Ciri suatu bahan dapat direkomendasikan sebagai imunostimulan, yaitu apabila dapat mengaktifkan elemen sistem imun. Serta mampu meningkatkan atau memperkuat respon kekebalan alami tubuh, untuk melawan agen infeksi seperti infeksi virus maupun karsinogen,' demikian dikutip laman itu dari penelitian sebelumnya.
Buah markisa merah (Passiflora edulis Sims.) telah dilaporkan oleh peneliti -di tahun ini- bahwa, mengandung probiotik yang mampu meningkatkan level IFN-γ Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC) pasien TB.
"Buah yang populer di masyarakat sebagai bahan baku sirup markisa dengan sensasi asam segar dan harum, ternyata mengandung probiotik Bacillus sp., yang konsorsiumnya mampu meningkatkan sitokin gamma interferon PBMC pasien TB," tuturnya.
Walaupun hasil fermentasinya tidak mampu menghambat pertumbuhan Mtb, namun hasil fermentasi probiotik dari buah markisa mampu menghambat patogen Gram positif (Methicillin Resistance Staphylococcus aureus/MRSA) dan Gram negatif (Extended Spectrum beta Lactamase/ESBL).
Hasil penelitian ini membuka peluang untuk mengembangkan formula multistrain probiotik Bacillus sp. sebagai agen imunomodulator, imbuhnya.
"Tentu rekomendasi ini harus dilengkapi dengan penelitian lanjut, untuk menguji pengaruh konsorsium probiotik terhadap komponen respon imun yang lain, dalam rangka memperkuat aktivitasnya sebagai imunomodulator," jelas Isnaeni lagi.
Bacillus banyak digunakan sebagai probiotik karena stabilitasnya yang baik terhadap panas, pH lambung, dan kelembaban. Genus Bacillus memiliki sekitar 377 spesies dan sebagian besar mengandung senyawa antimikroba.
Bacillus sp. sangat diminati dalam bidang pangan fungsional, karena manfaatnya bagi kesehatan manusia dan kemampuannya dalam menahan pH saluran cerna serta lebih stabil terhadap panas selama proses pengolahan dan penyimpanan.