Daerah Srumbung, Magelang, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil buah salak di Pulau Jawa.
Buah salak yang memiliki kulit menyerupai sisik ular ini, memiliki nama latin Salacca edulis. Masyarakat yang membudidaya salak sebagai tanaman pertanian, menanamnya di kebun.
Buah salak merupakan kekayaan alam daerah Srumbung dan keberadaannya begitu melimpah. Fakta lain di baliknya, harga jual buah salak relatif murah dan mengalami penurunan harga selama beberapa waktu terakhir. Itu sebabnya masyarakat setempat mengolah salak menjadi beragam produk, yang dimaksudkan menambah nilai jual salak, contohnya keripik salak.
Meski demikian, belakangan ini, bukan hanya harga jual buah salak yang turun melainkan juga penjualan produk olahan buah. Pemicunya, harga produksi yang tinggi dan tidak sebanding dengan harga jual.
Kondisi ini kemudian memberikan ide kepada Edgar Parrusa -mahasiswa peserta program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Gadjah Mada (UGM)-, untuk berkontribusi menghadirkan inovasi mengolah buah salak menjadi sabun mandi.
Edgar mengatakan, program KKN yang dilaksanakan olehnya berfokus pada pengembangan potensi lokal di daerah Srumbung, salah satunya adalah memanfaatkan buah salak.
Selama ini belum ada inovasi sabun mandi berbahan buah salak di daerah itu, kata Edgar. Pembuatan sabun salak ini berbiaya murah dan mendukung optimalisasi salak sebagai bahan baku, yang melimpah ruah di Srumbung.
Baca Juga: Mitsubishi Pajero Sport Buatan Pabrik Indonesia Akan Meluncur ke Australia
"Saat terjun ke lokasi KKN, saya langsung menyadari bahwa buah salak memiliki potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal," ujarnya, kepada Techverse.Asia, Kamis (10/8/2023).
Maka dari itu, Edgar mendalami pengetahuannya mengenai salak untuk dijadikan produk bernilai ekonomis, yang dari segi produksi murah serta mudah dilakukan.
Menjelaskan singkat cara pembuatan sabun salak, Edgar menyebut langkah pertama diawali dengan mencampurkan larutan NaOH atau soda api ke dalam minyak, dengan takaran yang sesuai.
"Jenis minyaknya bisa bermacam-macam, minyak kelapa, minyak zaitun atau lainnya. Setelah itu, aduk hingga adonan meninggalkan jejak; yaitu saat adonan di tarik ke atas lalu dituang kembali ke adonan dalam wadah, ia tidak langsung menyatu dengan adonan," tutur mahasiswa Teknik Kimia itu.
Jika sudah agak mengental, tuang ekstrak buah salak ke dalam adonan lalu diaduk. Masukkan adonan ke dalam cetakan dan tunggu satu hari, kemudian sabun sudah mengeras.
"Untuk penggunaannya, sabun tadi harus dianginkan selama kurang lebih satu sampai dua bulan, baru kemudian sabun salak siap digunakan sehari-hari," ujar Edgar yang juga Ketua tim Unit KKN Srumbung (Kormanit) ini.
Baca Juga: Dibantu Mahasiswa UNY, Digitalisasi Bikin Bisnis Kue Lapis Tambah Manis
Dengan terciptanya sabun salak ini, Edgar berharap ke depannya produk sabun tersebut dapat menjadi produk baru yang khas dari daerah Srumbung.
"Jika dikembangkan dengan baik, produk ini memiliki potensi untuk menjadi daya tarik wisata dan menjadi ciri khas atau ikon olahan salak di daerah ini," terangnya.
Lebih jauh Edgar berharap, inovasi ini dapat memberikan dampak positif pada ekonomi daerah yang berkelanjutan bagi masyarakat, serta membantu meningkatkan taraf hidup warga di sana (terutama para pegiat olahan salak).
Baca Juga: Xiaomi TV S Pro 100 Rilis di China, Ikut Ramaikan Persaingan Smart TV Layar Raksasa