Techverse.asia – Tumbuh kembang seorang anak tidak bisa lepas dari pola asuh orang tuanya. Oleh karenanya, penting untuk para orang tua memahami betul mengenai setiap tindakan, bahkan ucapan yang dikatakan ke anak. Terlebih, anak adalah peniru yang baik, mereka meniru perkataan dan perbuatan orang tuanya.
Menurut Profesor Rachma Hasibuan, pakar pendidikan anak usia dini dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), bahwa setiap ucapan orang tua bisa berdampak pada psikologis dan perkembangan karakter anak. Untuk itu, orang tua harus sangat berhati-hati dalam memilih kalimat yang akan diucapkan.
"Dalam konteks ini, ada beberapa kebiasaan orang tua yang tanpa disadari itu berdampak pada potensi dan perkembangan anak," ujar Rachma.
Pertama, membanding-bandingkan anak dengan saudara atau anak lainnya. Ini bisa meruntuhkan kepercayaan diri anak pada usaha dan kemampuannya. "Mentalitas anak bisa tertekan dan mereka jadi takut untuk melakukan apapun dan lamban laun itu membatasi perkembangan potensi mereka," katanya.
Kedua, menyakiti perasaan dengan mengatakan hal-hal negatif seperti celaan fisik atau psikis. Dampaknya, anak juga tidak percaya diri, membenci dirinya sendiri, merasa cemas bahkan dalam waktu yang lama itu bisa sampai terjadi gangguan mental.
Ketiga, suka mengkambinghitamkan anak atas suatu kejadian atau persoalan. Biasanya ada beberapa orang tua yang ketika ada persoalan melimpahkan kekesalan kepada anaknya dengan kata-kata seperti, gara-gara kamu nih, karena perbuatanmu, ulahmu, dan kata serupa lainnya.
"Anak yang sering jadi dikata-katain sebagai penyebab dari persoalan bisa cenderung diam, tidak berani mengungkapkan pendapatnya karena takut disalahkan. Anak berpotensi diam dan tidak menceritakan apapun kepada orang tuanya. Dikhawatirkan anak menceritakan permasalahannya kepada orang yang tidak tepat di luar sana," jelasnya.
Keempat, menakut-nakuti anak dengan suatu hal. Seperti menyampaikan kalimat; kalau tidak segera tidur, nanti digigit setan dan berbagai ucapan menakutkan lainnya. Hal seperti itu secara tidak langsung menimbulkan efek ketakutan serius bagi anak, merusak imajinasi mereka tentang realitas dan lama kelamaan anak berpotensi trauma.
Baca Juga: Anak Muda Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental, Sosiolog: Bisa Berdampak pada Ekonomi
Kelima, membiasakan atau mengucapkan kalimat yang ‘membuang’ nilai positif contohnya; "Nak, berbohong itu tidak masalah loh". Kalimat-kalimat tersebut dapat berpengaruh negatif dimana anak akan merasa bahwa berbohong merupakan hal yang wajar.
Lantas apa yang perlu dibiasakan orang tua? Setidaknya ada beberapa hal sederhana yang dianjurkan untuk orang tua kepada anak. Pertama, memberi contoh dalam bentuk perilaku. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak cepat menyerap dan meniru apa yang ada di lingkungannya.
"Termasuk kebiasaan orang tuanya. Karena itu, orang tua perlu memberi contoh dan menjadi teladan perilaku bagi anak. Itu lebih efektif untuk membentuk perilaku sejak dini," papar dia.
Kedua, mengucapkan kalimat positif dan memotivasi, seperti sesekali memberikan apresiasi atas apa yang mereka lakukan. Dengan begitu, kepercayaan diri seorang anak terbangun. "Selain itu juga bisa membantu anak untuk berkembang dan tidak merasa frustasi saat mengalami kegagalan," ujarnya.
Baca Juga: Discord Blokir Konten yang Bisa Memicu Grooming dan Pelecehan Seksual Terhadap Anak
Ketiga, membangun hubungan baik dengan anak salah satunya melalui komunikasi dari hal-hal kecil. Kedekatan dan harmonisasi keluarga dapat diwujudkan melalui komunikasi antar anak dan orang tua.
"Komunikasi ringan seperti menanyakan keseharian kepada anak, pendapat mereka tentang makanan misalnya, baju dan seterusnya. Ini bisa membuat anak menjadi lebih dekat dengan orang tuanya," tambahnya.
Keempat, orang tua perlu membiasakan anak rasa tanggung jawab. Paling sederhana seperti orang tua sesekali minta maaf kepada anak, jika misalnya orang tua melakukan kesalahan. Ini sekaligus membiasakan anak akan rasa tanggung jawab, mengaku salah dan minta maaf ketika suatu waktu mereka berbuat salah.
Baca Juga: Tips Ajarkan Anak Soal Literasi Keuangan Sejak Dini