Penyakit diabetes masih menjadi pekerjaan rumah besar dalam dunia kesehatan, selain hipertensi dan kolesterol. Pengidap diabetes harus rutin memeriksakan kadar gula dalam darah mereka dan mengonsumsi obat-obatan tertentu, seumur hidup. Tenyata, hal itu memengaruhi kesehatan hati si pasien. Selain itu, tidak semua kalangan bisa menjangkau obat sintetis. Kondisi ini secara langsung menjadi kendala proses berhasilnya pengobatan.
Melihat hal tersebut, sejumlah mahasiswa mengkaji manfaat tanaman herba sebagai obat DM. Mereka adalah Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), yang mencoba meneliti efektivitas Ekstrak Jintan Hitam sebagai terapi anti diabetes.
Tim tersebut terdiri dari Syafira Laila Nurulita, Dinda Nawang Sari, Rulianty Febriani, Muhammad Zenryu Asmara, Talenta Nugroho Suryanto Mahardhika. Mereka mempresentasikan penelitian itu pada ajang The 4th International Seminar on Smart Molecule of Natural Resources (ISSMART)-Asian Federation of Biotechnology (AFOB) 2022, akhir Agustus 2022.
Menurut Syafira, penelitian mereka mendapat bimbingan dari dosen FK UII, dr. Syaefudin Ali Akhmad. Ia menjelaskan, jintan hitam yang juga dikenal dengan habbatussauda memiliki manfaat sebagai terapi diabetes mellitus. Tumbuhan dengan nama latin Nigella sativa ini tumbuh subur di Asia Selatan. Namun, tidak cukup sulit untuk menemukannya di Indonesia dengan harga yang terjangkau.
"Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit syndroma metabolic yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Gula darah yang jumlahnya tinggi dapat membahayakan nyawa manusia apabila tidak ditangani dengan tepat," terangnya.
Baca Juga: Survey Nielsen: Influencer Masih Bisa Pengaruhi Pembelian
Gejala DM bervariasi pada tiap penderita. Mulai dari sering merasa haus, sering buang air kecil di malam hari, turunnya berat badan tanpa sebab jelas, lemas, sering infeksi, dan luka yang sukar sembuh. DM lebih berisiko pada orang yang memiliki faktor genetik di keluarga, penderita kadar darah tinggi, kelebihan berat badan, dan aktivitas fisik yang kurang.
Menurut Syafira, pengobatan yang umum digunakan saat ini adalah suntik insulin. Insulin merupakan obat sintetis dan mahal. Pengobatan menggunakan insulin juga diketahui bisa memunculkan toksisitas pada pankreas. Hal tersebut dikarenakan kemampuan kompensasi sel pankreas terbatas. Dampaknya adalah sel pankreas mengalami penyusutan massa.
"Sebetulnya pankreas memiliki kemampuan untuk regenerasi sendiri. Caranya adalah dengan meningkatkan replikasi sel dan pematangan sel punca menjadi sel A," lanjutnya.
Baca Juga: Lonte Sore, Perlambang Kecantikan dan Kesuburan
Mengetahui sisi negatif pengobatan medis sintetis, ia dan tim tergugah untuk meneliti manfaat ekstrak jintan hitam sebagai terapi anti DM. Ekstrak jintan hitam memiliki beberapa kelebihan seperti kaya sifat antioksidan dan toksisitas yang lebih rendah.
"Potensi ekstrak jintan hitam sebagai terapi DM adalah efek perlindungan pada sel pankreas. Melalui metode Self Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS), ekstrak biji ini akan mampu meregenerasi sel A pankreas," tuturnya.
Manfaat jangka panjang dari terapi ini adalah dipertahankannya massa pankreas bahkan mampu meningkat. Dosis yang diperlukan untuk terapi ini adalah 200mg/KgBB untuk meningkatkan jumlah sel di pulau pankreas.
Ia menyebut, penelitian dimulai oleh tim sejak Februari-Mei 2021. Diawali dengan membuat ekstrak jintan hitam dan formulasi SNEDDS (Self Nano-Emulsifying Drug Delivery System) atau salah satu formulasi nanopartikel berbasis minyak atau lemak. Untuk tahap ini, mereka masih mengujicobakan intervensinya pada tikus mencit.
"Biaya eksperimen maupun pengembangan obat herbal ini dinilai juga lebih terjangkau," kata dia.