Hand sanitizer merupakan salah satu kebutuhan higienitas yang sempat populer di masa pandemi Covid-19. Hand sanitizer dapat membantu membunuh kuman dan bakteri yang ada di tangan, berasal dari beragam benda yang menempel pada kulit saat beraktivitas.
Baca Juga: Studio Ghibli Rilis Teaser Trailer The Boy and The Heron
Baca Juga: Perusahaan Teknologi China, Tencent, Merilis Chatbot AI
Biasanya, kita melihat hand sanitizer berbahan kimia, namun dicampur dengan bahan alami seperti daun teh, lidah buaya, jeruk nipis, bahkan bunga melati.
Dan inovasi memproduksi hand sanitizer yang dicampur dengan alami, juga dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR). Tetapi yang lebih unik, mereka membuat hand sanitizer dari limbah endoskeleton cumi.
Endoskeleton merupakan struktur tulang keras atau tulang rawan yang terdapat di dalam tubuh organisme. Kalau dalam konteks hewan cumi, endoskeleton adalah struktur yang berbentuk mirip plastik bening berujung tajam.
Mahasiswa UNAIR yang membuat inovasi hand sanitizer dari limbah 'plastik' cumi ini adalah Moch Aqilah Herdiansyah (FST 2020), Desi Ramadhani (2020), Diaz Samsun Alif (FTMM 2020), Javan Hammurabi Rumi (FTMM 2020), Laily Fathu Agustina Rifa’ah (FEB 2021), dan Angela Maharani Sarita (FEB 2021).
Ketua tim tersebut, Moch Aqilah, mengatakan bahwa hand sanitizer berbahan limbah cumi yang digagas oleh mereka, diberi nama CoLD-Spray.
Baca Juga: Instagram Menguji Opsi Konten Feed Instagram Hanya Bisa Dilihat Close Friend
Baca Juga: Pola Makan Minim Karbohidrat Berefek Buruk Bagi Tubuh, Begini Cara Menyiasatinya
"Produk tersebut merupakan hand sanitizer ramah lingkungan, terbuat dari bahan dasar limbah endoskeleton cumi-cumi dan hasil laut Chlorella vulgaris," ujarnya dalam keterangan tertulis dilansir Jumat (8/9/2023).
Ia mengatakan, limbah endoskeleton mengandung senyawa kitin dan kitosan yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan yang baik.
Selain itu, hasil laut Chlorella vulgaris juga memiliki sifat antioksidan yang bermanfaat untuk melindungi kulit manusia dari berbagai macam penyakit.
Kombinasi dan kultur kedua bahan tersebut, menurut mereka, dapat menghasilkan lebih banyak biomassa sehingga dapat membantu mewujudkan poin-poin Sustainable Development Goals (SDGs).
"Produk ini memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri yang bisa dipakai baik pada tangan maupun permukaan objek. Harapannya, dengan adanya produk ini dapat membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan tubuh; utamanya dari sinar UV (Ultraviolet, Red) dan bakterial yang ada pada objek sekitar kulit," jelas Aqilah.
Mahasiswa prodi Biologi itu menerangkan, lewat gagasan tersebut, tim tersebut berhasil meraih medali perak dalam kompetisi Arau International Creativity Exhibition (ACE) 2023 di Kuala Lumpur, Malaysia. Lomba tersebut diselenggarakan oleh Universiti Malaysia Perlis (UniMAP) yang berkolaborasi dengan World Invention Intellectual Property Association (WIIPA), bulan lalu.
Aqilah mengakui, dalam berkompetisi, baik itu nasional maupun internasional, dibutuhkan konsistensi dan kerja sama antar anggota tim. Untuk melakukan hal tersebut perlu adanya kesadaran dan tanggung jawab dari setiap anggota tim.
Menurutnya, tim yang hebat adalah tim yang saling melengkapi kekurangan antar anggotanya dan memperbaikinya, sehingga menghasilkan karya yang luar biasa serta bermanfaat bagi sekitarnya.
Proses akademis dalam inovasi hand sanitizer CoLD-Spray ini, tim dibantu oleh dosen mereka, Lana Nafisyah.
Baca Juga: Tak Perlu Lagi Takut Kehabisan Daya di Jalan, Hyundai Punya SPKLU di 52 Mall di Indonesia